Mohon tunggu...
Muhammad Shoma
Muhammad Shoma Mohon Tunggu... Jurnalis - Wasis Solopos Angkatan XX

cogito ergo sum.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

'Mencicipi' Menjadi Pelajar di Singapura

24 Juli 2015   19:05 Diperbarui: 22 Juli 2017   18:56 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(saya bersama Buddys saya, Yusuf)

tulisan ini adalah kesan pribadi saya selama bersekolah di Singapura yang "hanya" Dua Hari.

Berlibur ke Negara Singapura dengan mengunjungi objek wisatanya saja mungkin sudah terasa “biasa” atau bahkan “membosankan”. Namun berlibur ke Negara Singapura dengan mencicipi pendidikannya ialah suatu hal yang teramat istimewa. Dan kesempatan itu datang kepada saya di bulan Maret lalu.

Saya mendapat kesempatan bersekolah di Madrasah Al-Junied Al-Islamiyyah Islamic Junior High School selama Dua Hari bersama teman-teman dan pendamping dari SMP Al-Ahar 21 Solo Baru. Sungguh asyik rasanya bisa bersekolah dengan teman-teman yang berbeda Negara. Kesan itu menempel di benak saya sejak mengikuti kegiatan Student Visit To Singapore itu.

Berlokasi di dekat Bugis Market atau tepatnya di Victoria Lane. St membuat sekolah itu Nampak strategis dijangkau. Hari pertama itu kami manfaatkan sebaik-baiknya dengan berkenalan dengan teman-teman Singapura. Kondisi Madrasah Al-Junied memang serasa biasa-biasa saja. Bahkan bisa dikatakan hampir sama dengan sekolah-sekolah di Indonesia. Bangunan Madrasah itupun juga kurang lebih hanya berlaintai Tiga.

Presepsi awal saya tentang “madrasah Al-Junied sama seperti sekolah di Indonesia” itu langsung runtuh ketika pertama kalinya melihat kantin sekolah itu. Mengapa? Bukan karena makanannya yang enak-enak atau banyak warungnya. Tetapi karena kedisiplinan yang sekolah itu tanam kepada para pelajarnya. Bagaimana tidak? Misal jika kita ingin makan, kita terlebih dahulu harus mengantre dan antreannya pun dipisahkan oleh kelamin alias perempuan dengan perempuan dan laki-laki dengan laki-laki. Dan, misal jika kita sudah selesai makan, kita tidak boleh hanya membiarkan bekas makanan kita itu di atas meja. Kita harus kembalikan ke ember yang sudah disediakan pihak kantin. Sungguh sangat tertib… para pelajar pun juga semangat belajar di kantin dipagi hari kala belum bel berbunyi. Kenapa? Karena kantin mereka bersih dan tertib. Luar biasa…

Sebelum mengawali KBM para murid biasanya melaksanakan apel pagi di latar sekolah. Apanya yang tak biasa? Ya, Para murid-murid itu berbaris dan senior mereka yang memimpin apel pagi itu. Dan para senior merekalah yang mengisi acara apel itu. Mulai dari memimpin doa, mengisi semacam sambutan dan lainnya. Apel pertama saya di Singapura ialah kali itu. Walaupun ada yang agak bereda karena bendera Singapura hanya dikibarkan setengah tiang karena wafatnya mantan PM Singapura, Lee Kuan Yeuw

Setelah apel pagi selesai, para murid biasanya langsung menuju kelas masing-masing. Para murid menaiki tangga dan sebagai wujud penghormatan kepada Guru, para Guru disediakan Lift khusus. Di kelas pun para murid Madrasah Al-Junied tetap memiliki “ciri khas”-nya yang menurut saya unik. Yaitu pertama, ketika guru akan masuk, ketua kelas membukakkan pintunya dan semua murid sekelas akan berdiri. Jika guru telah mengucap salam, para murid lekas menjawab “waalaikumusallam warrohmatullahiwabarokatuh Yaa Ustadz/Ustazah…” menurut saya unik karena kejadian seperti ini mirip di acara kartun “Upin & Ipin”. Yang kedua, para murid disana diperbolehkan diskusi atau bahasa Jawanya Gojek (bukan Go-Jek) saat pelajaran dimulai. Kenapa? Menurut mereka yang penting ialah “kesadaran”. Ialah tak apa jika murid berdiskusi sat jam pelajaran bermulai, yang penting disaat guru itu bertanya tentang materi yang disampaikannya, murid itu harus menjawab yang penting Sembodo.

Madrasah itu juga memiliki Budya Sekolah yang “keras” berlandaskan syariat Islam. Misal, pelajar ketahuan berpacaran atau merokok. Maka sanksi yang diberikan adalah hukuman cambuk. Ya, hukuman cambuk! Mengerikan bukan? Tetapi hal itu tak lebih agar pelajar di Madrasah lebih disiplin.

Disana saya juga mendapat Buddys. Saya ingat, buddys saya itu bernama Yusuf. Anak kelas Delapan di Madrasah itu. Berbagai kesan saya terhadap sekolah itu teramat banyak. Dan mebuat saya memiliki Ide dan keinginan untuk merubah sekolah saya melalui Organisasi Siswa Intra Sekolah.

Bicara tentang OSIS, Madrasah Al-Junied juga memiliki organisasi yang memiliki fungsi seperti OSIS. Organisasi itu bernama IMTAJ. Kurang lebih seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun