Cara memahamkan paradigma 'kebutuhan' inilah yang penting. Dalam kenyataannya, stres adalah bagian hidup yang tak terhindarkan. Atas dasar inilah, peran spiritualitas sebagai 'kebutuhan', jelas tak terbantahkan. Menurut Syam (2010), saat mengalami stres, seseorang akan membutuhkan adanya dukungan secara spiritual yang dapat memberikan ketenangan batiniah.
Seperti dilansir dari jurnal yang berjudul "Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Untuk Menurunkan Tingkat Stress pada Narapidana Perempuan", pemenuhan kebutuhan spiritual menjadi aspek penting untuk kesembuhan psikologis seseorang. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada tahun 2019 ditemukan adanya hubungan tingkat spiritual dengan tingkat stres yang mana hasilnya menunjukkan semakin meningkat tingkat spiritual seseorang maka tingkat stresnya mengalami penurunan.
Keterkaitan inilah yang semakin menguatkan peranan asupan spiritual terhadap stres seseorang sebagai pencegahan dini dari depresi. Stres yang dikelola dengan baik serta diimbangi asupan spiritual yang memadai dapat menutup celah depresi yang bisa memicu bunuh diri.
Sentuhan spiritual adalah kebahagiaan yang menjadi bagian dari internalisasi self love. Diri sendiri butuh asupan spiritual. Seseorang butuh mencintai diri sendiri dengan memberikan hak spiritual. Tidak peduli setoxic apapun manusia memperlakukannya, namun kekuatan spiritual akan mampu menjernihkan cara pandang untuk memandang hal buruk sebagai peluang pahala berupa kesabaran.
Juga rasa kesepian, sangat mungkin dilatari oleh hampanya sisi spiritual. Itulah mengapa sisi spiritual berguna untuk tidak menyisakan waktu oleh rasa kesepian, selain merasa dibersamai Tuhan hingga orang tersayang. Mari mencintai diri sendiri, dengan memahami sumber kebahagiaan diri sendiri, yang berupa asupan spiritual. Kebahagiaan dari jenis ini adalah kebahagiaan yang sifatnya batiniah. Dan asupan itulah yang menjadi 'kebutuhan' kita.
