Harusnya seorang suami mengatakan pada istrinya, “Biarkan semua ini aku yang bertanggung jawab. Biarkan aku yang lelah asalkan engkau dan anak-anak bahagia. Ini suami sejati,” ujar Muhsinin. Itu sebabnya tingkat ketaatan istri terhadap suami menjadi rendah, karena istri dipaksa mengambil sesuatu yang bukan kewajibannya. Istri disuruh ikut kredit rumah, mobil, beli susu, dan sebagainya. Ini tidak boleh kecuali kalau kepepet. Kalau kepepet namanya hutang pada istri.
Kalau suami tidak bisa memenuhi kebutuhan seluruh isi rumah, ia bisa menggunakan tiga opsi. Pertama, memohon kebaikan istrinya untuk menghibahkan hartanya pada sang suami. Ini berarti tangan suami berada di bawah. Kedua, memohon istrinya agar mensedekahkan hartanya pada sang suami. Ini lantaran sang suami dianggap fakir miskin. Ketiga, berhutang pada istri untuk digunakan menafkahi keluarga.
Kecendrungan manusia ingin mendapat banyak. Penyakit seperti ini sampai pada pejabat tinggi. Seharusnya jabatan itu suatu pekerjaan untuk berbuat sesuatu yang baik untuk bangsa. Di Yogya ada abdi dalem yang hanya ingin mengabdi pada raja, karena gaji yang mereka peroleh sangat kecil. Kebanyakan manusia termasukk pejabat maunya hanya memperoleh tapi tidak mau memberi. Bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H