[caption id="attachment_381276" align="aligncenter" width="560" caption="Taman Pattimura Ambon, asri dan nyaman untuk bersantai bareng keluarga, yang pacaran juga boleh deh.hehehe | Dokpri"]
[caption id="attachment_381277" align="aligncenter" width="450" caption="Tugu Pattimura, sebagai lambang kebebasan rakyat Maluku dari penjajahan. Konon, di sinilah tempat Pattimura dihukum gantung | Dokpri"]
[caption id="attachment_381278" align="aligncenter" width="450" caption="Gambaran peristiwa hukuman gantung Kapitan Pattimura di dinding tugu Pattimura. Sesaat sebelum dieksekusi, Pattimura berucap: Satu pattimura akan mati, tapi akan tumbuh Pattimura-Pattimura lainnya | Dokpri"]
Tak jauh dari situ, hanya dipisahkan oleh badan jalan, terdapat Taman Gong Perdamaian Ambon. Gong ini merupakan Gong Perdamaian Dunia yang ke-39, semacam etalase sejarah konflik Ambon yang berkecamuk pada tahun 1998 hingga 2004 silam yang membuat masyarakat terbelah dan terkesan bersekte-sekte sesuai aliran adat dan kepercayaan. Padahal, sebelumnya Ambon dikenal sebagai serambi Jakarta yang memang manise sekali. Pasca konflik SARA itu, kini Ambon tengah berbenah meskipun luka itu belum sembuh total. Kita masih bisa melihat “bekas-bekas luka” pada tembok-tembok yang roboh dan bangunan-bangunan hangus yang masih berdiri, juga kondisi psikologi sosial yang belum sepenuhnya pulih dari trauma.
[caption id="attachment_381279" align="aligncenter" width="333" caption="Pemandangan sore hari di Gong Perdamaian, Lapangan Merdeka, dan Kantor Gubernur Maluku. Foto ini saya pinjam dari grup BBM kawan-kawan Ambon."]
Bergeser ke kawasan Mardika, terdapat pasar tradisional yang menjadi sentra ekonomi juga pemenuhan kebutuhan sembilan bahan pokok. Seperti pasar tradisional pada umumnya, komoditas pangan yang dijual di sini relatif murah meskipun sudah terjadi kenaikan BBM. Uniknya, untuk menjual beberapa bumbu dapur seperti cabai rawit, para pedagang menggunakan takaran eceran yang tak lazim yaitu dikonversi dengan ukuran cupa (diukur dalam kaleng susu 380 gram) dengan kisaran harga Rp 5.000. Beberapa pedagang berdalih, dengan siasat takaran cupa, pembeli tidak begitu merasakan mahalnya harga komoditas pasca kenaikan BBM dan lebih cepat laku.
[caption id="attachment_381280" align="aligncenter" width="560" caption="Kondisi Pasar Mardika pagi ini yang ramai pembeli. Para pedagang berjualan hampir menutup setengah badan jalan, sehingga arus lalu lintas sedikit tersendat (7/12/14) | Dokpri"]
[caption id="attachment_381281" align="aligncenter" width="560" caption="Nah, beginilah takaran eceran kebutuhan pokok yang dijual di pasar tradisional Mardika, Ambon | Dokpri"]
[caption id="attachment_381283" align="aligncenter" width="560" caption="Sejumlah komoditas penting yang sudah naik harga di Pasar Tradisional Mardika, Ambon | Dokpri"]
Pada minggu pertama kenaikan BBM, harga cabai rawit di Pasar Mardika, naik Rp 1.000 menjadi Rp 5.000 per cupa. Namun, berdasarkan survei saya pagi tadi, ternyata harga cabai rawit naik 100 persen, menjadi Rp 10.000 per cupa. Harga terong per satu ikat (3-4 buah) naik Rp 1.000 rupiah menjadi Rp 5.000, harga kangkung per satu ikat Rp 2.500, naik Rp 500 dari harga semula. Namun yang bikin saya syok yaitu harga petai atau pete, per 1 trip/buah (7-10 biji) dibanderol harga Rp 15.000 (Mama sayange, paling mahal paskali…hahaha). Biar lebih simpel, saya sajikan kenaikan harga beberapa komoditas penting dalam bentuk tabel.
Komoditas
Harga Semula
Kenaikan Harga