Mohon tunggu...
SHOVY MUTIARA
SHOVY MUTIARA Mohon Tunggu... Lainnya - STIAMAK BARUNAWATI SURABAYA

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ll Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S Ar-Rahman:13)

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Penyempurnaan Work Life Balance Menuju Work Life Integration

8 Juli 2021   19:10 Diperbarui: 8 Juli 2021   19:42 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini work life balance menjadi kalimat yang sangat populer dikalangan pekerja. Keseimbangan yang dibutuhkan dalam mengatur, membagi dan memisahkan antara tanggung jawab bekerja dengan tanggungjawab keluarga sehingga diharapkan tidak terjadinya konflik antara kehidupan satu dengan kehidupan lainnya serta dapat meningkatkan motivasi, profesionalitas dan loyalitas terhadap kantor ataupun dalam berkeluarga. 

Namun kini banyak juga kalangan pekerja yang menganggap bahwa work life balance sudah tidak efektif lagi karena pekerjaan dengan keluarga adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. 

Pekerjaan merupakan ladang utama penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup berkeluarga. Sedangkan keutuhan dan kebahagiaan keluarga sendiri merupakan harta yang paling berharga bukan? Untuk itu, perlu adanya penyempurnaan work life balance menuju work life integration.

Work life integration dianggap lebih efektif dalam karena menganggap kehidupan kantor dengan kehidupan keluarga tidak dapat dipisahkan. Tidak ada pemisah antara kebutuhan bekerja dengan kebutuhan keluarga. Jadi tidak hanya sekedar diseimbangkan saja, tetapi dua kehidupan tersebut diintegrasikan atau digabungkan supaya para pekerja dapat memenuhi seluruh kebutuhannya dalam satu waktu yang sama. 

Misal, work life balance telah membagi waktunya pagi - sore adalah waktu bekerja sehingga pada jam itu pekerja diharuskan fokus pekerjaannya saja. Padahal belum tentu keluarga dirumah sedang dalam keadaan baik-baik saja. Jika hal ini terus dilakukan, kemungkinan keluarga akan merasa sedikit waktu yang diluangkan olehnya. 

Namun jika kita berkonsep pada work life integration, tidak selalu pagi - sore adalah waktu untuk kantor. Jika ada suatu hal yg dirasa keluarga dirumah membutuhkan suatu keinginan, maka pikiran kita juga harus fokus pada hal keluarga yang tentunya tidak mengganggu pekerjaan ya.. Jadi pekerjaan kantor beres dan pekerjaan keluarga juga beres :) 

Hal ini juga penting dimiliki oleh wanita karir. Tanggungjawabnya sebagai "ibu" untuk mendidik anak-anaknya tidak akan pernah terlepas. Meskipun kita wanita karir, peran seorang "ibu" haruslah tetap dijalankan karena madrasah pertama anak-anak adalah pada ibunya. Lalu bagaimana jika kita bekerja dikantor yang diharuskan fokus pada pekerjaan saat jam kerja? akan sangat terbengkalai anaknya bukan? 

Nah melihat dari masalah ini, perusahaan yang menyediakan fasilitas ruang bermain anak dimana hakikatnya ruangan ini adalah untuk penitipan anak dari para karyawan disana yang memiliki anak kecil, ialah perusahaan yang telah menerapkan work life integration karena selain wanita tersebut fokus bekerja di sisi lain wanita tersebut juga bisa memantau langsung keseharian anaknya. Jika anak membutuhkan kehadiran seorang "ibu" maka bisa langsung teratasi kebutuhan anaknya. 

Jadi antara waktu bekerja dan waktu keluarga lebih fleksibel. Sehingga disini lah akan terjadinya integrasi yang saling melengkapi kebutuhan satu dengan kebutuhan lainnya. 

Terpenuhinya kebutuhan manusia akan membuat rasa bahagia muncul dan bisa menghilangkan beban masalah yang ada pada pikiran.  Apabila pikiran bahagia, apapun yang kita kerjakan akan terasa ringan sehingga akan terciptanya peningkatan motivasi, profesionalitas dan loyalitas pada kantor maupun keluarga sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun