Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Geliat Politik di Kompasiana

28 Desember 2014   22:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:17 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 


Contoh penggunaan Kompasiana dalam kepentingan politik

 


14197562452002523202
14197562452002523202

1419756292653458317
1419756292653458317

Tak ada yang perlu dipermasalahkan dari sejumlah contoh akun di atas, sebab mereka adalah bagian dari dinamika politik di Kompasiana. Tanpa mereka, boleh jadi dinamika politik di Kompasiana nampak garing dan datar saja. :D

Dianalisa bahwa proses konvergensi simbolik di Kompasiana berawal dari keberadaan warga negara (citizen) dan pengguna internet (netizen) yang sering disebut Kompasianer. Artinya, Kompasianer terbagi dua yaitu sebagian para kompasianer mengaktualisasikan ekspresi simbolik sikap dan pandangan politiknya di Kompasiana dan sebagian para Kompasianer mengekspresikan sikap dan pandangan politiknya di dunia nyata seperti  buku dan mainstream.

Dari keduanya, tentu para Kompasianer yang aktif menulis khususnya di kanal Kotak Suara 2014 dipengaruhi oleh konteks dinamis di dunia nyata dan dunia maya. Selanjutnya sumber daya (resources) yang dimiliki Kompasianer sangat dinamis karena pengetahuan yang didapat bukan hanya di Kompasiana tetapi berbagai sumber seperti akses tehadap internet, wawasan tentang suatu isu, kredibiltas dan kapasitas kompasianer seputar pemilihan presiden 2014.

Dilihat dalam proses konvergensi simbolik, maka para Kompasianer mengalami tiga tahapan yaitu menjadi partisipan aktif, kolektif, spectator dan gladiator. Artinya, para Kompasianer aktif dalam berbagai isu atau topik menjelang pemilihan presiden 2014, kolektif yaitu group, spectator yaitu memantau, dan gladiator yaitu sebagian para Kompasianer ikut serta secara aktif dalam proses politik.

Akhirnya, harus diakui bahwa Kompasiana merupakan salah satu etalase pemilu 2014 kemarin, sekaligus menjadi saluran alternatif komunikasi politik bagi segenap masyarakat virtual di Indonesia. Kompasiana juga memberi warna tersendiri bagi iklim demokrasi di Indonesia dengan mendorong partisipasi aktif masyarakat melalui internet. Lewat Kompasiana, warga bisa menumpahkan keluh kesah politik, menyuarakan kritisme politik, mengawal kebijakan pemerintah dengan opini mereka, dan membangun kesadaran kolektif terhadap politik.

Sebeanrnya, masih ada beberapa poin dalam penelitian ini yang cukup menarik, namun saya pikir cukup dulu ulasan saya, biar tak kepanjangan. Kalau mau baca hasil penelitiannya, silakan izin ke Admin, supaya bisa nongkrong di Kompasiana sambil baca hasil penelitiannya. Boleh gak, Min?hehehe...

Di akhir tulisan ini, saya mengapresiasi kinerja admin dalam mengupayaan Kompasiana sebagai salah satu saluran alternatif komunikasi politik dengan menghadirkan kanal Kotak Suara. Tak lupa pula penghargaan tertinggi bagi para Kompasianer yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari seluruh peristiwa politik yang terekam di Kompasiana. Juga selamat buat Putri yang berhasil menyabet A untuk nilai skripsinya dan lulus dengan predikat cumlaude.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun