Mohon tunggu...
Sholehan bahari
Sholehan bahari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Anak tani

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyambut Pendidikan di Era Global Society 5.0

13 Juni 2022   12:12 Diperbarui: 13 Juni 2022   12:23 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

GEJOLAK manusia untuk maju dan berkembang merupakan keniscayaan terus tumbuh. Teknologi dan pikiran manusia layaknya perlombaan saling susul-menyusul berebut untuk menjadi yang terdepan. 

Belum seluruh masyarakat Indonesia memahami dan mengaplikasikan teknologi revolusi industri 4.0, kini kita dihadapkan kembali dengan perkembangan era society 5.0. Negara Jepang adalah sebagai penggagas era society 5.0 yang dirumuskan oleh Perdana Menterinya, Shinzo Abe, dan diresmikan pada 21 Januari 2019. 

Banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di era society 5.0 ini.    Lalu, apa yang dimaksud dengan era society 5.0 dan hubungannya dengan revolusi industri 4.0?

 Society 5.0. adalah suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) Konsep ini lahir sebagai pengembangan dari revolusi industri 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia. Prinsipnya mendasarkan pada peran manusia bersama teknologi yang sudah tercipta sehingga membuat keseimbangan antara kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial. 

Society 5.0 merupakan era semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri, internet bukan hanya digunakan untuk sekadar berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.  Dalam menghadapi society 5.0 masyarakat harus siap beradaptasi dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS). 

Tiga kemampuan utamanya adalah kemampuan memecahkan masalah kompleks, kemampuan berpikir secara kritis, dan kemampuan untuk berkreasi. Manusia dituntut untuk lebih cepat menghasilkan solusi dalam memenuhi kebutuhannya. Hal ini berdampak pada manusia untuk terus menggali informasi, serta menciptakan inovasi baru guna menunjang kelangsungan hidupnya. Manusia di era ini harus mampu bersikap dan berpikir maju.

Hal yang terpenting dalam menghadapi era society 5.0 ini adalah kemampuan berpikir secara kritis (critical thinking). Mengapa critical thinking? Karena menurut Forbes (2018) kemampuan berpikir kritis merupakan satu dari tujuh kemampuan yang tidak akan tergantikan oleh Artificial Intelligence (AI) dan robot sejenisnya. Secanggih apa pun teknologi, manusia akan selalu lebih unggul dalam hal berpikir kritis. 

Penyebaran informasi yang sangat bebas dan mudah diakses, mengharuskan masyarakat untuk mampu memilah informasi yang diterima secara kritis. Hal ini agar seseorang tidak dengan mudah termakan hoax, memperoleh informasi yang menyesatkan, dan sebagainya. Berpikir kritis juga dapat merangsang kreativitas seseorang untuk terus berinovasi.

Apa yang dimaksud dengan critical thinking? Berpikir kritis atau critical thinking menurut Michael Scriven, dari Claremont Graduate University, adalah proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil membuat konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi. 

Berpikir kritis adalah sebuah proses membuat penilaian yang logis dan masuk akal. Ketika seseorang berpikir dengan kritis, mereka tidak serta merta menerima semua argumen dan kesimpulan begitu saja, mereka juga harus mempertanyakan validitas dari argumen dan kesimpulan tersebut. 

Singkatnya, berpikir kritis adalah kemampuan berpikir jernih dan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercaya. Untuk mampu berpikir kritis, seseorang dapat mempelajari dengan cara mengidentifikasi, membangun, dan mengevaluasi sebuah argumen terkait isu yang menarik perhatian. 

Misalnya dengan mencoba memahami hubungan logis dalam setiap ide yang dikemukakan, mendeteksi apakah ada inkonsistensi dan kesalahan umum di dalam penalaran, mencoba memecahkan masalah secara sistematis, dan mengidentifikasi apa relevansi dan pentingnya sebuah atau beberapa ide. Seorang pemikir kritis harus mampu mencari sumber informasi yang relevan, membuat kesimpulan yang logis, dan menggunakan informasi tersebut untuk memecahkan masalah (problem solving).

Termasuk yang harus dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul. Dalam menghadapi era society 5.0, dunia pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas SDM. Selain pendidikan beberapa elemen dan pemangku kepentingan seperti pemerintah, Organisasi Masyarakat (Ormas) dan seluruh masyarakat juga turut andil dalam menyambut era society 5.0 mendatang. "Untuk menghadapi era society 5.0 ini satuan pendidikan pun dibutuhkan adanya perubahan paradigma pendidikan. 

Diantaranya pendidik meminimalkan peran sebagai learning material provider, pendidik menjadi penginspirasi bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang memotivasi peserta didik untuk "Merdeka Belajar. merdeka belajar akan menciptakan pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui peningkatan layanan dan akses pendidikan dasar salah satunya adalah upaya pemenuhan maupun perbaikan infrastruktur dan platform teknologi di sekolah dasar. 

Pendidikan nasional berbasis teknologi dan infrastruktur yang memadai diharapkan dapat menciptakan sekolah dan ataupun kelas masa depan. Merdeka belajar juga dapat dimaknai dengan kebijakan strategis baik pemerintah maupun swasta dalam mendukung implementasi merdeka belajar, prosedur akreditasi yang dapat beradaptasi, sesuai kebutuhan oraganisasi/lembaga/sekolah, serta pendanaan pendidikan yang efektif dan akuntabel salahsatunya ditandai dengan otonomi satuan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan.

"Selain itu dalam melaksanakan merdeka belajar diperlukan manajemen tata kelola dari semua unsur, baik pemerintah daerah, swasta (industri dll), kepala sekolah, guru dan masyarakat. Melalui manajemen berbasis sekolah diperlukan jiwa kepemimpinan seorang kepala sekolah yang berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya. 

Untuk peningkatan sumber daya manusia, baik guru maupun kepala sekolah, diperlukan pembinaan baik lokal maupun internasional yang berkelanjutan sehingga mampu menjawab tantangan dunia industry atau menghadapi era revolusi industry 4.0 dan society 5.0.

Dalam menghadapi era society ada dua hal yang harus dilakukan yaitu adaptasi dan kompetensi. Beradaptasi dengan Society 5.0, kita perlu mengetahui perkembangan generasi (mengenal generasi). Istilah baby boomers yang dimaksud adalah tinggi tingkat kelahiran dari beberapa generasi mulai dari generasi x sampai dengan generasi dimana terjadi transformasi peradaban manusia. 

Untuk menjawab tantangan Revolusi industri 4.0 dan Society 5.0 dalam dunia pendidikan diperlukan kecakapan hidup abad 21 atau lebih dikenal dengan istilah 4C (Creativity, Critical Thingking, Communication, Collaboration). 

Diharapkan guru menjadi pribadi yang kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi serta menjadi suri teladan, Sementara itu di abad 21 kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa ini adalah memiliki kemampuan 6 Literasi Dasar (literasi numerasi, literasi sains, literasi informasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan). 

Tidak hanya literasi dasar namun juga memiliki kompetensi lainnya yaitu mampu berpikir kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan problem solving. Dan yang terpenting memiliki perilaku (karakter) yang mencerminkan profil pelajar pancasila  seperti rasa ingin tahu, inisiatif, kegigihan, mudah beradaptasi memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kepedulian sosial dan budaya. Menghasilkan SDM unggul dengan beradaptasi di era society 5.0.

Sebagai Pendidik di era society 5.0, para guru harus memiliki keterampilan dibidang digital dan berpikir kreatif.  Menurut Zulfikar Alimuddin, Director of Hafecs (Highly Functioning Education Consulting Services) menilai di era masyarakat 5.0 (society 5.0) guru dituntut untuk lebih inovatif dan dinamis dalam mengajar di kelas Oleh karena itu ada tiga hal yang harus dimanfaatkan pendidik di era society 5.0. diantaranya Internet of things pada dunia Pendidikan (IoT), Virtual/Augmented reality dalam dunia pendidikan, Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam dunia pendidikan untuk mengetahui serta mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan oleh pelajar.

Pendidik juga harus memiliki kecakapan hidup abad 21 yaitu memiliki kemampuan leadership, digital literacy, communication, emotional intelligence, entrepreneurship, global citizenship, team working dan problem solving. Fokus keahlian bidang pendidikan abad 21 saat ini dikenal dengan 4C (Risdianto, 2019) yang meliputi creativity, critical thinking, communication dan collaboration. 

Tenaga pendidik di abad society 5.0 ini harus menjadi guru penggerak yang mengutamakan murid dibandingkan dirinya, inisiatif untuk melakukan perubahan pada muridnya, mengambil tindakan tanpa disuruh, terus berinovasi serta keberpihakan kepada murid. Akan tetapi dengan adanya perubahan ini banyak yang mempertanyakan apakah peran guru dapat tergantikan oleh teknologi? Namun ada peran guru yang tidak ada di teknologi diantaranya interaksi secara langsung di kelas, ikatan emosional guru dan siswa, penanaman karakter dan modeling/ teladan guru

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun