Mohon tunggu...
Mohamad Sholihan
Mohamad Sholihan Mohon Tunggu... wartawan -

Marbot Masjid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Gini Masih Perawan?

7 Maret 2015   06:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:03 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini banyak berkembang informasi salah yang dihembuskan oleh iblis melalui ucapan manusia, yang di kalangan anak muda ungkapan ini sudah sering didengar dan didengung-dengungkan, “Hari gini masih perawan.” Ungkapan itu mengisyaratkan, kalau masih perawan sebelum menikah dianggap ketinggalan zaman.

[caption id="attachment_401240" align="aligncenter" width="240" caption="K.H.Amir Faishol Fath."][/caption]

Ada lagi ungkapan yang menyebutkan, “Cinta itu pasti, yang penting jangan sampai merusak alat reproduksi.” Ungkapan seperti itu diulang-ulang di mana-mana, sehinga mereka dengan leluasa berzina di mana-mana.

Demikian keprihatinan K.H.Amir Faishol Fath di hadapan jamaah Masjid Daaruttaqwa, Wisma Antara, Jakarta baru-baru ini. Lebih lanjut ia mngatakan, Iblis selalu menggoda manusia untuk melakukan perbuatan maksiat. Awal mula yang digoda Nabi Adam dengan memberikan informasi yang salah tentang pohon khuldi. Allah melarang Nabi Adam mendekati pohon kuldi. Tapi Iblis membujuknya dengan memberikan informasi yang menyesatkan,“Kalau makan buah itu, engkau akan menjadi malaikat dan kekal hidup di surga.”

Siapa yang tidak ingin menjadi malaikat dan siapa yang tidak ingin kekal hidup di surga? Karena Nabi Adam ingin kekal hidup di surga, maka Nabi Adam tergoda. Tapi begitu dimakan pohon khuldi itu, maka Allah langsung menghukum Nabi Adam.

Di bagian lain ia menguraikan pentingnya da’wah guna mencegah terjadinya perbuatan maksiat. Allah bangga terhadap hambanya yang berda’wah dengan maksimal. Amir mengajak kepada semua lapisan masyarakat agar memanfaatkan jaringan media sosial seperti face book, tweter, dan lainnya untuk menyelipkan pesan da’wah walaupun sedikit seperti mengingatkan temannya yang salah jalan atau mengajak temannya untuk mengaji. “Kalau ada pengajian di suatu tempat, ajak temannya melalui SMS, agar kita juga kebagian dapat pahala,” ujarnya.

Tantangan saat ini tidak seperti Nabi Nuh, karena pada zaman itu belum ada Hand Phone (HP). Nabi Nuh pada saat itu hanya mengandalkan pada fisik. Ia mengajak umatnya berkeliling dari rumah ke rumah. Sekarang gunakan kecanggihan HP dengan sebaik-baiknya untuk mengajak orang taat pada perintah Allah.

Allah bangga terhadap hambanya yangbukan hanya mentaati perintah Allah tetapi uga menolong Allah. Allah menghendaki agar jika seorang hamba berbuat baik, maka perbuatannya baiknya hendaknya bisa menyebar pada orang lain, sehingga memperkecil orang-orang yang berbuat dosa. “Kita harus sungguh-sungguh menolong Allah. Kalau kamu tidak mau, maka Allah akan mencari orang lain yang siap membantu-Nya,” tambahnya.

Sekarang ini banyak yang salah paham, mengaku bertauhid kepada Allah, tapi dalam kesehariaannya yang diagungkan bukan Allah melainkan makhluk, harta, sehingga membuat mereka lupa pada Allah. Mereka lebih taat pada atasannya daripada Allah. Ini berarti sekarang ini sudah sampai pada tahapan mengagungkan makhluk.

Semua Rasul berda’wah, mengajak umatnyamenyembah kepada Allah. Mereka semua mengagungkan Allah. Jangan sampai mereka tergelincir mengagungkan selain Allah. Jangan sampain terjadi dalam hati mereka mengagungkan selain Allah.

Nabi Nuh berda’wah siang dan malam. Da’wahnya dilakukan secara sembunyi-sembinya dan terang-terangan. Usaha Nabi Nuh dalam berda’wah sudah dilakukan dengan maksimal. Usaha yang maksimal tidak berarti membuahkan hasil. Sekalipun Nabi Nuh Sudah maksimal berda’wah tetap saja ditolak oleh kaumnya.

“Oleh karena itu kita jangan kecewa kalau berda’wah ditolak. Bayangkan seribu tahun Nabi Nuh berda’wah, hanya 84 orang yang ikut. Kita yang penting menyampaikan. Soal berhasil atau tidak, hal itu merupakan ketentuan yang disebut takdir dari Allah,” ujarnya.

Pada zaman Nabi Nuh yang penduduknya masih sedikit, mayoritas mereka sesat. Sampai sekarang mayoritas manusia adalah kafir. 7 miliar penduduk bumi, hanya 1,3 miliar yang beragama Islam. Dari 1,3 miliar, hanya sekian persen yang sungguh-sungguh melaksanakan ajaran Islam.

Lebih jauh Amir menguraikan, di zaman sebelum Nabi Nuh diutus, ada sekelompok orang sholeh. Mereka adalah Suwa, Yaud, Yauq, dan Nasr., Mereka senang melihat orang-orang sholeh. Tapi senangnya bukan untuk dijadikan sebagai panutan melainkan hanya sebagai teman mencurahkan masalah. Kalau masalahnya sudah selesai, orang-orang sholeh tersebut ditinggalkan.

Begitu orng-orang sholeh itu meninggal, datanglah Iblis berbisik kepada mereka, “Hendaklah kalian membuat gambar tentang sosok orang-orang sholeh di rumahmu, agar kalian selalu ingat akan kebaikannya.”

1425682602236346099
1425682602236346099
K.H. Amir Faishol Fath (no.2 dari kiri), Hartadi (no.1 dari kiri), Yon Amri (no.2 dari kanan), dan Iik Fathoni (no.1 dari kanan).

Penduduk kaum Nuh mengikuti bisikan Iblis. Mereka membuat gambar di rumahnya. Setelah itu, Iblis kembali berbisik, “Tidak kuat daya ingatnya kalau hanya membuat gambar, tapi buatlah patungnya.” Mereka kembali mengikuti bisikan Iblis dengan membuat patung. Lalu mereka letakkan di atas meja atau lemari mereka. Patung itu hanya sekedar untuk mengenangnya, tidak mereka sembah. Iblis kembali berbisik, “Hendaklah kalian membuat patung yang lebih besar dan letakkan di pinggir jalan, agar semua orang bisa melihat dan mengenangnya.”

Lagi-lagi Kaum Nabi Hud mengikuti bisikan Iblis dengan membuat patung yang lebih besar dan diletakkan di pinggir jalan. Mereka sadar bahwa patung itu adalah sosok orang-orang sholeh yang mereka kenal dan cintai. Tidak ada dalam benak mereka pada waktu itu bahwa patung itu adalah sebagai Tuhan yang patut untuk disembah.

Tapia apa yang terjadi setelah generasi demi generasi meninggal satu demi satu? Akhirnyan tibalah suatu generasi yang mereka tidak mengenal sama sekali sosok patung tersebut. Mereka mempertanyakan, “Patung siapa itu?”

Dalam kebingungan, mereka menduga dan meraba-raba, “Jangan-jangan ini Tuhan Kita.” Sejak saat itulah mereka melakukan perbuatan yang keliru dan salah. Mereka jadikan patung itu sebagai Tuhannya yang selalu dipuja dan disembahnya. “Itulah permulaan kemusyrikan,” kata Amir.

Dalam kondisi seperti itu, Allah mengutus Nabi Nuh. Tujuannya untuk mengembalikan mereka agar menyembah Allah. Nabi Nuh mengajakumatnya untuk kembali pada keesaan Allah. Mencegah agar mereka tidak lagi menyembah patung. Nabi Nuh diutus oleh Allah untuk semua orang. Allah menunjuknya sebagai hamba yang pandai bersyukur.

Ibnu Abbas mengatakan, patung-patung itu dipindahkan sedikit demi sedikit ke masyarakat Arab. Dipindahkan dari kaum ke kaum dan dari tempat ke tempat sampai kemudian masyarakat Arab ikut menyembah patung tersebut.

Ketika Nabi Muhammad diutus oleh Allah sebagai nabi terakhir, di sekitar Ka’bah masih tertancap 360 patung yang mereka sembah. Ternyata kemusyrikian saling mewariskan antar mereka dan terus diwariskan. Tabiat dosa selalu mewariskan pada dosa yang lain. Ia terus terpanggil untuk berbuat dosa.

Dalam buku-buku tafsir disebutkan, mereka adalah patungnya orang saleh dari kaumnya antara Nabi Adam dan Nabi Nuh.Kenapa mereka menyembuh patung-patung tgersebut? Karena banyaknya terjadi kerusakan, perzinahan menyebar di mana-mana, dan akhlaknya buruk, lama-kelamaan imannya semakin lemah, dan akhirnya semakin menjauh dari Allah. Sejak saat itu mereka mulai dekat dengan dukun dan akhirnya menyembah selain Allah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun