Mohon tunggu...
Bola Pilihan

Bandung Tidak Begitu

27 September 2018   12:36 Diperbarui: 27 September 2018   12:57 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Bandung, 23 September 2018 sebagian besar pandangan publik pecinta sepakbola tanah air bersorot mencari tahu hasil, hasil ? Ya, partai besar yang bertajuk "El Classico Indonesia" dalam kompetisi Liga 1 antara tuan rumah Persib Bandung menjamu tamunya dari Ibukota Persija Jakarta. Kegelisahan Bandung sudah terlihat, terdengar, dan terasa sejak sebelum hari pertandingan dilangsungkan atau beberapa hari sebelumnya.

Kegelisahan pertama, mayoritas masyarakat Bandung dari berbagai kalangan yang muda hingga yang tua laki-laki atau perempuan menganggap bahwa menonton dan mendukung Persib itu adalah suatu hiburan yang telah menjadi tradisi oleh karena itu siapa yang tak berminat untuk datang langsung ke stadion apalagi tamu yang akan dihadapi adalah rival abadi sejak era liga perserikatan, suasana dari mulut ke mulut, perbincangan di warung kopi, hingga puncaknya hangat di media sosial hanya karena tiket pertandingan.

Tiket pertandingan yang mungkin begitu sulit dan tidak seperti biasanya, karena panitia pelaksana hanya menyediakan 34.000 tiket tentunya dibawah kapasitas stadion GBLA yang dapat menampung jumlah penonton hingga 38.000 orang. Entah beberapa ribu orang yang dibuat pusing dan frustasi dengan kegelisahan tidak mendapatkan tiket pertandingan.

Kegelisahan kedua, Bandung takut! Ya, takut jikalau Bandung tidak dapat menjadi tuan rumah yang santun tetapi lawan yang akan dihadapi adalah "musuh bebuyutan" banyak kesalahpahaman dengan menyebutkan bahwa Persija adalah "musuh bebuyutan" dari Persib, faktanya yang dinamakan "musuh bebuyutan" itu hanyalah bagi kedua pendukung Persib dan Persija.

Tidak untuk dibahas saat ini mengapa kedua pendukung itu saling membenci hingga mendarah daging. Bandung benar-benar gelisah akan hal ini karena dari tahun ke tahun tidak ada perkembangan yang baik untuk mendamaikan kedua belah pihak pendukung tentunya akan berimbas kepada kondusifitas di pertandingan itu. Benarlah itu terjadi kondusifitas dan suasana hati Bandung melihat pertandingan dan suasana kala itu hancur semuanya terbawa aroma provokatif.

Kegelisahan ketiga, kini semuanya sudah terjadi! Hasil pertandingan Persib dan Persija sudah didapat untuk kemenangan Persib, hasil ketidak kondusifan sudah terdengar dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia dengan begitu cepat dari mulut ke mulut.

Rasa bahagianya kemenangan karena berhasil mengalahkan rival yang kuat seakan tiada arti bak digulung ombak, bukan lagi rasa bersalah tapi penyesalan yang publik Bandung rasakan karena mengapa harus terjadi ketidak kondusifan antar pendukung. Betul memang ini semua salah, semunya diluar dugaan dan benar - benar tidak ada satu orangpun yang berharap ini harus menelan korban jiwa. Lengkap sudah kegelisahan Bandung saat ini.

Dan kini semuanya tidak dapat diputar ulang, tidak ada mesin pemutar waktu untuk menghapus berbagai dosa semua pihak. Tidak ada yang benar - benar dapat disalahkan kecuali mereka (oknum) yang telah terbukti benar bersalah karena menghukum orang secara membabi buta walaupun asap itu terjadi karena ada api yang memulai tetapi beberapa dari mereka telah dan akan menerima hukuman dari akibat perbuatannya.

Sekali lagi ini semua tidak Bandung inginkan, ini semua terjadi akibat kelalaian kedua belah pihak, sedih rasanya Bandung yang begitu indah untuk ditinggali kini tercoreng nama baiknya akibat peristiwa itu. Jika kalian tahu Bandung yang sesungguhnya, Bandung tidak begitu adanya seperti yang sekarang sedang benar-benar panas kalian salahkan.

Dan seperti apa kedepannya kita berharap keadilan yang seadil-adilnya jangan sampai merugikan satu pihak dilain sisi ada berbagai pihak yang tertawa puas akan peristiwa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun