Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Yuk, Intip Kota Ambon Lebih Dekat!

7 Desember 2014   18:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:51 1309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mentimun
Rp 4.000 per ikat (4 buah)
Rp 5.000 per ikat (4 buah)

Petai
Rp 15.000 per trip/buah
Rp 15.000 per trip/buah

*Harga beberapa komoditas di pasar Mardika, Ambon, dalam seminggu terakhir.

Dari Mardika, saya bertolak ke Dermaga Yos Sudarso Ambon atau yang lebih dikenal Pelabuhan Besar. Menyandang julukan provinsi seribu pulau, tentunya pelabuhan menjadi infrastruktur paling penting dalam menunjang perekonomian daerah Maluku. Semua lalu lintas laut dengan rute dalam Provinsi Maluku dan antarprovinsi, berakhir di Pelabuhan Besar. Kalau mau ke wilayah Indonesia bagian barat, kita bisa menggunakan kapal Pelni, dan ke wilayah Papua bisa menggunakan kapal Sabuk Nusantara. Untuk dalam provinsi, orang-orang biasa naik kapal jenis perntis dan kapal ferry.

Tak sedikit kapal-kapal dari dalam dan luar negeri keluar masuk dermaga ini, aktivitasnya selalu padat, terlebih saat bongkar muat barang. Dari luar pelabuhan pun, kita bisa melihat ratusan kontainer berjejer sepanjang pelabuhan dan sejumlah alat-alat berat lainnya. Di dermaga ini, banyak buruh pikul melabuhkan pencaharian sehari-harinya. Misalkan, saat kapal Pelni sandar, para buruh mulai menawarkan jasa pikul barang hingga mencari tempat tidur atau kamar untuk calon penumpang, ada juga beberapa calo tiket yang berkeliaran.

[caption id="attachment_381284" align="aligncenter" width="560" caption="Pelabuhan Utama Yos Sudarso, Ambon. Cukup bebas masuk keluar pelabuhan ini, penjagaan dan pemeriksaan kendaraan masuk tidak begitu ketat, bahkan kadang dibiarkan tanpa perlu pemeriksaan | Dokpri"]

14179465681468961836
14179465681468961836
[/caption]

[caption id="attachment_381285" align="aligncenter" width="560" caption="Kapal Sabuk Nusantara tujuan Pulau Seram dan Papua di Pelabuhan Yossudarso Ambon. Di belakangnya, kapal kargo yang lagi bongkar muat barang | Dokpri"]

1417946595482748040
1417946595482748040
[/caption]

[caption id="attachment_381286" align="aligncenter" width="560" caption="Sebuah kapal tongkang sandar di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon. Kapal ini biasa memuat pasir, batu, kemudian ditarik oleh kapal tugboat | Dokpri"]

14179466221830736752
14179466221830736752
[/caption]

Dermaga Yos Sudarso bukanlah sat-satunya pelabuhan di Kota Ambon. Ada tiga pelabuhan lain yaitu Pelabuhan Kecil di kawasan Belakang Kota yang hanya melayani pelayaran antarpulau di Maluku, Pelabuhan Gudang Arang sebagai pelabuhan cadangan dimana kapal-kapal bersandar dalam jangka waktu cukup lama (pelabuhan ini semacam parkir inap begitu.hehehe), dan Pelabuhan Ferry di Galala yang hanya melayani rute teluk Ambon.

Setelah puas menikmati aktivitas pesisir laut Kota Ambon, saya berbalik arah ke kawasan Ayapati yang dikenal sebagai sentra bisnis. Banyak toko-toko berentetan, apa pun katorang (kita) punya keperluan, bisa didapat di kawasan ini. Saya sering antar paman saya beli kelengkapan ATK, beli alat-alat bangunan, dan bisa juga bertualang kuliner khas Ambon. Mau ikan asap khas Ambon? Kita cukup jalan kaki ke kawasan Masjid Alfatah, banyak penjaja ikan asap segar yang baru saja diangkat dari tungku, masih anget. Variasi bumbu-bumbunya juga sadap punya, ada bumbu rica-rica, saus tiram, dll. Paling maknyus disantap dengan suami alias sangkoladalam tradisi Buton. Ngiler, ya? Sabaaar, sesi kuliner akan saya ceritakan dalam tulisan berikutnya.hehehe.

Rasanya belum puas kalau hanya keliling dalam Kota Ambon saja, sebab masih banyak destinasi wisata yang bakal bikin kita betah berlama-lama wisata di Kota Ambon. Para wisatwan domestik tak perlu khawatir jika datang ke Ambon, sebab dari dulu Ambon sudah dikenal sebagai kota plural, dimana tumbuh berkembang banyak etnis seperti Jawa, Sunda, Buton, Bugis, Makassar, Minang, Minahasa, Melayu, dan Flobamora. Banyak juga peranakan keturunan, ada Ambon-Belanda, Ambon Spanyol, Ambon Arab, Ambon-Tionghoa, dan Ambon-Portugis. Tak heran, kalau kita sering liat nona-nona manis Arab-Belanda ada laipose (Mau fotonya, kesini aja langusng, lebih afdhal.hehehe). Waktu berkunjung yang tepat, sebaiknya antara Januari-Juni. Selepas itu, sudah memasuki musim timur, dimana aktivitas pelayaran sedikit terhambat karena ombak sedang berpesta pora. Segitu aja dulu Beta pung reportase singkat di Ambon Manise. [SR]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun