Mohon tunggu...
Mohamad Sholihan
Mohamad Sholihan Mohon Tunggu... wartawan -

Marbot Masjid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tertimbun Dalam Sumur 7 Tahun, Masih Hidup

5 Mei 2015   21:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:20 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di perkampungan Baidho, Yaman ada seorang bernama Mustafa Umar yang mempunyai kebiasaan kalau pergi ke masjid, terutama pada waktu shalat maghrib, membawa makanan atau minuman. Tapi bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk disedekahkan buat orang lain. Ada pantangan bagi sebagian besar orang Yaman membawa makanan untuk dimakan sendiri. Kata orang Jakarta, bawa makanan untuk dimakan sendiri disebut, borok sikut.

Di Yaman, musimnya hanya dua. Musim panas dan panas sekali. Suatu ketika di Baidho datang musim panas yang mengakibatkan paceklik. Saat itu sumur keluarga Mustafa Umar mengalami kekeringan. Keluarganya sepakat menggali sumur. Mustafa Umar yang turun langsung menggali sumur. Ketika menggali, ada musibah yang mengerikan. Tiba-tiba ambruk sumurnya dan menimpa Mustafa Umar.

[caption id="attachment_415259" align="aligncenter" width="300" caption="DH Alyusni"][/caption]

Menghadapi musibah tersebut, keluarganya tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun sudah digali dan digali terus, Mustafa Umar tidak diketemukan. Akhirnya keluarganya pasrah dan menerima ketentuan taqdir yang sudah digariskan oleh Allah, Mustafa Umar dianggap meninggal dunia.

Dalam kurun waktu 1 sampai 2 dan 3 tahun yang akhirnya sampai masuk siklus 7 tahunan, datang kembali masa paceklik. Anak-anak dan keluarga besarnya kembali sepakat menggali sumur. Yang menjadi sasaran penggalian, sumur yang pernah menimpa tertimbunnya Mustafa Umar.

Ketika menggali dan menggali terus, akhirnya sampai pada kedalaman tertentu, mereka heran dan ta’jub, menemukan sosok Mustafa Umar yang masih hidup, Subhanallah. Dengan sekuat tenaga, Mustafa Umar berhasil diangkat ke permukaan. Setelah dirawat beberapa hari dan sudah terlihat sehat, Mustafa Umar ditanya,

“Bagaimana ceritanya sampai bisa hidup dalam batas waktu 7 tahun di dalam sumur?”

“Ketika sumur tersebut ambruk, Allah menyisakan lubang sebesar tangan. Dari lubang itulah aku bisa bernafas. Setiap kali aku haus dan lapar, ada orang yang datang kepadaku memberikan minuman dan makanan.”

Kejadian yang luar biasa itu ditanyakan kepada salah seorang syekh di Yaman, seorang bisa hidup dalam sumur selama 7 tahun. Syekh tersebut mengatakan,

“Hal itu bukan sesuatu yang mustahil, bukankah Allah telah menceritakan kepada diri kita, dalam surat Al-Baqarah ayat 272, Apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari ridha Allah. Dan apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan tidak akan didholimi (dirugikan).”

Dengan pemaparan itu, keluarga Mustafa Umar bisa memahami. Mungkin itu yang sudah dilakukan ayahnya bertahun-tahun dulu. Setiap kali datang ke masjid, dia selalu membawa makanan. Dia berikan kepada orang. Akhirnya makan itu kembali pada dirinya.

[caption id="attachment_415260" align="aligncenter" width="300" caption="DH Alyusni (kiri) dan Hartadi."]

14308351402142115895
14308351402142115895
[/caption]

Ternyata cara pandang seperti ini menurut Ust. DH Alyusni di Masjid Daaruttaqwa, Wisma Antara, Jakarta, mewabah di berbagai lapisan masyarakat. Bukan saja bagi bagi orang yang percaya pada Tuhan, tetapi juga bagi mereka yang tidak pecaya pada Tuhan.Mereka menyebut bumerang. Kebaikan akan berputar kembali seperti bumerang.

Tapi sebaliknya ketika eksistensi ketuhan itu tidak ada, produktivitas kebaikan itu akan menipis. Sistem yang berlaku di masyarakatnya mengantar seseorang harus berbuat baik. Bukan karena ada rasa keimanan yang ada dalam dirinya. Allah memandang, setiap kali orang yang tidak memiliki sisi ketuhanan dalam melakukan perbuatan baik, hal itu merupakan sisi kriminalitas. Dalam Surat Lukman Allah berfirman, “Sesunguhnya kemusyrikanadalah kriminalitas yang paling besar.”

Karena itu Allah menegaskan, “Jangan ikuti apa pun ajakan dari kemaksiatan meskipun dorongan untuk melakukan kemaksiatan sangat besar. Nabi Yusuf bida dijadikan contoh dalam menyikapi ajakan berbuat maksiat dari wanita Mesir yang paling cantik. Sebetulnya ada empat alasan yang mendorong seharusnya Yusuf bersedia melakukan perbuatan maksiat tersebut.

Pertama, ia berada di luar daerah, tempat ia dibesarkan. Dengan kata lain, di kampung orang. Kedua, ia mendapat ajakan berbuat mesun dari wanita terhormat, istri raja yang tercantik di Mesir. Ketiga, pintunya terkunci, tidak ada seorang pun yang melihatnya. Keempat, daya tarik yang muncul pada saat itu adalah daya tarik seorang laki-laki dan wanita dewasa, sehinga kecintaan dan keinginan memungkinkan untuk melakukan perbuatan di luar nalar ksehatan, kebaikan, dan kemaslahatan.

Ketika seseorang punya dampak kebaikan yang dipaparkan oleh Rasulullah kepada umatnya, produk kebaikan akan senantiasa terwujud. Apa pun daya tariknya, jangan diikuti kalau perbuatan tersebut menimbulkan murka Allah.

Ia mengajak agar banyak bersujud kepada Allah, karena sujud itu sebagai bentuk penghambaan manusia pada Allah. Sujud bagi orang mukmin sebagai menumpahkan cita rasanya, menumpahkan apa yang ada pada dirinya. Nabi Muhammad memerintahkan agar umatnya sujud berlama-lama.

Sujud berlama-lama menurutnya, untuk membuktikan kedekatan manusia pada Allah untuk merasakan bahwa seseorang benar-benar memerlukan Allah. Ketika bersujud, dia ingin membuktikan kedekatannya dengan Allah. Kalau seseorang dekat dengan Allah, tidak ada sesuatu yang mustahil untuk bisa diraihnya, sebab dia bersandar kepada Allah. “Kalian boleh dekat dengan siapa pun, tapi harus lebih dekat dengan Allah,” ujarnya.

Silahkah, kata Nabi, perbanyak kedekatan kalian pada Allah untuk ekspresi yang bermacam-macam dalam bentuk berdoa kepada Allah. Bahkan ada seorang shahabat ketika sujud, dia paparkan semua kebutuhan dapur, garam tinggal sedikit, perbanyak ya Allah. Gula tinggal sedikit, perbanyak ya Allah. Kebutuhan Sembako tinggal sedikit, berikanlah ya Allah.

Ketika hal itu diberitahukan kepada Nabi, Rasulullah mengatakan, keperluan orang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hal itu boleh untuk memenuhi keperluan dirinya pada Tuhan. Orang mukmin memang seharuswnya memperbanyak sujudnya kepada Allah, sebagai bukti pendekatan dirinya pada Allah.

Para ulama mengajarkan, banyak bersujud agar produk kebaikan semakin bertambah banyak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun