"Saya sudah sungguh-sungguh belajar, berusaha mendengarkan, berusaha memahami, tapi saya tak kunjung paham."
Perhatikan contoh kasus di atas!
Apakah dengan usaha-usaha tersebut seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh?
Jawabannya adalah ya, itu adalah sungguh-sungguh.
Apa sebenarnya makna sungguh-sungguh itu? Mengapa orang yang tidak paham ilmu disebut sungguh-sungguh?
Dalam hal ini, yang dipersoalkan bukan soal paham atau tidak paham, tapi proses selama belajar berlangsung.
Dengan ia berusaha memahami, menyimak, memperhatikan, itu merupakan arti dari sungguh-sungguh.
Perihal paham hanyalah tipikal saja. Ada yang berusaha memahami ilmu langsung paham seketika, ada yang pahamnya di suatu saat.
Coba ingat-ingat! Pasti ada ilmu yang diajarkan guru kita yang kita tidak memahaminya pada saat materi dijelaskan, namun baru kita mengerti di saat-saat sekarang.
Selain persoalan waktu seseorang memahami ilmu, juga karena kemampuan yang terbatas. Tidak semua ilmu bisa dipahami seluruhnya, namun itu tidak mengurangi nilai suatu kesungguhan.
Jika kesungguhan diartikan dengan paham seluruh materi ajar, jika sesempurna itu maknanya, maka tidak akan pernah ada seseorang yang berhasil meraihnya.
Sungguh-sungguh adalah soal etika belajar yang jika tidak dilakukan, maka ia tidak memiliki akhlak terpuji dalam dimensi pendidikan.
Bila sudah menyangkut akhlak, maka faidahnya pun semakin luas lagi. Keberkahan ilmu adalah diantara buah manis dari sungguh-sungguh.
Dan yang paling bernilai adalah ridha Allah menyertai setiap orang yang sungguh-sungguh.
Bayangkan dengan hadis-hadis Rasulullah yang menyampaikan keutamaan orang yang menuntut ilmu sampai disejajarkan dengan jihad, bahkan sampai digambarkan sebagai jalan menuju surga.
Menuntut ilmu yang seperti apa lagi kalau bukan menuntut ilmu yang sungguh-sungguh. Sebab keutamaan tadi mustahil diperuntukan bagi yang menuntut ilmu dengan asal-asalan.
Siapapun bisa bersungguh-sungguh belajar, apakah ia seorang yang cerdas ataupun biasa, apakah ia yang paham maupun belum.
Upaya untuk memahami ilmu adalah bagian dari sebuah kesungguhan, meski hasilnya tak selamanya sesuai yang diharapkan.
Artinya, dengan sudah bersungguh-sungguh saja, seseorang akan memperoleh berkahnya ilmu yang tidak akan didapatkan oleh orang yang belajar dengan tanpa kesungguhan dan keikhlasan.
Meski begitu, pengertian ini tidak menjadikan seseorang untuk terus berdiam dan tidak ada niat untuk memahami ilmu.
Niat yang baik akan selalu Allah mudahkan, apalagi dalam rangka mempelajari sesuatu yang dapat mengangkat derajat seseorang di mata Allah.
Ikhtiar lainnya yang bisa kita lakukan setelah berusaha memahami adalah bertanya pada guru. Jika ini tetap tidak membuat kita mengerti, maka kita bisa mengupayakannya dengan doa.
Berdoa di sini adalah agar diberikan ilmu yang bermanfaat, dan kemampuan memahami ilmu tersebut.
Kita tak pernah tahu bahwa kesungguhan kita mungkin tidak selamanya berbuah kemampuan untuk mengerti ilmu, tapi bila kita memperoleh keberkahan dari ilmu, maka yakinlah akan ada banyak kebaikan menyertai hidup kita.
Apalagi bila kesungguhan kita menuai ridha di hati guru-guru yang doanya mustajab, kita akan didoakan tanpa pernah kita pinta.
Jadi, maukah kita belajar sungguh-sungguh?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H