Di pulau Geser, kini sudah tersedia penginapan untuk para kaum pendatang dari luar daerah. Meski begitu, bisanya setiap warga baru yang datang kesana, juga diajak tinggal di rumah warga. Tidak perlu bayar, semua disediakan gratis untuk mereka. Hanya saja, biasanya para pendatang sering ikut belanja bahan makanan sebagai rasa terimakasih. Di rumah saya, setiap kaum pendatang sudah disediakan kamar khusus, meskipun dengan jamuan seadanya. Setidaknya, itulah kebiasaan unik warga pulau Geser.
Dari segi pendidikan, di Geser terbilang kumplit sebab sudah tersedia lembaga pendidikan mulai dari play group hingga sekolah tinggi. Meski sarana dan prasarana pendidikakan belum semodern di Jakarta, namun proses pembelajaran tetap berlangsung. Tentu saja, siswa yang datang pun dari berbagai wilayah sekitar Geser, menyeberangi lautan biru demi bersekolah. Warga Geser terbilang antusias menyoal pendidikan, sebab rata-rata warga Geser di usia 40-50 adalah tamatan SLTP dan SLTA, sedangkan generasi 1980-an sudah banyak yang menamatkan pendidikan di sekolah tinggi. Jadi, saat teman-teman berkunjung ke Geser, teman-teman akan menikmati ragam budaya, tempat wisata, dan takkan merasa canggung dalam berkomunikasi. Warga Geser, sudah fasih berbahasa Indonesia yang baik.
Sebagai warga asli Geser, saya bersyukur pernah 11 tahun tinggal di sana. Semoga saya bisa kembali kesana, bercengkerama dengan keluarga, dan menikmati eloknya pulau mungil itu.
indahnya laut di belakang rumah warga..
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H