Mohon tunggu...
SITI SAHARA
SITI SAHARA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mencoba menjadi seseorang yang ingin abadi dalam tulisan

sedang menempuh pendidikan dibidang kesejarahan fakultas keguruan agar banyak belajar untuk diri sendiri dan dibagikan pada orang lain lewat apa yang di baca, lihat, dengar, analisis dan evaluasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aristokratis Penyulut Revolusi Perancis

17 Desember 2021   19:25 Diperbarui: 17 Desember 2021   19:33 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Napoleon si tokoh penuh kontroversi, seorang diktator militer yang dilarang karena Ambisi pribadinya berhasil mengantarkan Perancis menjadi Negara paling berkuasa di Eropa dengan menimbulkan banyak korban jiwa dan sebagian lainnya menganggap bahwa Napoleon sebagai pahlawan rakyat yang mampu menghasilkan berbagai macam reformasi ekonomi dan perubahan nyata kepada masyarakat sejak kelahirannya pada 15 Agustus 1769 di Corsica.

Napoleon ialah putra dari seorang bangsawan yang tidak terlalu kaya, anak kedua dari pengacara Carlo Bonaparte dan istrinya Laetitia Ramolino.

Pada saat ia sekolah di e-colly military Paris, usianya baru menginjak 15 tahun. Ia sering di-bully oleh teman-temannya karena latar belakangnya yang miskin dan logat bicara Corsicanya, Namun itu tidak menghapuskannya menguasai bidang matematika, ilmu sejarah dan geografinya yang tak kalah bagus. Diantara beberapa bidang militer, Napoleon memilih karir militernya sebagai perwira artileri dan kemampuan matematikanya yang ternyata dapat membantunya memperkirakan jarak tembak meriam. Ia pun dinyatakan lulus dengan kemampuannya yang mengantarkannya pada pangkat letnan dua di Resimen Artilery Officer bertepatan dengan awal masa revolusi Perancis pada tanggal 5 Mei 1789 yang kemudian di masa inilah ia bertemu dengan Augustine Robespierre dan para pemimpin politik Republik, serta dipercaya sebagai perwira militer republik yang saat itu sedang banyak membutuhkan orang seperti Napoleon dengan banyak bakat di bidang militer untuk berbagai pertempuran melawan kaum loyalis seperti Inggris dan Spanyol.

Ternyata Jalan pemerintahan direktori tidak seefektif ekspektasi yang direncanakan oleh kebijakan, hal itu mendorong Napoleon melakukan kudeta dengan membubarkan pemerintahan direktori dan menggantikannya dengan pemerintahan baru bernama pemerintahan konsulat. Napoleon Bonaparte mengangkat dirinya menjadi konsultan pertama yang kemudian membubarkan diri serta menandakan berakhirnya Revolusi Perancis dan mengalami titik balik setelah Napoleon mengangkat dirinya menjadi Kaisar Perancis yang dinobatkan oleh Paus Pius VII dari Roma pada tahun 1804. Dalam pidatonya ia berkata "menjadi raja adalah mewarisi ide lama dan silsilahnya. Aku tidak ingin menjadi penerus dari siapapun." Hal ini sedikit menjelaskan mengapa ia ingin sekali menajdi kaisar bukan raja Perancis dan menolak ide-ide republik. Sehingga Perancis pun kembali berbentuk monarki. Perancis di bawah pemerintahan Napoleon Bonaparte berkembang menjadi sebuah negara paling berkuasa di Eropa serta adanya keberlangsungan melaksanakan beberapa perang koalisi I sampai perang koalisi VII. Pada perang koalisi ini Perancis banyak mengalami kemenangan.

Perang koalisi ini ditujukan untuk melaksanakan politik luar negeri Perancis yang terdiri dari :

  • Perang koalisi I (1792-1797). Perancis melawan Prusia, Inggris, Spanyol, Belanda, Austria dan Sardinia
  • Perang koalisi II (1797-1802). Perancis melawan Austria, Rusia, Inggris dan Turki
  • Perang koalisi III (1805). Perancis melawan Austria, Rusia, Swedia dan Inggris
  • Perang koalisi IV (1805-1807). Perancis melawan Prusia, Rusia dan Inggris
  • Perang koalisi V (1809). Perancis melawan Inggris, Spanyol, Portugal, dan Austria
  • Perang koalisi VI (1813-1814). Perancis melawan Prusia, Rusia, Britania Raya, Portugal, Swedia, Austria, Spanyol dan sejumlah negara-negara Jerman
  • Perang koalisi VII (1815). Perancis melawan Britania Raya, Rusia, Prusia, Swedia, Austria dan Belanda

Pada perang koalisi VI ini, Napoleon mengalami kekalahan dan membuatnya diasingkan ke pulau Elba sesuai Perjanjian Fountaineblau karena gagal mempertahankan Rusia dan Austria. Namun tidak sampai setahun pada tanggal 1 Maret 1815 ia kabur dari pulau Elba dan memerintahkan Perancis untuk kembali berkoalisi (Perang koalisi VII) dan memutuskan untuk menyerang lebih dulu dengan mengumpulkan tentara yang masih setia padanya dan terkumpul 280.000 orang yang kemudian dipecah menjadi beberapa kesatuan. Awalnya ia berhasil mengalahkan Inggris memukul mundur ke laut dan memaksa Prusia keluar dari peperangan dengan serangan kejut. Pada hari yang sama, pasukan lain pimpinan Marsekal Michel Ney berhasil menahan bala bantuan tentara Wellington namun gagal membersihkan persimpangan jalan Quatre Bras sehingga Wellington kembali memperkuat posisinya.

Dari peristiwa kekalahannya di Waterloo itu, ia kembali ke Paris dengan harapan masih adanya perlawanan rakyat untuk membela negaranya terhadap kedatangan pasukan asing yang ingin menguasai Perancis. Namun pendapatnya itu tidak mendapat dukungan rakyat dan politisi memaksa Napoleon turun takhta pada tanggal 22 Juni 1815 serta diasingkannya kembali ke pulau yang lebih jauh dari Eropa yaitu Saint Helena bertepatan dengan berakhirnya karir Napoleon ini karena kemudian ia meninggal disana pada usia 51 tahun yang diakibatkan oleh penyakit kanker yang di derita nya dan jasadnya baru dikemablikan ke Perancis setelah 25 tahun lamanya.

Pada hakikatnya, Napoleon Bonaparte ialah penyelamat Perancis dari serangan negara-negara berkoalisi. Revolusi perancis telah membawa pengaruh yang sangat luas bahkan dampaknya oleh sejarawan dianggap ada hingga saat ini. Secara politis, terdapat lahirnya paham-paham liberalisme, demokrasi dan nasionalisme sebagai bagian dari perkembangan semboyan revolusi liberte, egalite, dan fraternette. Dan secara ekonomis, revolusi ini telah menurunkan jumlah angka feodalisme, industrialisasi di Eropa pun menurun akibat blokade ekonomi Inggris dan membuatnya kehilangan pasar di Eropa. Tak dapat dipungkiri juga dampaknya dari revolusi Perancis ini sampai ke Indonesia.

Dari Louis XVI dan Marie Antoinette yang egois terhadap Perancis yang kritis karena Perancis yang krisis, kemudian menjalar pada majelis penyusun konstitusi dan kontroversi peran monarki. Inilah Perancis modern dalam catatan sejarah Napoleon, kaisar sang pendobrak Aristokratis. Inilah linimasa Revolusi Perancis yang dampaknya begitu meluas di seluruh penjuru dunia bahkan ada hingga saat ini melebar jauh ke daratan Indonesia. Revolusi Perancis ialah bukti nyata bahwa raja bukanlah pemimpin yang absolut, karena kemanusiaan dan persamaan hak merupakan suatu hal yang semestinya didapat oleh semua manusia. Lalu, bagaimana pendapatmu setelah membaca tulisan ini ? apa ada perspektif baru mengenai sang kaisar Napoleon Bonaparte ? bagikan itu di kolom komentar yaaa

Sumber :

Alvarendra, H. Kenzou. 2017. Buku Babon Sejarah Dunia. Yogyakarta: Brilliant Book

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun