Mohon tunggu...
Sherine Aryu
Sherine Aryu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi mendengarkan musik dan memasak :D

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alunan Gamelan Pewayangan: Musik yang Menemani Para Dalang Sampai Akhir

12 Desember 2023   23:35 Diperbarui: 13 Desember 2023   00:26 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 24 September 2023, Ki Kasmin G yang merupakan dalang wayang kulit gaya Surakarta menggelar pagelaran wayang kulit di Ruang Pergelaran Museum Wayang, Jakarta. Pementasan yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam tersebut mengambil lakon "Gathutkaca Wisuda" dengan diiringi gamelan khas Surakarta.

Sesuai tradisi turun temurun dalam seni pedalangan Jawa, tabuhan gamelan mengalun tanpa henti mengiringi suara Ki Kasmin G memerankan para tokoh wayang sejak awal hingga akhir pertunjukan. Bahkan beberapa menit setelah Ki Kasmin G menutup kelir tanda usainya pementasan, alunan gamelan masih terdengar sebelum benar-benar diakhiri oleh para pengrawit.

Tradisi gamelan tanpa akhir dalam seni pertunjukan wayang kulit gaya Surakarta ini telah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Konon tradisi ini merupakan sikap rasa hormat serta penghargaan masyarakat Jawa kepada para leluhur dan roh halus yang dipercaya turut menonton jalannya pementasan wayang.

Alunan gamelan dipercaya sebagai sarana transportasi bagi roh-roh gaib tersebut untuk datang dari alam mereka ke tempat pementasan wayang dan kembali lagi dengan selamat setelah pertunjukan selesai. Maka dari itu, tabuhan gamelan tidak boleh berhenti sebelum waktunya karena dikhawatirkan para roh tersesat jalan pulang.

Terdapat beberapa landasan teori yang semakin memperkuat pemaknaan filosofis di balik tradisi gamelan tanpa akhir dalam pementasan wayang kulit gaya Surakarta, di antaranya:

  • Penelitian Raharja (2018) mengungkap bahwa gamelan berperan sebagai pemandu perjalanan spiritual baik bagi roh halus maupun penonton wayang.
  • Atmojo (2020) dalam penelitiannya menemukan bahwa gamelan membawa energi positif yang dipercaya sanggup menghalau energi-energi jahat yang berpotensi mengganggu jalannya pementasan.
  • Warsih (2021) melalui risetnya membuktikan bahwa dengan mendengarkan tabuhan gamelan, manusia bisa merasakan ketenangan batin dan ketentraman jiwa.

Jadi dapat disimpulkan, tradisi tanpa henti tabuhan gamelan pengiring pertunjukan wayang kulit gaya Surakarta bukanlah aturan main semata yang tak boleh dilanggar. Lebih dari sekadar itu, tradisi ini mengandung nilai-nilai religi, spiritual, dan terapeutik bagi yang mendengarnya sehingga patut untuk terus dijaga kelestariannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun