Sinematografi pada bagian kedua film mengambil sudut pandang orang ketiga yang unik. Seorang videografer yang memiliki peran dalam cerita film sekaligus mengambil video yang akan digunakan sebagai adegan-adegan dalam bagian kedua film, memberikan dimensi baru pada pengalaman sinematik. Hampir setiap adegan  ditunjukkan melalui pandangan kamera seorang videografer, sehingga adegan video terlihat tidak selalu konstan tanpa adanya getar tetapi sesuai dengan gerakan videografer tersebut dalam memegang kamera.
Film ini mengandung nilai moral yang mengubah pemikiran para aktor seperti Chicco Jerikho dalam memandang soal kebebasan. Salah satu hal yang ditunjukkan pada film "Aum!" merupakan bagaimana kondisi mahasiswa yang terus dikejar oleh militer dan tidak bisa merasa bebas. Hal tersebut memberikan Chicco rasa syukur karena kebebasan yang ia miliki dalam berkarya pada masa reformasi saat ini.Â
Secara garis besar, kondisi mahasiswa yang ditampilkan pada film "Aum!" menunjukkan ketidakbebasan serta ancaman yang mereka harus hadapi, sehingga nilai yang ingin disampaikan kepada penonton adalah bahwa penonton sebaiknya bersyukur atas kondisi mereka pada masa reformasi saat ini, dimana mereka sudah diberikan kebebasan dalam berkarya.Â
Film "Aum!" membangun suasana tegang yang dapat dirasakan oleh penonton melalui konflik yang terus terjadi di dalam tim produksi film, dan juga situasi berat yang sedang dihadapi oleh kelompok aktivis yang harus merekam film secara diam dan tanpa sepengetahuan pihak militer agar tidak tertangkap. Suasana tegang yang terdapat pada film diimbangi dengan dengan humor dan kelucuan pada adegan tertentu. Kelakuan Panca yang sangat idealis dimana ia ingin aktor untuk melakukan hal yang sebenarnya tidak perlu memberikan kesan yang lucu bagi penonton.Â
Pembawaan alur yang tidak biasa digunakan dalam industri perfilman memberikan kesan yang  berbeda bagi penonton. Alur yang dibagi menjadi dua bagian memberikan plot twist yang mengherankan penonton di awalnya, namun akhirnya menjadi suatu kejutan yang meningkatkan perhatian penonton. Bagian awal film menunjukkan seakan-akan bahwa film tersebut menceritakan kisah mahasiswa aktivis yang ditempatkan sebagai  karakter utama, pada bagian kedua hanya menjadi karakter yang diperankan oleh tokoh yang merupakan karakter dalam film itu juga.Â
Mengambil latar waktu pada tahun 1998, film "Aum!" memilih suatu pendekatan yang berbeda dalam industri perfilman yang mungkin tidak banyak diketahui oleh kalangan penonton. Jalan cerita film tersebut dapat menceritakan sejarah dan kondisi Indonesia pada era pra reformasi dengan cara yang sangat menarik untuk dilihat dan didengar oleh penonton.Â
Cerita lebih terfokus bukan kepada aspek umum era pra reformasi seperti sejarah lengkapnya, kebijakan pemerintah, atau hal lainnya, melainkan kepada kondisi yang dialami mahasiswa. Bukan hanya menceritakan dalam bentuk penjelasan mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi pada era pra reformasi, tetapi film "Aum!" juga menayangkan emosi yang dialami oleh para tokoh yang diperankan saat berada pada kondisi dalam setiap adegan.
Menceritakan tentang hambatan dalam kebebasan, film "Aum!" menyampaikan nilai moral yang berharga dan dapat dimengerti oleh penonton dengan mudah. Setelah menonton film "Aum!", penonton dapat memiliki pandangan yang lebih terbuka dengan mengetahui kondisi yang dialami oleh masyarakat pada era pra reformasi yang ditunjukkan dalam emosi setiap karakter. Penonton dapat menjadi lebih bersyukur atas kebebasan yang sekarang ini mereka miliki, sehingga dapat dinyatakan bahwa film tersebut memberikan pengaruh nilai moral dan kesadaran yang besar bagi penonton. Â
Film "Aum!" mengakhiri ceritanya dengan sifat yang menggantung, yang dapat cukup mengherankan penonton. Setelah klimaks yang menunjukkan konflik terbesar antara Linda dan Panca, Panca terlihat mengundurkan diri dari kelompok tersebut dan keesokan harinya kelompok Linda ditangkap oleh militer yang salah satunya ternyata adalah Panca, cerita hanya berakhir dengan sang videografer melarikan diri dari para militer.Â
Akhiran cerita tersebut memberikan penonton beberapa pertanyaan mengenai identitas Panca yang sebenarnya, apa yang terjadi kepada Linda dan timnya, serta apakah film tersebut akhirnya tetap ditayangkan atau tidak. Sifat yang menggantung setelah klimaks dari konflik bukanlah suatu cara yang baik untuk mengakhiri suatu cerita, sebab  dapat memunculkan kebingungan yang dirasakan oleh penonton saat film telah selesai ditayangkan dan kebingungan itu dapat memberikan mereka rasa ketidakpuasan akan cerita.Â
Bagi para penggemar film yang berlatar pada masa lalu serta memiliki unsur-unsur sejarah Indonesia, film "Aum!" dapat menjadi pilihan yang tepat untuk ditonton. Pemfokusan film yang lebih mengarah kepada kondisi dan peristiwa yang dialami oleh mahasiswa dan aktivis pada masa tersebut, dapat memberikan kesan yang berbeda dibandingkan film dengan unsur sejarah pada umumnya.Â