Filsafat merupakan pijakan atau landasan berpikir manusia dalam dunia akademik sebagai penalaran akal dalam mencari dan
mendalami sebuah ilmu pengetahuan. Filsafat dan ilmu pengetahuan secara terus menerus selalu mengalami transformasi guna untuk menuntaskan problematik yang dihadapi seiringan perkembangan zaman. Sejak lahir dan berkembangnya filsafat dan
ilmu pengetahuan memiliki peranan/pengaruh yang besar terhadap dunia akademik. Secara historis keberadaan filsafat dan ilmu pengetahuan terus mengalami dinamika setiap periodisasi guna adanya tuntutan zaman. Secara mendasar telah mengalami perubahan dari pemikiran terdahulu, sehingga diadakannya eksplorasi mendalam untuk menyelesaikan problematika yang ada.
Pada abad 17 ditandai dengan meletusnya Revolusi Industri yang melahirkan masyarakat modern, telah menciptakan berbagai pemikiran dan pandangan idealis yang memiliki praksis dan dampak besar terhadap kehidupan masyarakat pada zaman tersebut (Tasnur & Sudrajat, 2020). Perubahan tersebut tidak begitu mengherankan, sebab apabila dicermati yang telah terjadi bahwa paham yang muncul pada suatu zaman biasanya hasil dari respons terhadap rentetan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berdampingan dan mengokohkan antara satu dengan yang lainnya. Berabad-abad lamanya dominasi gereja merupakan alasan mendasar dari lahirnya
positivisme dan diperkuat oleh adanya sekularisme. Dewasa ini semakin berkembangnya zaman masyarakat modern telah mencapai Revolusi Industri, di mana semua roda kehidupan masyarakat didukung dengan canggihnya teknologi. Perilaku sosial dan pola kehidupan masyarakat telah berubah secara drastis akibat pengaruh dari Revolusi Industri. Perkembangan teknologi yang melahirkan era Revolusi Industri tidak hanya sekedar membuka interaksi sosial secara luas, tetapi juga mendisrupsikan di berbagai bidang kehidupan manusia (Prasetyo & Trisyanti, 2018). Sedangkan Society merupakan tatanan kebutuhan masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) (Fukuda, 2020). Revolusi Industri dan Society telah menghadirkan tatanan kehidupan yang baru bagi masyarakat, di mana semua perilaku masyarakat akan dibuat secara mudah dalam memenuhi segala unsur kehidupan.
Apa itu filsafat?
Istilah “filsafat” secara etimologis merupakan persamaan kata falsafah (bahasa Arab) dan philosophy (bahasa Inggris), berasal dan
bahasa Yunani (philosophia). Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dan kata (philos) dan (sophia). Kata philos
berarti kekasih, bisa juga berarti sahabat. Adapun sophia berarti kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga berarti pengetahuan (Rapar,
2001: 5). Secara harfiah philosophia berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan. Istilah philosophia telah
diindonesiakan menjadi “filsafat”, ajektifnya adalah “filsafat” dan bukan “filosofis”. Filsafat sangat terkait dengan tradisi pemikiran-pemikiran Barat. Hingga saat ini para ilmuwan menyepakati bahwa filsafat pertama kali hadir di Yunani pada sekitar abad ke- 7 SM. Pada awal kemunculan berkembangnya filsafat, ilmu pengetahuan masih menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari filsafat. Corak pemikiran filsafat pada awal munculnya dikenal dengan istilah alam.
Telaah filsafat, ilmu pengetahuan dan Revolusi Industri dapat dilihat secara mendalam melalui pendekatan historis. Perkembangan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan yang begitu intens. Permulaan sejarah filsafat di Yunani hampir meliputi seluruh pemikiran teoritis. Revolusi ilmu pengetahuan terus berlanjut di abad 20 atas teori relativitasnya Einstein yang merombak filsafat Newton yang semula dianggap mapan, di samping teori kuantumnya yang telah mengubah persepsi ilmu pengetahuan mengenai sifat-sifat dasar dan perilaku materi, sehingga para pakar dapat melanjutkan penelitiannya dan berhasil mengembangkan ilmu-ilmu dasar seperti astronomi, kimia, fisika, biologi, molekuler, sebagaimana hasilnya dapat dinikmati oleh manusia di abad ke-21 saat ini.
Revolusi Industri merupakan hasil dari perkembangan IPTEK yang dapat membantu manusia dalam menyelesaikan pekerjaan
yang berbantuan teknologi. Sebelum adanya Revolusi Industri pekerjaan manusia dalam industri masih menggunakan tenaga
murni tanpa bantuan teknologi. Secara bertahap dan berkembang pada 1700-an di Inggris Raya, telah terjadi perubahan manufaktur tenaga uap atau dikenal dengan Revolusi Industri. Memasuki abad ke-19 para ilmuan telah menemukan listrik atau dikenal dengan Revolusi Industri. Masuk di abad 20 muncul teknologi informasi dan elektronik yang masuk ke dalam dunia industri yaitu semua pekerjaan menggunakan sistem otomatisasi berbasis komputer dan robot dikenal dengan Revolusi Industri (Rohida, 2018). Revolusi yang terakhir dikenal dengan Revolusi Industri ditandai dengan penggunaan internet dalam dunia industri, di mana Internet menyambungkan seluruh komputer berada dalam satu jaringan raksasa dan dapat dikendalikan dalam sebuah smartphone (Schwab, 2019).
Keberadaan dan perkembangan IPTEK selalu saling mempengaruhi satu sama lain. Zaman now ini loncatan-loncatan penting bidang IPTEK telah terdapat inovasi-inovasi baru yang tentunya dapat berdampak positif dan juga negatif. Filsafat sebagai dasar bagi pengembangan IPTEK harus ikut turun pada kontekstualitasnya supaya kesadaran akan pemanfaatan teknologi tetap pada garis koridor atas kepentingan bersama (Ibda, 2019). Implikasi dari perkembangan dan penerapan IPTEK harus dikendalikan dengan dasar filsafat, tujuan agar etika ilmiah supaya tidak semakin jauh dari nilai-nilai etik, moral dan agama. Implikasi filsafat terhadap perkembangan IPTEK dijadikan dasar sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga manusia menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiahnya. Usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan merupakan dari metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan, guna seorang ilmuan mengetahui hakikat dan landasan ilmu pengetahuan itu sendiri, serta memberikan pendasaran yang logis terhadap metode keilmuan tertentu (Habibah, 2017). Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan manusia harus dipertanggung jawabkan secara etis, agar manusia menyadari apa yang seharusnya dikerjakan untuk memperkuat harkat martabat manusia, baik dalam hubungannya sebagai pribadi, dengan lingkungan, dan sebagai makhluk yang bertanggung jawab pada sang pencipta.
Filsafat telah menjembatani lahirnya pendekatan multidisipliner yang sangat diperlukan, karena terbatas dan sempitnya kajian keilmuan terhadap realitas fisik yang sesungguhnya bersifat multidimensional. Ilmu pengetahuan adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif yang terdiri dari berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau perorangan
untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan. Realitas
hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan adalah sama-sama hasil dari kegiatan berpikir manusia. Kegiatan manusia diartikan dalam
sebuah prosesnya dan juga dalam hasilnya. Apabila dilihat dari hasilnya, ketiganya merupakan hasil daripada berpikir manusia
secara sadar. Jika dilihat dari segi prosesnya, keduanya menunjukkan suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan
masalah-masalah dalam kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan), dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.
Filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan jembatan atas perubahan dan perkembangan di dunia IPTEK. Berkembangnya teknologi saat ini dikenal dengan istilah Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 di mana pola kehidupan manusia telah beralih dari tenaga manusia ke tenaga teknologi canggih seperti internet, robot, kecerdasan buatan dan komputer. Hal ini biasa dikenal dengan era
disrupsi sebab akan muncul banyaknya permasalahan- Muhammad Rijal Fadli 157 permasalahan masyarakat yang dihadapi atas masifnya perkembangan IPTEK. Meskipun hal tersebut diawali oleh manusia dalam masyarakat yang santun penuh keseimbangan, manusia senantiasa terus berubah, berkembang menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada sesuai dengan zaman. Counter discourse terhadap perkembangan IPTEK tidak dapat dilakukan, melainkan untuk dapat mengurangi dampak negatif dari adanya teknologi tersebut. Masyarakat saat ini harus kritis sebagai kunci dalam menghadapi tantangan zaman serta mampu menganalisis
kebutuhan mereka terhadap teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Agriyanto, R., & Rohman, A. (2015). Rekonstruksi Filsafat Ilmu
dalam Perspektif Perekonomian yang Berkeadilan. Jurnal AtTaqaddum, 7(1), 22–39. https://doi.org/10.21580/at.v7i1.1530
Bakhtiar, A. (2012). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
.
Carnap, R. (2012). An Introduction to the Philosophy of Science. New
York: Dover Publication, Inc.
French, S., & McKenzie, K. (2016). Rethinking outside the toolbox: Reflecting again on the relationship between philosophy of
science and metaphysics. Poznan Studies in the Philosophy of the Sciences and the Humanities, 104(3), 25–54. https://doi.org/10.1163/9789004310827_003
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H