Mohon tunggu...
SH Tobing
SH Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Berbagi Untuk Semua | shtobing@gmail.com | www.youtube.com/@belajarkoor

Ingin berbagi pengalaman dan pemikiran serta terus membaca untuk memperkaya wawasan. Kompasiana menjadi tempat yang ideal untuk berbagi pengalaman dan ide selama saya diberi kesempatan berkarya di dunia | Have a nice day! | https://www.youtube.com/@belajarkoor

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Silahkan Kritik tapi Jangan Fitnah!

13 Februari 2021   09:22 Diperbarui: 13 Februari 2021   09:35 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ingat Kritik Jangan Fitnah (dok pribadi)

Saat ini daya nalar sebagian masyarakat harus "direfresh" supaya  dapat membedakan yang mana kritik dan yang mana asal tuding tanpa bukti yang dapat menjadi fitnah. Hal ini sangat penting, karena banyak orang yang tidak bisa membedakan kritik dengan fitnah, karena mereka menganggap segala perkataan yang mengecam dan memprotes pemerintah, pejabat, lembaga, perusahaan, seseorang pribadi (baik pesohor maupun bukan) adalah kritik.

Kritik Harus Berdasar Fakta

Padahal kritik harus jelas subjeknya dan tentu harus ada sesuatu yang mendasari timbulnya kritik tersebut. Jadi kalau hanya berteriak-teriak di jalan atau di media sosial mengatakan "pemerintah goblok", "pemerintah zalim", "partai anu berisi koruptor", "gubernur buang-buang anggaran", "partai anu berisi PKI", "kota A jorok" dan sebagainya, haruslah ada dasarnya. Ada pengalaman yang dirasakan atau dilihat, dan akan lebih baik lagi bila ada data otentik. Selain itu kritik tidak bisa dipertangungjawabkan, dan dengan mudah akan disebut sebagai fitnah! 

Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia kritik adalah "kecaman atau tanggapan, atau kupasan kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. "Dan sebagainya di sini misalnya atas pelayanan, kinerja, prestasi, kualitas dan sejenisnya" 

Jadi jelas harus ada subjek yang menimbulkan kritik "hasil karya, pendapat, pelayanan, kinerja, prestasi, kualitas dan sebagainya". Jadi kalau hanya karena rasa tidak suka, cemburu, iri atau karena lawan politik, apalagi hanya iseng dan ikut-ikutan saja, tanpa ada pengalaman melihat, merasakan atau terlibat diri sendiri (atau orang lain yang kita yakini benar), maka itu adalah fitnah!

Jangan Sembarangan Ikut Menyebarkan "Kritik"

Ketika kita ingin IKUT menyuarakan kritik dari orang kepada pemerintah, lembaga, partai, organisasi, pejabat, pesohor atau kepada siapapun, pastikan bahwa kritik yang disampaikan memenuhi di atas. Kalau tidak maka kita telah melanggar hukum karena terlibat dalam penyebaran kabar bohong dan fitnah.

Jadi harus hati-hati bila ikut menyuarakan kritik dari orang lain, walaupun orang itu adalah seorang ulama atau orang yang berpakaian layaknya ulama. Jangan percaya begitu saja kecuali kita memang ingin terjerumus melanggar hukum.

Meluruskan arti kata kritik dan tujuannya sangatlah penting, sehingga kita akan menganggap wajar bila ada orang-orang yang ditangkap dan harus mempertanggungjawabkan "kritiknya", karena mendompleng kebebasan berpendapat, demokrasi dan hak azasi manusia dengan menyuarakaan kritik yang tanpa dasar sehingga layak disebut fitnah.

Kritiklah Dengan Keras!

Rakyat Indonesia juga harus mengerti apa itu menyampaikan kritik dengan keras. Kritik dengan keras adalah protes karena kritik kita tidak ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan yang nyata, bahkan masalah yang sama masih timbul berulang. Untuk itu kita jangan berhenti mengkritik sehingga pihak yang memiliki wewenang lebih tinggi dari pihak yang kita kritik turun tangan memperbaikinya.

Menyampaikan kritik adalah hak kita sebagai rakyat di negara demokrasi, namun dalam era media sosial saat ini seringkali kritik kita tenggelam karena sanggahan-sanggahan dari pihak lain. Saran saya jangan berhenti mengkritik, sejauh kita atau orang yang kita wakili memang mengalami, merasakan, melihat bahkan mungkin memiliki data atas hal yang kita kritik.

Sejauh kritik kita benar maka segala sanggahan dari para netizen di media sosial, tidak akan dapat menggoyahkan kita. Namun kalau kritik yang kita sampaiakn tidak benar, maka kita tidak akan dapat mengcounter serangan para netizen tersebut. Pengalaman saya mengkritik sebuah bank milik pemerintah yang membuat anak saya harus susah payah antri lagi untuk menghidupkan rekeningnya, padahal di masa pandemi, mendapat dukungan dari netizen dan pihak bank, walau tidak mengatakan maaf kepada saya atau anak saya, sudah memperbaiki layanannya. 

Buzzer Bukan Hanya Yang Membela Pemerintah

Netizen yang memviralkan sebuah kritik dan netizen yang membantah kritik tersebut, sekarang semuanya disebut buzzer (Inggris: pendengung) seringkali membuat gerah para pengkritik. Namun sejauh kritik kita benar mengapa takut dan gerah, tunjukan semua bukti yang kita miliki atau kisah yang kita alami, pasti mereka akan diam. Namun kalau kita memfitnah atau menyebarkan kabar bohong, maka para netizen (yang dituduh sebagai buzzer itu) akan mengorek keburukan kita dan menekan kita sehingga kita berhenti memfitnah.

Kritik kadang ditunggangi oleh politikus maupun pengusaha pesaing untuk mengajak orang lain agar ikut membenci, seperti kritik pada kinerja pemerintah digunakan untuk tidak memilih lagi partai pendukung atau setiap pejabat di pemerintahan. Termasuk juga kritik yang membuat kita tidak ingin membeli produk tersebut, menginap di suatu hotel, mengunjungi suatu tempat wisata dan lain sebagainnya. Oleh karena itu membedakan mana itu kritik atau fitnah sangatlah penting supaya tidak ada yang menjadi korban.

Baru-baru ini saya menonton sebuah video di youtube yang menceritakan bahwa sebuah warung "mie kocok" menjadi sepi karena kritik seorang neizen menggunakan Media Sosial Tik-Tok. Seorang Youtuber dengan niat baiknya, mengunjungi warung tersebut, dan mengabadikan pengalamannya, ternyata kritik warung tidak bersih, harga kemahalan dan rasa tidak enak, sama sekali tidak benar. Begitu video youtubenya muncul langsung konten di Tik Tok dihapus oleh netizen tersebut. Suatu perbuatan yang tercela mengorbankan pedagang kecil dengan fitnah yang keji, dan mungkin karena persaingan dagang semata.

Jangan Terjerumus Trik Politikus

Di berbagai media, baik media main stream maupun media sosial, sedang ramai menanggapi pernyataan presiden agar lakukan kritik dengan keras! Dari uraian di atas tentunya kita semua mengerti apa yang dimaksud presiden dengan kritik. Namun seperti biasa lawan politik dan pihak-pihak lain yang berseberangan  menanggapinya dengan menuduh "tidak mungkin mengkritik pemerintah yang represif".

Akibatnya netizen yang memihak pemerintah menyerang para politikus maupun orang-orang yang berkomentar seperti itu. Dan hal yang sangat biasa bila mendadak segala keburukan para komentator tersebut muncul di media sosial. Hal itu sebenarnya bersamaan dengan netizen lain yang menyerang pemerintah, tapi seperti biasa para lawan politik atau pihak yang bersebrangan dengan pemerintah menuduh pemerintah memili buzzer dan berkembang menjadi buzzer yang dibayar diplesetkan menjadi "buzzeRp". 

Padahal di pihak mereka juga ada buzzer, namun mungkin karena buzzer mereka tidak kreatif atau sebagian besar adalah robot, atau orang yang punya puluhan akun, maka para buzzer mereka kalah hebat karena tidak kreatif dan gayanya itu-itu saja, yaitu membuat kata tertentu dengan tagar (hastag) lalu dimuat berulang-ulang, akibatnya algoritmanya Media Sosial mendeteksinya dan dianggap spam. 

Buktikan Ada BuzzeRp, Kalau Tidak Itu Termasuk Fitnah 

Menuduh pemerintah memiliki buzzer yang dibayar (buzzeRp) menurut saya adalah fitnah, karena saya pribadi sering mengomentari para politikus yang mengeluarkan berita bohong. Tapi saya sama sekali tidak memperoleh serupiahpun dari ativitas saya. Karena saya hanya merasa berdosa kalau membiarkan orang-orang menyebarkan kabar bohong, atau memfitnah di manapun mereka berada.

Di media sosial sudah beredar pernyataan para netizen yang sering membela kinerja pemerintah dan menyerang pihak yang suka menudutkan pemerintah, bahwa mereka tidak pernah memperoleh sepeserpun atas apa yang mereka lakukan. Dengan demikian,, memang sebenarnya banyak rakyat Indonesia, yang karena hati nuraninya sendiri, tidak rela pemerintah yang dirasakan sudah bekerja lebih baik dari pemerintah sebelumnya, disebut sebagai gagal memajukan Indonesia.

Berita Bohong dan Fitnah Itu Bukan Kritik

Dengan semakin pandainya rakyat Indoensia, dan bisa membedakan mana Kritik dan mana Fitnah, maka siapapun orang yang suka berkelit bahwa berita bohong dan fitnah yang disebarkan adalah kritik, akan dijauhi dan dikucilkan.  

Waspadalah selalu bangsa Indonesia, jangan biarkan diri anda dan negara kita yang tercinta ini di obok-obok oleh tukang fitnah dan pemecah belah. Kalau memang berdasarkan apa yang anda rasakan,  lihat atau alami pemerintah tidak becus bekerja, kritiklah dan bila tidak beurbah jangan lagi pilih partai pendukungnya di pemilu terdekat.

Kalau ternyata sebagaian besar rakyat Indonesia masih memilih rezim yang sekarang, maka terimalah itu sebagai hasil dari sebuah demokrasi. Jadi kita bisa move on dan fokus belajar dan bekerja demi kesejahteraan keluarga kita.

Have a nice day.

@shtobin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun