Mohon tunggu...
Renata Septian
Renata Septian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Saya senang menulis hal-hal/peristiwa-peristiwa yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Debat yang Membingungkan

26 Agustus 2024   10:00 Diperbarui: 26 Agustus 2024   19:46 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Debat yang Membingungkan

Di sebuah desa kecil, sedang diadakan debat calon kepala desa yang baru. Dua kandidat, Pak Lurah dan Pak RT, bersaing untuk memenangkan hati warga. Debat berlangsung sengit, dan para warga menunggu-nunggu siapa yang akan memberikan jawaban paling memukau.

Moderator: "Baik, pertanyaan berikutnya, apa rencana bapak-bapak untuk mengatasi masalah kemacetan di desa kita?"

Pak Lurah yang sudah berpengalaman, dengan penuh percaya diri menjawab, "Kalau saya terpilih, saya akan memperlebar jalan desa kita! Kemacetan akan hilang, dan semua kendaraan bisa lewat dengan lancar!"

Warga pun bertepuk tangan, terkesan dengan rencana Pak Lurah.

Kini giliran Pak RT yang menjawab. Ia dengan tenang berkata, "Saya punya solusi yang lebih baik. Kalau saya terpilih, saya akan mengurangi jumlah kendaraan di desa ini. Tidak ada kendaraan, tidak ada kemacetan!"

Warga pun terdiam, mencoba mencerna logika Pak RT. Beberapa di antara mereka tampak bingung, tapi sebagian besar mulai tertawa pelan-pelan.

Pak Lurah yang tak mau kalah, segera menambahkan, "Tapi Pak RT, kalau tidak ada kendaraan, bagaimana warga akan pergi bekerja atau ke pasar?"

Pak RT dengan santai menjawab, "Gampang, Pak! Kita kembali ke zaman dulu saja, jalan kaki atau naik sepeda. Selain tidak macet, kita juga jadi lebih sehat!"

Warga desa pun tertawa terbahak-bahak. Meskipun ide Pak RT terdengar konyol, mereka tak bisa menahan tawa membayangkan semua orang tiba-tiba berjalan kaki ke mana-mana.

Pada akhirnya, meskipun Pak Lurah yang memenangkan pemilihan, cerita tentang solusi "anti-macet" Pak RT menjadi bahan tertawaan yang terus diingat oleh warga desa selama bertahun-tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun