Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Yuk, Intip Kota Ambon Lebih Dekat!

7 Desember 2014   18:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:51 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_358261" align="aligncenter" width="560" caption="Nampak bangunan huruf Ambon Manise pada malam hari di Lapangan Merdeka| Dokpri"][/caption]

Ambon Manise, begitulah sebutan akrab negeri para raja ini. Sedari dulu, nama Ambon sudah menggaung ke belahan dunia, menjadi daya tarik para penjelajah dan lumbung ekonomi bagi pemburu rempah-rempah berkualitas. Sejak masuknya bangsa Portugis pada tahun 1512 di bawah pimpinan Anthony d'Abreu & Fransisco Serau, mereka mulai memonolpoli rempah-rempah, sampai akhirnya dipukul mundur Belanda pada tahun 1605. Belanda pun sama, bersikukuh mencari legitimasi kekuasaan di tanah Ambon, menguasai lahan-lahan pertanian dan jalur perdagangan laut. Ambon juga dikenal sebagai salah satu kepulauan wisata bahari yang eksotis dan diburu banyak wisatwan mancanegara. Tapi, itu dulu. Nah, bagaimana dengan kondisi terkini Kota Ambon? Masihkah manise seperti yang orang bilang?

[caption id="attachment_381272" align="aligncenter" width="560" caption="Kantor Gubernur Maluku, nampak dari Lapangan Merdeka | Dokumen Pribadi"]

14179457901628264800
14179457901628264800
[/caption]

Dua pekan terakhir, saya berkesempatan keliling kawasan Ambon kota. Orang sini biasa bilang “kuliling dalam kota,” alias hanya radius jantung kota saja yang saya kelilingi, mulai dari kawasan Mardika, Lapangan Merdeka, Kantor Gubernur, Gong Perdamaian, Masjid Alfatah, Pelabuhan Besar Yos Sudarso, Ambon Plaza, dan sedikit bergeser ke utara di Pelabuhan Gudang Arang. Kontur dalam kota yang rata, sangat nyaman untuk sekedar keliling sana sini. Terlebih kawasan dalam kota yang dikenal sebagai sentra bisnis, perkantoran, komando militer, tempat ibadah dan pemerintahan ini, menjadi satu-satunya kawasan yang tak pernah mati, bahkan kesibukan kota baru nampak surut pada malam hari selepas pukul 24.00 WIT. Pokoknya, sangat cocok dikunjungi wisatawan yang tidak punya banyak waktu di Kota Ambon.

Menjelang akhir tahun begini, Ambon diramaikan sejumlah kegiatan, salah satunya, Pekan Olahraga Provinsi Maluku (POPMAL III) ke-3 yang diikuti seluruh peserta dari kabupaten dan kota se-Provinsi Maluku. Ada pun cabang olahraga yang dipertandingkan dalam kegiatan ini yaitu tinju, angkat besi, sepak bola, voli, panahan, catur, taekwondo, karate, kempo, bulutangkis, tenis meja, renang, dll. Saya tak ketinggalan menonton beberapa kegiatan yang terpusat di Lapangan Merdeka (Lapmer) seperti turnamen bola voli dan panahan. Sebagai anak daerah Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), saya selalu datang mensupport tim voli SBT.

[caption id="attachment_381273" align="aligncenter" width="560" caption="Pertandingan Volly Putra antara Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) & Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) pada ajang POPMAL III 2014 di Ambon. SBT Takluk 3-1."]

14179460371685981259
14179460371685981259
[/caption]

[caption id="attachment_381274" align="aligncenter" width="560" caption="Penghitungan poin pada lomba panahan di ajang POPMAL III di Kota Ambon | Dokpri"]

1417946078767064680
1417946078767064680
[/caption]

Hari itu (26/11/14), SBT kembali menghadapi tim voli Kota Ambon yang pada laga sebelumnya sudah ditaklukkan 3-0 dalam tiga set. Namun karena ada sedikit masalah yang diprotes tim voli Kota Ambon, pertandingan pun harus diulang. Dengan tensi dan determinasi tinggi mempertahankan gengsi daerah, SBT berhasil menggebuk ulang Kota Ambon dengan skor telak 3-1. Laga selanjutnya, SBT pun harus bermain full dari pagi sampai sore, dan akhirnya takluk dari sodara pela-nya, Maluku Tenggara (Malra). Hingga Popmal usai, Ambon tetap mematenkan dominasinya sebagai juara umum dengan meraih 110 emas di seluruh kejuaraan.

Lapangan Merdeka dikenal sebagai satu-satunya ruang publik representatif di jantung Kota Ambon. Ada beberapa komunitas yang saya temui di sana, yaitu komunitas skateboard, komunitas breakdance, taekwondo, dan karate. Sarana olahraga di Lapangan Merdeka pun terbilang cukup komplit, ada lapangan basket, voli, tenis, dan jogging track. Sesekali, Lapmer juga dimanfaatkan untuk konser musisi sekelas Glann Fredly, Slank, Gigi, Jamrud, dll.

[caption id="attachment_381275" align="aligncenter" width="560" caption="Salah satu sisi jogging track di Lapangan Merdeka. Pengunjung pun bisa berfoto di sana dengan background bangunan huruf Ambon Manise | Dokpri"]

14179461291996311154
14179461291996311154
[/caption]

Saat berputar 360 derajat di Lapangan Merdeka, kemana pun kita mengedar pandangan, mata akan tertumbuk romantisme kota ini. Dalam radius lingkaran kawasan Lapmer, kita leluasa melihat megahnya Kantor Gubernur Maluku dengan arsitektur modern, menjulang tinggi delapan lantai. Di sisi kanan, terdapat gedung Balai Kota, tempat dimana Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy berkantor. Di sisi kiri, berdiri Gereja Maranatha yang begitu klasik, ada pusat komando militer, dan Taman Pattimura. Di taman itu, nampak tugu dan patung Pattimura setinggi 5 meter berdiri tegak mengangkat parang dan salawaku sebagai lambang perlawanan rakyat Maluku terhadap penjajahan. Pada tembok-tembok tugu sudah diukir sejarahnya, kita bisa belajar rekam jejak Pattimura di tanah para raja ini dari awal hingga insiden wafatnya Pattimura di tiang gantung. Di sekitarnya, pepohonan rindang nan hijau siap memanjakan mata dan sangat cocok untuk sekedar nyantai bersama keluarga sembari menikmati aktivitas warga yang berolahraga.

[caption id="attachment_381276" align="aligncenter" width="560" caption="Taman Pattimura Ambon, asri dan nyaman untuk bersantai bareng keluarga, yang pacaran juga boleh deh.hehehe | Dokpri"]

14179462151390644515
14179462151390644515
[/caption]

[caption id="attachment_381277" align="aligncenter" width="450" caption="Tugu Pattimura, sebagai lambang kebebasan rakyat Maluku dari penjajahan. Konon, di sinilah tempat Pattimura dihukum gantung | Dokpri"]

1417946242585758306
1417946242585758306
[/caption]

[caption id="attachment_381278" align="aligncenter" width="450" caption="Gambaran peristiwa hukuman gantung Kapitan Pattimura di dinding tugu Pattimura. Sesaat sebelum dieksekusi, Pattimura berucap: Satu pattimura akan mati, tapi akan tumbuh Pattimura-Pattimura lainnya | Dokpri"]

1417946273224643677
1417946273224643677
[/caption]

Tak jauh dari situ, hanya dipisahkan oleh badan jalan, terdapat Taman Gong Perdamaian Ambon. Gong ini merupakan Gong Perdamaian Dunia yang ke-39, semacam etalase sejarah konflik Ambon yang berkecamuk pada tahun 1998 hingga 2004 silam yang membuat masyarakat terbelah dan terkesan bersekte-sekte sesuai aliran adat dan kepercayaan. Padahal, sebelumnya Ambon dikenal sebagai serambi Jakarta yang memang manise sekali. Pasca konflik SARA itu, kini Ambon tengah berbenah meskipun luka itu belum sembuh total. Kita masih bisa melihat “bekas-bekas luka” pada tembok-tembok yang roboh dan bangunan-bangunan hangus yang masih berdiri, juga kondisi psikologi sosial yang belum sepenuhnya pulih dari trauma.

[caption id="attachment_381279" align="aligncenter" width="333" caption="Pemandangan sore hari di Gong Perdamaian, Lapangan Merdeka, dan Kantor Gubernur Maluku. Foto ini saya pinjam dari grup BBM kawan-kawan Ambon."]

14179463271504754875
14179463271504754875
[/caption]

Bergeser ke kawasan Mardika, terdapat pasar tradisional yang menjadi sentra ekonomi juga pemenuhan kebutuhan sembilan bahan pokok. Seperti pasar tradisional pada umumnya, komoditas pangan yang dijual di sini relatif murah meskipun sudah terjadi kenaikan BBM. Uniknya, untuk menjual beberapa bumbu dapur seperti cabai rawit, para pedagang menggunakan takaran eceran yang tak lazim yaitu dikonversi dengan ukuran cupa (diukur dalam kaleng susu 380 gram) dengan kisaran harga Rp 5.000. Beberapa pedagang berdalih, dengan siasat takaran cupa, pembeli tidak begitu merasakan mahalnya harga komoditas pasca kenaikan BBM dan lebih cepat laku.

[caption id="attachment_381280" align="aligncenter" width="560" caption="Kondisi Pasar Mardika pagi ini yang ramai pembeli. Para pedagang berjualan hampir menutup setengah badan jalan, sehingga arus lalu lintas sedikit tersendat (7/12/14) | Dokpri"]

14179463951379283932
14179463951379283932
[/caption]

[caption id="attachment_381281" align="aligncenter" width="560" caption="Nah, beginilah takaran eceran kebutuhan pokok yang dijual di pasar tradisional Mardika, Ambon | Dokpri"]

14179464172094475339
14179464172094475339
[/caption]

[caption id="attachment_381283" align="aligncenter" width="560" caption="Sejumlah komoditas penting yang sudah naik harga di Pasar Tradisional Mardika, Ambon | Dokpri"]

1417946498389551516
1417946498389551516
[/caption]

Pada minggu pertama kenaikan BBM, harga cabai rawit di Pasar Mardika, naik Rp 1.000 menjadi Rp 5.000 per cupa. Namun, berdasarkan survei saya pagi tadi, ternyata harga cabai rawit naik 100 persen, menjadi Rp 10.000 per cupa. Harga terong per satu ikat (3-4 buah) naik Rp 1.000 rupiah menjadi Rp 5.000, harga kangkung per satu ikat Rp 2.500, naik Rp 500 dari harga semula. Namun yang bikin saya syok yaitu harga petai atau pete, per 1 trip/buah (7-10 biji) dibanderol harga Rp 15.000 (Mama sayange, paling mahal paskali…hahaha). Biar lebih simpel, saya sajikan kenaikan harga beberapa komoditas penting dalam bentuk tabel.

Komoditas
Harga Semula
Kenaikan Harga

Wotel
Rp 14.000 per kg
Rp 16.000 per kg

Ikan Cakalang
Rp 30.000- 40.000 per ekor
Rp 35.000- 45.000 per ekor

Kentang
Rp 11.500 per kg
Rp 12.000 per kg

Kol
Rp 11.500 per kg
Rp 12.000 per kg

Cabai rawit
Rp 4.000 per cupa
Rp 5.000 per cupa/ 30 ribu/kg

Terong
Rp 4.000 per ikat (4 buah)
Rp 5.000 per ikat (4 buah)

Kangkung
Rp 2.500 per ikat
Rp 2.500 per ikat

Bayam
Rp 2.500 per ikat
Rp 2.500 per ikat

Lemon Cina
Rp 3.000-5.000 per nampan
Rp 3.000-5.000 per nampan

Telor
Rp 1.400 per butir
Rp 1.600/ butir atau 45 ribu/rak

Tomat
Rp 4.000 pernampan (4 buah)
Rp 5.000 pernampan (4 buah)

Mentimun
Rp 4.000 per ikat (4 buah)
Rp 5.000 per ikat (4 buah)

Petai
Rp 15.000 per trip/buah
Rp 15.000 per trip/buah

*Harga beberapa komoditas di pasar Mardika, Ambon, dalam seminggu terakhir.

Dari Mardika, saya bertolak ke Dermaga Yos Sudarso Ambon atau yang lebih dikenal Pelabuhan Besar. Menyandang julukan provinsi seribu pulau, tentunya pelabuhan menjadi infrastruktur paling penting dalam menunjang perekonomian daerah Maluku. Semua lalu lintas laut dengan rute dalam Provinsi Maluku dan antarprovinsi, berakhir di Pelabuhan Besar. Kalau mau ke wilayah Indonesia bagian barat, kita bisa menggunakan kapal Pelni, dan ke wilayah Papua bisa menggunakan kapal Sabuk Nusantara. Untuk dalam provinsi, orang-orang biasa naik kapal jenis perntis dan kapal ferry.

Tak sedikit kapal-kapal dari dalam dan luar negeri keluar masuk dermaga ini, aktivitasnya selalu padat, terlebih saat bongkar muat barang. Dari luar pelabuhan pun, kita bisa melihat ratusan kontainer berjejer sepanjang pelabuhan dan sejumlah alat-alat berat lainnya. Di dermaga ini, banyak buruh pikul melabuhkan pencaharian sehari-harinya. Misalkan, saat kapal Pelni sandar, para buruh mulai menawarkan jasa pikul barang hingga mencari tempat tidur atau kamar untuk calon penumpang, ada juga beberapa calo tiket yang berkeliaran.

[caption id="attachment_381284" align="aligncenter" width="560" caption="Pelabuhan Utama Yos Sudarso, Ambon. Cukup bebas masuk keluar pelabuhan ini, penjagaan dan pemeriksaan kendaraan masuk tidak begitu ketat, bahkan kadang dibiarkan tanpa perlu pemeriksaan | Dokpri"]

14179465681468961836
14179465681468961836
[/caption]

[caption id="attachment_381285" align="aligncenter" width="560" caption="Kapal Sabuk Nusantara tujuan Pulau Seram dan Papua di Pelabuhan Yossudarso Ambon. Di belakangnya, kapal kargo yang lagi bongkar muat barang | Dokpri"]

1417946595482748040
1417946595482748040
[/caption]

[caption id="attachment_381286" align="aligncenter" width="560" caption="Sebuah kapal tongkang sandar di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon. Kapal ini biasa memuat pasir, batu, kemudian ditarik oleh kapal tugboat | Dokpri"]

14179466221830736752
14179466221830736752
[/caption]

Dermaga Yos Sudarso bukanlah sat-satunya pelabuhan di Kota Ambon. Ada tiga pelabuhan lain yaitu Pelabuhan Kecil di kawasan Belakang Kota yang hanya melayani pelayaran antarpulau di Maluku, Pelabuhan Gudang Arang sebagai pelabuhan cadangan dimana kapal-kapal bersandar dalam jangka waktu cukup lama (pelabuhan ini semacam parkir inap begitu.hehehe), dan Pelabuhan Ferry di Galala yang hanya melayani rute teluk Ambon.

Setelah puas menikmati aktivitas pesisir laut Kota Ambon, saya berbalik arah ke kawasan Ayapati yang dikenal sebagai sentra bisnis. Banyak toko-toko berentetan, apa pun katorang (kita) punya keperluan, bisa didapat di kawasan ini. Saya sering antar paman saya beli kelengkapan ATK, beli alat-alat bangunan, dan bisa juga bertualang kuliner khas Ambon. Mau ikan asap khas Ambon? Kita cukup jalan kaki ke kawasan Masjid Alfatah, banyak penjaja ikan asap segar yang baru saja diangkat dari tungku, masih anget. Variasi bumbu-bumbunya juga sadap punya, ada bumbu rica-rica, saus tiram, dll. Paling maknyus disantap dengan suami alias sangkoladalam tradisi Buton. Ngiler, ya? Sabaaar, sesi kuliner akan saya ceritakan dalam tulisan berikutnya.hehehe.

Rasanya belum puas kalau hanya keliling dalam Kota Ambon saja, sebab masih banyak destinasi wisata yang bakal bikin kita betah berlama-lama wisata di Kota Ambon. Para wisatwan domestik tak perlu khawatir jika datang ke Ambon, sebab dari dulu Ambon sudah dikenal sebagai kota plural, dimana tumbuh berkembang banyak etnis seperti Jawa, Sunda, Buton, Bugis, Makassar, Minang, Minahasa, Melayu, dan Flobamora. Banyak juga peranakan keturunan, ada Ambon-Belanda, Ambon Spanyol, Ambon Arab, Ambon-Tionghoa, dan Ambon-Portugis. Tak heran, kalau kita sering liat nona-nona manis Arab-Belanda ada laipose (Mau fotonya, kesini aja langusng, lebih afdhal.hehehe). Waktu berkunjung yang tepat, sebaiknya antara Januari-Juni. Selepas itu, sudah memasuki musim timur, dimana aktivitas pelayaran sedikit terhambat karena ombak sedang berpesta pora. Segitu aja dulu Beta pung reportase singkat di Ambon Manise. [SR]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun