Mohon tunggu...
Shopiah Syafaatunnisa
Shopiah Syafaatunnisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Minat dengan isu pendidikan dan agama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Langkah Awal Pencegahan Depresi

1 Februari 2024   05:56 Diperbarui: 1 Februari 2024   06:00 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gagasan demi gagasan untuk pencegahan depresi yang berujung bunuh diri tak pernah ada habisnya. Dari sekian banyak paparan para ahli, penulis menyimpulkan hampir sebagian besar pemicunya adalah kesepian (lonelines) yang berkepanjangan hingga berimbas depresi, ditambah pula hubungan yang toxic di sekitarnya. Baik rasa kesepian maupun hubungan yang toxic, keduanya akan tetap dalam koridor yang wajar selama asupan spuritual terpenuhi dengan baik.

Penting rasanya untuk menautkan bunuh diri dengan peranan spiritual yang sehat. Dalam sebuah penelitian dikatakan, tanpa adanya kesejahteraan spiritual, maka dimensi psikologis, sosial, fisik, tidak akan mencapai derajat kesehatan yang maksimal yang berdampak pada tidak tercapainya kualitas hidup yang baik. (Chatterji, 2015). Seorang yang melakukan bunuh diri menunjukan buruknya problem solving seseorang, hal ini mengindikasikan kekosongan dan kehampaan seseorang dari sentuhan spiritual.

Dalam banyak penelitian, kita bisa lihat objek pemenuhan spiritual, kebanyakan membidik lansia dan pasien kanker. Seorang lansia sangat wajar di usia senjanya yang tak bisa lari dari 'sakit', dan pemenuhan spiritual dapat membuatnya menerima penyakit di masa tuanya dengan damai, hingga berimplikasi pada kualitas hidup yang lebih baik. Pun terhadap pasien kanker, pemenuhan spiritual membuatnya mampu menerima sakit yang diidapnya sekaligus menurunkan depresi.

Umumnya, pemenuhan spiritual dalam berbagai riset ditujukan kepada pasien. Itu artinya, objeknya adalah orang sakit. Dan artinya, pemenuhan kebutuhan spiritual juga dikenal baik di dunia medis dan bahkan memiliki peranan penting.

Tidak sepatutnya seseorang merasa anti dengan sesuatu yang pada hakikatnya adalah kebutuhan inti. Seringkali spiritualitas dimaknai begitu sempit, hanya sekedar orang yang ingin mendekat dengan agama. Padahal siapapun dan bahkan dengan profesi non keagamaan sekalipun membutuhkan asupan dan pemenuhan sisi spiritual untuk kesehatan seluruh aspek hidupnya menuju kualitas hidup yang baik.

Sesungguhnya ada kesamaan antara pasien (sakit fisik) dengan depresi. Titik persamaan itu adalah keputus asaan, dan hanya sentuhan spiritual yang mampu meredamnya dengan kemasan 'rasa menerima kenyataan'. Sebuah keyakinan yang dilandasi spiritual akan dapat meneguhkan jiwa seseorang untuk bisa tegar di tengah situasi yang semenyakitkan dan sesulit apapun.

Tak hanya itu, dalam banyak literasi kesehatan disebutkan peranan penting pemenuhan spiritual yang dapat menurunkan kecemasan pasien. Itu semua karena fungsi dari spiritualitas yang mendamaikan. Keyakinan yang kuat pada agama dapat menyehatkan fisik yang sakit. Pun kepada fisik yang sehat namun psikis yang sakit. Keyakinan dapat digunakan untuk mengatasi atau beradaptasi dengan situasi kehidupan yang penuh tekanan dan depresi. (Bonelli. R, 2012)

Sisi spiritualitas dapat menyentuh cara seseorang memaknai hidup. Bastaman (2007) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki hidup yang bermakna dapat membuatnya menghayati hidupnya dengan menunjukkan semangat dan gairah hidup, serta menjauhkan mereka dari perasaan hampa dan tidak berguna. Hidup yang memiliki tujuan yang jelas akan menjadikan seseorang terarah dan mengetahui apa yang akan hendak ia lakukan. Bila tujuan hidup terpenuhi maka kehidupan akan dirasa berguna dan bermakna, serta menimbulkan perasaan bahagia dan berharga.

Maka sebagai upaya preventif, siapapun dan dari kalangan manapun harus memenuhi hak diri sendiri yang berupa kebutuhan spiritual. Itulah benteng seseorang untuk melewati hidup dengan kompas yang jelas. Tujuan hidup yang jelas adalah bagian dari penanaman self love, sehingga ia tidak melangkah dengan terombang-ambing.

Paradigma Kebutuhan

Hanya karena ada profesi guru agama, bukan berarti pemenuhan spiritual ini dibebankan sepenuhnya terhadap profesi tertentu. Hal ini penting agar siswa tak salah memaknai, misalnya ada semacam paradigma pemisahan spiritual dari kebutuhan pribadi yang nyaris mempertaruhkan cara hidup seseorang di masa depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun