Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Money

Potensi Pemanfaatan Sagu

19 Mei 2011   13:39 Diperbarui: 4 April 2017   16:20 6119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_192174" align="aligncenter" width="346" caption="Gambar diadopsi dari plantapalm.com"][/caption]

Indonesia merupakan negara yang dianugerahi Tuhan dengan kekayaan sumber daya alam yang menopang kehidupan masyarakatnya, mulai dari kekayaan bahari hingga kekayaan hutan yang tak terbendung banyaknya. Persoalaan yang muncul hanyalah pada sumber daya pengelolaan kekayaan tersebut hingga menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Salah satu dari kekayaan hutan Indonesia yang cukup signifikan yakni tanaman sagu (Metroxylon). Mengapa sagu termasuk kekayaan Indonesia? Sebab, dari total area hutan sagu di dunia, Indonesia memiliki satu juta hektar hutan sagu yang tersebar di beberapa provinsi atau menguasai 51.3% hutan sagu di dunia. Sebaran lahan pohon sagu terbesar di Indonesia terdapat di beberapa wilayah yaitu Papua, Maluku, Riau, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.

Dari luas hutan sagu tersebut, secara matematis sagu ikut menyumbang pemasukan bagi Indonesia dikisaran trilyunan rupiah. Berdasarkan hasil kajian dan pemetaan Forum Kerjasama Agribisnis, jika Indonesia mau membudidayakan sagu dan memanfaatkan pengelolaannya secara maksimal dalam memproduksi tepung sagu, maka dalam jangka waktu sekali panen, industri tepung sagu dengan kisaran harga Rp. 2.400 per kilo gramnya pun sudah mampu menyumbang pendapatan kotor dikisaran 4 trilyun rupiah.

Selain itu, banyak alasan strategis yang membuat sagu pantas meng-Indonesia, mulai dari alasan filosofis, pemanfaat dan nilai guna, hingga alasan politis dan budaya. Dalam artikel ini, saya akan membahas beberapa alasan strategis tersebut yang menurut saya pantas membuat sagu begitu potensial.

Secara filosofi hidup, Indonesia perlu meneladankan ketahanan hidup layaknya sagu. Mengapa demikian? Dari sekian banyak permasalahan hidup yang mendera bangsa ini,  Indonesia perlu membangun ketahanan hidup agar tak mudah terkoyak. Jika belajar dari karakteristik sagu dalam menopang hidupnya, sagu termasuk tanaman pangan dengan ketahanan hidup yang memukau.

Biasanya, sagu tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi dan tanah mineral di rawa-rawa air tawar dengan kandungan tanah liat lebih dari 70% dan bahan organik 30%. Pertumbuhan sagu yang paling baik adalah pada tanah liat kuning coklat atau hitam dengan kadar bahan organik tinggi.

Dari area tumbuh seperti gambaran di atas, sagu mampu menghasilkan produk terbaiknya bagi kebutuhan manusia. Padahal, risiko tanaman sagu di area tumbuh seperti itu juga cukup rentan terhadap serangan hama dan ragam penyebab kerusakan lahannya. Pada sagu usia muda (3-4 tahun) biasanya mulai dilakukan penyiangan gulma, sebab gulma dapat menyebabkan kebakaran lahan kebun sagu. Dari gulma, juga dapat menjelma menjadi hama perusak pohon sagu.

Dalam masa-masa pertumbuhan, sagu mengalami gangguan mulai dari akar hingga dedaunannya. Akar sagu akan mati jika pengairan dan tanah di rawah tidak menunjang untuk pernapasan akar, akibatnya pohon sagu pun bisa mati yang mengakibatkan gagal panen. Batang dan daun sagu juga sering terserang hama, ciri dari serangan hama ini adalah, serangan sekunder setelah kumbang oryctes biasanya meletakkan telur di luka bekas oryctes. Bila serangan terjadi pada titik tumbuh, dapat menyebabkan kematian pohon.

Hama juga bukan satu-satunya penghambat sagu dalam perjalanan hidupnya, dimasa rentannya antara usia 1-4 tahun, sagu masih memiliki kemungkinan punah atau mati akibat serangan hewan, seperti ulat artona, babi hutan, dan kera ((macaca irus)). Ulat artona, selain merusak daun pada sagu, juga menyerang pada daging buah, ulat daun ini menyerang jaringan dalam daun. Sedangkan babi hutan, berpotensi merusak sagu pada masa semai dan sapihan, memakan pucuk batang yang masih muda. Begitupun hewan kera (macaca irus), juga merusak sagu muda. Penyakit yang biasanya terdapat pada tanaman sagu adalah bercak kuning yang disebabkan oleh cendawan Cercospora. Gejala dari penyakit ini adalah daun berbercak-bercak coklat.

Meski mendapat banyak serangan dalam masa-masa pertumbuhannya, sagu mampu mengatasi permasalahan itu secara biologis, memanfaatkan tumbuhan disekitarnya untuk mengurangi tingkat serangan terhadap dirinya. Area rawa juga cukup melindunginya dari serangan hewan perusak seperti babi dan kera. Dan keuntungan lainnya, permasalahan sagu sudah tentu dapat ditangani secara mekanik atau berdasarkan bantuan manusia dalam menjaga dan merawatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun