Mohon tunggu...
Mohamad Sholihan
Mohamad Sholihan Mohon Tunggu... wartawan -

Marbot Masjid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meluruskan Masalah Bid'ah

13 November 2016   05:16 Diperbarui: 13 November 2016   08:17 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan ulama lainnya mengatakan, tidak semua bid’ah itu sesat, asalkan baik walaupun tidak pernah dicontoh Rasul seperti acara Maulid da tahlilan. Demikian pula Hadis shoheh, dhoif, mursal, maukuf, mutawatir, demikian pula bidang agama seperti ilmu tafsir, fiqih, usul fiqih, ilmu Hadis, tidak pernah diucapkan oleh Rasul dan tidak ada pada zaman Rasul. Apakah ini juga termasuk bid’ah?

“Sekarang kita buktikan dengan bukti ilmiah. Apakah ulama salafussaleh yang mengatakan semua bid’ah itu sesat harus ditimbang dari Al-Qur’an dan Hadis, saya jawab, ya. Imam Syafi’ie mengatakan, bid’ah terbagi dua, yang baik dan buruk, kami buktikan dari kitabnya ulama salafi sendiri, yaitu Syekh Ibnu Taimiyah.”

Dalam Kitab Majmu Al-Fatawa jilid 20, halaman 162. Pengarangnya Ibnu Halim Alhamroni. Ini ulama salafi yang diklaim sebagai ulama nomor satu dalam kelompok mereka. Imam Syafi’ie mengatakan, bid’ah itu ada dua. Yang pertama, yang bertentangan dengan Al-Qur’an, Hadis Nabi, kesepakatan para ulama, atau perkataan para shahabat. contoh tahlilan apakah bid’ah sesat. Kalau sesat, mana landasan Al-Qur’an dan Hadis yang menyatakan sesatnya. Atau acara Maulid Nabi, carikan ayat yang Allah mengharamkan Peringatan Maulid. Tidak ada. Cari Hadis yang melarang Tahlilan dan doa bersama setelah shalat berjamaah. Tidak ada.

Ia pernah berguru dengan ulama Wahabi di Masjidil Haram, yang mengatakan, semua ibadah yang tidak ada contoh dari Nabi disebut sesat. Lalu Faisal bertanya, “Bentuk Ka’bah di zaman Nabi tidak ada kiswah dan tulisan kaligrafi, tapi sekarang ada kiswah dan tulisan kaligrafi. Apakah ini bid’ah?”

“Ini lain, tidak bid’ah,” jawabnya.

Di Mekkah setiap akan masuk 1 Ramadhan, tentara di sana membunyikan meriam sebagaI tanda esok masuk Ramadhan, padahal ini tidak dicontohkan oleh Nabi, apakah ini bid’ah? Ini lain, tidak bid’ah. Sementara orang Indonesia yang lulusan kuliah di Makkah dan Madinah, menyebut bid’ah dan sesat tradisi di Indonesia yang memukul bedug sebagai tanda masuknya waktu shalat.

Kalau memahami secara later laks bahwa semua perbuatan yang tidak ada contoh dari Rasul itu sesat, bagaimana dengan dakwah yang merupakan perbuatan yang paling mulia kini menggunakan media TV, koran, dan majalah, apakah Nabi pernah mencontohkan? Kata ulama Mekkah, tidak bid’ah. Ini berarti ada kontradiksi pada diri mereka sendiri.

Menurutnya, agama kok jadi sempit begitu, semuanya harus ada contoh dari Nabi. “Oleh karenanya jangan saling menyaalahkan, karena kita belum dijamin diterima amalam yang kita amalkan. Ini kan masalah cabang semua. Yang pakai qunut di bilang bid’ah. Kenapa tidak shalat berjamaah dengan Pak Fulan, saya tidak mau, karena dia shalatnya pakai qunut, bid’ah. Anda punya ilmu, tapi akhlak ilmu, tidak ada. Kenapa qunut di saat shalat shubuh disebut bid’ah? Padahal shalat shubuh yang pakai dan tidak pakai qunut, tetap sah. Yang tidak sah, yang tidak shalat shubuh,” tambahnya.

Tapi kan di Masjidil Haram, shalat shubuhnya tidak pakai qunut Itu kan imamnya, menggunakan Madzhab Hambali. Dulu pendiri N.U, Kyai Hasyim sy’ari dan pendiri Muhammadiyah seiring sejalan, tidak saling menyalahkan. Tahlil atau tidak tahlil, tidak perlu diributkan. Tokoh Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mau diajak tahlilalan. Ini contoh beragama yang baik. Punya sikap toleransi, tidak saling menyalahkan.

Contoh bid’ah yang sesat, apakah ada ayat Al-Qufr’an dan Hadis yang menyatakan setelah Nabi Muhammad masih ada nabi lagi? Itu bid’ah. Ini baru bid’ah karena bertentangaan dengan Al-Qur’an dan Hadis. Kalau tahlilan dan Maulid Nabi, coba buktikan, apakah ada larangan dari Al-Qur’an dan hadis. Orang yang pahamnya setelah Nabi masih ada nabi lagi, seperti Ahmadiah adalah bid’ah, karena Allah telah menegaskan, Nabi Muhammad sebagai penutup Nabi. Rasulullah juga menegaskan,, “Aku adalah nabi terakhir, tidak ada nabi setelah aku.”

Ada lagi sekelompok orang (Syiah) yang mengatakan, para shahabat Nabi, kafir. Apakah betul. Ini jelas bid’ah, karena Allah sendiri dalam Al-Qur’an memuji habis para shahabat Nabi. Pujian Allah terhadap generasi pertama islam, “Kalian sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia.” Bagaimana mungkin para shahabat Nabi dikafirkan sedangkan Allah saja memujinya. Nabi juga mengingatkan agar jangan mencaci maki para shahabatku. “ Ini baru sesat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun