Apa yang dilakukan Paulo Coelho terhadap tokoh utama pada karyanya dapat dikategorikan sebagai tindakan kreatif. Hal ini karena kelakukannya cenderung sama sekali berbeda dari kebanyakan penulis fiksi lainnya. Di saat penulis-penulis cerita fiksi begitu kental menyoroti tokoh utama yang mereka ciptakan agar bisa menjadi top of mind atau selalu dikenang oleh pembacanya, Paulo Coelho malah memilih jalan berseberangan. Ini jelas tidak biasa. Alih-alih lupa dengan tokoh utama pada novel Sang Alkemis, justru ini bisa membuat pembaca mudah mengingat tokoh utamanya walaupun yang diingat bukanlah namanya, melainkan aksi petualangan dan pengembaraan yang dilakukan oleh tokoh utamanya. "Apalah arti sebuah nama." Kira-kira demikianlah konsep kreatif Paulo Coelho pada kasus ini.
Tidak hanya perkara nama tokoh utama yang berlebel kreatif, dialog-dialog antar tokoh yang ditulis Paulo Coelho pun juga kental dengan unsur kreatif. Terus terang saja ada dua dialog yang menurut saya paling kreatif karena konteksnya. Maksudnya, dua dialog itu muncul dari tokoh kedua yang ditujukan untuk tokoh utama di kala tokoh utama sedang mengalami keraguan dalam upayanya mengejar mimpinya. Sisi kreatifnya adalah dialog tersebut disampaikan dengan bahasa filosofis sehingga tokoh utama dan bahkan pembaca perlu mencernanya terlebih dahulu untuk menguak maknanya. Pada dasarnya novel Sang Alkemis memuat cerita petualangan, dan mestinya cerita petualangan mengedepankan narasi petualangan dan proses tokoh utama dalam melakoni petualangannya. Namun, Paulo Coelho malah repot-repot menciptakan dialog filosofis sehingga ini mengesankan petualangan yang tidak hanya sekedar menemukan harta karun, melainkan pembelajaran hidup.
Untuk detailnya, dialog pertama berbunyi, "Kau harus mengerti, cinta tak pernah menghalangi orang mengejar takdirnya. Kalau dia melepaskan impiannya, itu karena cintanya bukan cinta sejati... bukan cinta yang berbicara Bahasa Dunia." Pada dialog ini makna yang saya tangkap kurang lebih seperti ini bahwa dua orang yang pada akhirnya menjadi pasangan pastilah keduanya membawa impian mereka masing-masing yang nota bene impian mereka berbeda sama sekali. Mereka yang hakikatnya menggenggam cinta sejati akan menggapai impian mereka dengan memanfaatkan cinta yang mereka miliki. Sebaliknya, mereka yang berpasangan dan melepaskan impian mereka atas nama cinta sejati memelihara cinta yang lemah. Dalam hal ini, cinta sejati itu sebenarnya menguatkan, bukan malah melemahkan.
Di sisi lain, dialog kedua berbunyi, "Setiap pencarian dimulai dengan keberuntungan bagi si pemula. Dan setiap pencarian diakhiri dengan ujian berat bagi si pemenang." Makna pada dialog ini, menurut pandangan saya, adalah saat seorang memiliki mimpi, seringkali ia mencari cara agar bisa menggapai impiannya. Menariknya, pada awal pencarian ia merasa bahwa segalanya seperti terasa begitu mudah. Ketakutan-ketakutan yang sebelumnya bersemanyam dalam pikirannya tidak sama sekali ada. Ini ibarat kata semesta telah mendukung. Akan tetapi, lama-kelamaan proses mewujudkan mimpi mengundang masalah yang tidak hanya banyak, melainkan juga berat. Ia alhasil jadi sering jatuh bangun tiada henti, tapi ia juga sepenuhnya tahu bahwa memang begitulah realitas dalam menapaki mimpi. Seorang yang sukses dan hebat tidaklah dibentuk dari kemudahan, melainkan dari perjuangan yang berat dan berdarah-darah. Khusus untuk dialog kedua ini saya dengan percaya diri mengatakan bahwa jika pembaca memahami makna ini, ia akan semakin mudah masuk ke dalam petualangan si tokoh utama. Dan ini merupakan bukti nyata tentang cara kreatif Paulo Coelho untuk menarik pembaca menikmati cerita Sang Alkemis.
Hal kreatif selanjutnya dari novel Sang Alkemis adalah perihal cara Paulo Coelho memaparkan ending dari cerita yang ia buat. Paulo Coelho menggantungkan akhir ceritanya. Banyak orang yang mungkin kesal dengan kelakuan Paulo Coelho di akhir cerita Sang Alkemis. Pasalnya, ini adalah cerita petualangan, maka seyogyanya akhir cerita pun dibuat sejelas dan sedetail mungkin karena itu merupakan puncak atau klimaksnya. Bagaimanapun faktanya Paulo Coelho hanya sekelumit saja menggambarkan akhir ceritanya sehingga terasa kurang puas di hati pembaca. Tetapi, dari kacamata saya keputusan Paulo Coelho pada akhir cerita Sang Alkemis sudah sangat tepat dan benar-benar kreatif. Ini tentu saja bisa direnungkan baik-baik bahwa aspek penting pada kisah petualangan itu sebenarnya terletak di proses bertualang itu sendiri.Â
Perjalanan tokoh utama menuju tujuannya jauh lebih beresensi ketimbang apa yang menjadi tujuannya. Memang benar tujuan harus memiliki nilai besar, namun prosesnya lah yang menjadi keutamaan dari seluruh nilai ceritanya. Cerita Sang Alkemis mengedepankan sepenuhnya pada setiap langkah si tokoh utama beserta lika-likunya untuk menemukan harta karunnya, dan Paulo Coelho ingin pembaca ikut andil dalam pengembaraan tokoh utamanya karena Paulo Coelho menganggap pembaca semata-mata bukanlah orang lain, melainkan bagian penting dari rangkaian petualangan tokoh utama.
Pada intinya, tuntutan untuk menjadi individu kreatif sepatutnya disambut dengan suka cita. Tapi harus diakui seorang tidak mungkin bisa ujug-ujung menjadi kreatif, ia mesti perlu untuk belajar berpikir kreatif terlebih dahulu. Langkah gampangnya ya membaca buku kreatif seperti novel Sang Alkemis dari Paulo Coelho. Dikatakan kreatif karena dari sudut pandang saya kreatifitas Paulo Coelho pada novel Sang Alkemis seolah berbicara kepada pembaca bahwa janganlah takut untuk menjadi berbeda, beranilah untuk menjadi unik, dan siapapun bisa menciptakan langkah kreatifnya sendiri. Dan konsep seperti itulah yang dibutuhkan agar individu memiliki pemikiran kreatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H