Senin, 15 Juni 2009 adalah hari yang cukup bersejarah dalam hidupku. Bersejarah karena pada hari itulah saya secara resmi bergabung dengan KOMPASIANA. Sebuah Media Warga (Citizen Media) yang mengusung semangat berbagi dan saling terhubung (sharing, connecting).
Hari ini, 16 November 2016, berarti sudah 7 tahun 5 bulan lebih saya bergabung dan berada di tengah-tengah komunitas media social online terbesar di Indonesia ini. Perihal produktifitas menulis di Kompasiana terbilang cukup lumayan, dalam artian tidak seproduktif nama nama beken yang jadi penulis produktif di Kompasianiaval 2016 lalu, maklumlah karena masih terus berjuang dan bergelut dengan kesibukan di Kampus. Namun setidaknya saya patut memuji diri saya sendiri karena setidaknya hingga tulisan ini dimuat, saya sudah menulis 183 artikel, dibaca oleh 132.160 orang, dikomentari 495 orang, mendapat nilai 297, menjadi headline 3 dan menjadi artikel pilihan 87 artikel. Yang pasti, rasa bangga itu hadir bila ternyata artikel yang ditulis dibaca banyak orang, dikomentari banyak orang, dan menjadi headline dan artikel pilihan. Karena hal itu berarti tulisan tulisan yang tersajikan dibaca banyak orang. Namun ketika tulisan itupun tidak banyak dibaca orang, kebanggaan, dan kepuasan juga tidak hilang karena tak ada harapan lain kecuali semua tulisan tersebut bisa membawa kemanfaatan sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Lantas apa sesungguhnya motivasi saya bergabung di Kompasiana?
Satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa KOMPASIANA selama ini bisa menjadi SUMBER INFORMASI dan PENGETAHUAN yang utama, berimbang dan penuh dinamika. Setiap pagi, hampir bisa dipastikan bahwa www.kompasiana.com akan dibuka untuk pertama kalinya, sebelum membuka situs-situs yang lain dan sebelum menunaikan tugas-tugas kantor. Saya tidak tahu, entah mengapa demikian? Rasanya tangan dan jari jemari ini tak kuasa untuk tidak men-klik halaman Kompasiana. Biasanya yang saya baca terlebih dahulu adalah artikel-artikel yang menjadi headline atau artikel pilihan karena saya yakin beritanya pasti update dan berbobot. Dari sinilah saya men-charge informasi terkini dan dialektika perkembangan diskursus yang berkembang hari ini. Selain itu, saya sangat menyukai pro kontra dan adu argumentasi yang kadang sangat sengit. Apalagi bila membaca rentetan komentar yang kadang terdapat unsur lucunya, serius mendalam, aneh, dan terkadang sedikit rasis dan radikal. Semua itu seakan menjadi pelengkap Kompasiana. Maka tak jarang saya sering tertawa sendiri, terheran-heran sendiri dan terkadang termenung meresapi artikel-artikel yang berwarna warni. Ini yang MEMBUAT SAYA TAK BISA JAUH DARI KOMPASIANA.
Kehadiran Kompasiana ternyata juga sangat membantu saya untuk selalu BERFIKIR sehingga terhindar dari kejumudan. Bagi saya, hal ini sungguh luar biasa karena mampu menjaga “Otak” dengan “mengasah otak” melalui tulisan-tulisan yang saya buat. Dengan menulis di Kompasiana maka sel-sel saraf otak kita dipastikan tetap hidup dan berjalan normal dan hal ini sangat menentukan kecerdasan berfikir seseorang. Bagi saya, KOMPASIANA ADALAH SUMBER INSPIRASI yang nyata sehingga saya bisa menghasilkan tulisan-tulisan yang bisa bermanfaat bagi masyarakat.
Hal lainnya adalah KOMPASIANA mampu MENAMBAH JALINAN PERTEMANAN dan silaturahnmi antar penulis. Hingga hari ini, walau terbilang tidak terlalu cukup aktif, saya sudah mengikuti 190 Kompasianers dan diikuti oleh 134 Kompasianers. Ini berarti bertambah teman atau kawan di dunia maya. Pertemanan ini sungguh sangat membanggakan. Angka ini memang hanyalah angka formal tercatat saja, padahal sesungguhnya semua Kompasianers yang jumlahnya ribuan adalah kawan kita semuanya yang setiap saat bisa menyapa kita semua. Dan yang lebih hebat lagi, apabila dipertemukan dengan banyak kawan di salah satu kegiatan nangkring Kompasiana…sungguh menyenangkan sekali. Target saya, di tahun 2017 nanti saya bisa berteman dengan 1000 Kompasianers lainya.
Dan yang tak kalah pentingnya lagi, ternyata Kompasiana secara tidak langsung mampu menjadi INSPIRASI baik bagi anak-anak saya yang kini telah duduk di Kelas 7 dan 4 dimana mereka sempat melontarkan keinginannya bercita-cita menjadi PENULIS. Saya cukup kaget awalnya, namun saya patut senang dan bangga karenanya. Maklum saja, setiap kali saya menulis artikel di Kompasiana, saya sringkali meminta anak-anakku untuk membacanya. Sekian lama kebiasaan ini saya , ternyata memiliki pengaruh yang luar biasa dimana mereka akhirnya memiliki perhatian, keinginan dan bercita-cita menajdi PENULIS. Bagi saya ini sungguh anugerah yang luar biasa karena sangat positif. Ketika pelajaran Bahasa Indonesia misalnya pada pelajaran mengarang ternyata lumayan bagus nilainya yaitu dapat nilai 9. Saya tanya sama gurunya, apa kelebihannya? Gurunya bilang, “imajinasinya tinggi dan luas sekali serta lumayan urut pak”. Saya pun sangat senang mendengarnya seraya berharap semoga kelak di Brama dan Bima benar-benar concern dan memiliki ketekunan untuk menjadi seorang penulis.
Saya kira inilah moment terbaik dan kesan terbaik yang saya dapatkan dari Kompasiana selama saya 7 tahun lebih bergabung. Terima kasih Kompasiana atas kesempatan yang diberikan. Yang pasti, Kompasiana telah menjadi bagian terpenting dalam hidupku sebagai teman sejati setiap hari. Saya doakan semoga Kompasiana tetap Jaya dan Sukses. Amiin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI