Mohon tunggu...
Mohammad Iqbal Shukri
Mohammad Iqbal Shukri Mohon Tunggu... Jurnalis - Manusia penyuka sambel setan

Belajar meramu tulisan dengan cita rasa kenikmatan sambel setan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Insan Pers, Buat Kami Cerdas dengan Berita yang Berkualitas

12 Februari 2020   20:26 Diperbarui: 12 Februari 2020   20:20 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini Rabu (12/02/2020) tagar #BubarkanBPIP menjadi trending di Twitter. Hingga artikel ini ditulis, sudah sebanyak 19,2  ribu Tweet. Hal itu disebabkan oleh ungkapan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof  Yudian Wahyudi yang cukup Kontroversial. 

Berawal dari ungkapannya dalam sebuah berita media nasional, Wahyudi yang baru sepekan dilantik menahkodai BPIP tersebut, mengatakan musuh terbesar pancasila adalah agama.  Sontak hal itu menuai pro kontra di berbagai pihak. 

Dari kejadian tersebut, bisa diambil beberpa anggapan. Pertama Wahyudi blunder terhadap apa yang dikatakannya, hingga menjadikan dirinya sebagai bulan-bulanan netizen. Kedua, berdampak pada kemunculan isu pembubaran BPIP. Dalam hal ini bisa dimanfaatkan oleh beberapa pihak yang berkepentingan. Sebab ada momen. Ketiga, peran media dalam menanggapi sebuah isu. 

Framing Media

Dalam hal ini media sangat berperan penting. Namun sejak persaingan media begitu ketat di zaman digital ini, mereka (media),terlihat lebih pada mengedepankan industrialisasi media. Seolah-olah media menerapkan prinsip aktual dan kecepatan saja, hingga mengesampingkan prinsip-prinsip jurnalistik yang lain. 

Hal itu dibuktikan dengan Framing yang dibuat media. Seperti misalnya, media menyajikan sebuah konten, komentar tokoh yang diminta untuk menanggapi pernyataan dari Wahyudi di atas. Hingga membuat judul yang sedikit bombastis, supaya menarik minat pembaca. Atau bahkan secara tidak langsung konten tersebut menggiring opini pembaca. 

Apakah itu salah?
Menurut saya tidak salah, tapi di sisi lain peran media dalam zaman digital ini menjadi tampak kabur dan bias. Sebisa mungkin media bukan hanya menyalurkan informasi atau membuat konten untuk meningkatkan rating media saja. Melainkan mendidik pembaca, warganet atau masyarakat menjadi cerdas. Tentunya dengan menyajikan berita yang berkualitas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun