Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Peringatan HUT PGRI di Kota Ambon

26 November 2014   22:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:46 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_356230" align="aligncenter" width="560" caption="Hujan yang mengguyur deras di awal upacara HUT ke-69 PGRI di Kota Ambon membuat guru-guru peserta upacara harus berpayung. Nampak dari sisi selatan Lapangan Merdeka, Kota Ambon | Dokentasi pribadi"][/caption]

"Pendidikan adalah ikhtiar paling fundamental dalam membangun bangsa," Anies Baswedan.

Hari ini, tanpa direncanakan, saya akhirnya berkesempatan meliput upacara peringatan HUT PGRI di Kota Ambon. Memang kebetulan, sekitar jam 6.30 WIT saya harus mengantar sepupu saya yang masih SD, Iskandar Zulkarnaen (bukan Isjet.hehehe) ke sekolah. Sempat simpang siur informasi, bahwa hari ini sekolah se-kota Ambon diliburkan. Namun, sebagian sekolah tetap masuk seperti biasa karena tidak menerima surat edaran libur dari Dinas Pendidikan Kota Ambon.

Setelah mengantar sepupu, saya langsung ke Lapangan Merdeka, Ambon, sekedar ingin Wifi gratisan. Eh, tanpa disangka ternyata di sana sudah ramai berkumpul para guru se-kota Ambon untuk upacara peringatan HUT ke-69 PGRI. Seketika niat Wifi gratisan saya urungkan dan langsung meliput acara. Maklum, nose of news saya tiba-tiba muncul dan nekat gabung dengan dua nona cantik yang memang wartawan salah satu media lokal.

Dari panggung utama, MC sudah meminta para guru agar segera berkumpul di tengah lapangan sesuai tempat yang sudah diatur panitia. Tak butuh waktu lama, para guru pun memadati lapangan. Sayangnya, baru saja MC mengumumkan sebentar lagi upacara dimulai, hujan pun mengguyur cukup deras. Alhasil, para guru berhamburan ke tenda-tenda di bibir lapangan. Hujan selewat itu pun berlalu, para guru diminta kumpul lagi. Setelah semua barisan guru rapi, lagi-lagi hujan mengguyur, dan bubar lagi barisan upacaranya.

Karena waktu sudah makin siang, sekitar jam 8, MC mengumumkan sekali lagi bahwa meski pun hujan, upacara terpaksa harus dimulai dan tidak boleh pake payung (ini semacam ujian militansi, kayaknya.hahaha). Seketika, beberapa guru yang kebetulan berdiri di samping saya, ngedumel: "La suru katong pi badiri di tenga hujan? Ose bae badiri di tenda utama. Guru-guru jua dong harus sehat biar bisa mangajar. Loko mulai suda mo..." (kira-kira begini terjemahan bebas ala Jakarte: "Trus, suru kita berdiri pas hujan gitu? Lo sih enak bediri di tenda utama. Guru-guru tuh kudu sehat biar bisa ngajar. Langsung mulai aja, siih, riiiibs...hehehe).

Saya pun nimbrung, "Ibu, pake payung saja to, biar unik upacara HUT PGRI ada pelangi payung." Eh, langsung disambar "batul jua ade nyong..." (sila terjemahin sendiri). Tak lama, ibu-ibu sudah di lapangan dan semua menggunakan payung. Suasana jadi lebih romantis, upacara HUT PGRI kali ini berhias pelangi payung ibu-ibu guru yang hadir. Mereka pun masa bodo dengan imbauan MC yang minta agar payungnya ditutup. Setelah upacara berjalan kurang lebih 10 menit, hujan pun reda, malahan jadi panas.

Lanjut...masih berlagak wartawan, saya pun cuek saja belanja foto ke sana ke mari, menyusup ke dekat barisan guru paling belakang untuk sekedar tanya-tanya. Menurut seorang guru SD 18 Karang Panjang, Ambon (sebut saja Ibu Usi), sebenarnya gaji guru harus dinaikkan karena BBM juga naik. "Mau bilang cukup tapi ekonomi su naik ni. Mudah-mudahan naik gaji tahun 2015..." terangnya sambil mengumbar senyum. Ibu Usi yang bakal pensiun tahun 2017 ini masih berharap kompensasi guru terus ditambah lantaran kebutuhan hidup yang meningkat seiring kenaikan BBM.

Tak jauh dari ibu Usi, nampak guru-guru yang lain mulai kelelahan berdiri sebab hampir satu jam upacara belum usai. Banyak guru-guru terpaksa istirahat di tenda, khususnya guru-guru yang sudah tua. Dan nasib bagi guru muda, harus tetap bertahan di tengah upacara. Dengan kondisi begitu, saya pun tidak melihat tim medis atau Palang Merah Indonesia di lokasi. sejujurnya, saya khawatir kalau ada yang pingsan dan butuh pertolongan pertama, pasti tidak teratasi. Nah, benar saja, seorang guru terpaksa meninggalkan jalannya upacara karena harus diantar ke rumah sakit. Tak berapa lama, giliran seorang Paskibra putri yang pingsan di sudut utara lapangan, langsung digotong oleh guru-guru didekatnya, dan dilarikan ke ruang teduh di sekitar lapangan.

[caption id="attachment_356232" align="aligncenter" width="300" caption="Wakil Gubernur Maluku DR. Zeth Sahuburua melayani doorstop wartawan seusai upacara HUT ke-69 PGRI di Kota Ambon hari ini (26/11/2014) | Dokumentasi Pribadi"]

1416988058986676062
1416988058986676062
[/caption]

Meski begitu, upacara ini tak hanya diwarnai insiden tapi juga ada sejumlah seremonial yang mengharukan, yaitu pemberian penghargaan kepada guru tertua, guru termuda, dan siswa berprestasi dari pemerintah Provinsi Maluku. Wakil Gubernur Maluku DR. Zeth Sahuburua selalu inspektur upacara pun menyematkan tanda penghargaan kepada perwakilan penerima, dan disambut gemuruh tepuk tangan peserta upacara. Sebelumnya, dalam sambutan inspektur upacara, Pak Wagub menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh guru di Maluku terutama yang sudah mendermakan diri untuk mengajar di pelosok-pelosok Maluku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun