Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbatan atas kehendaknya sendiri, baikberbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak mendapatkan pula memperoleh hukuman atas kejahatannya yang diperbuatanya. Ganjaran kebaikan  disini disamakn neraka kelak di akherat, itu didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri, bukan oleh takdir tuhan. Karena itu sangat pantas, orang yang berbuat akan mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannya.
Faham takdir yang dikembangkan oleh qadariyah berbeda dengan konsep yang umum yang dipakai oleh bangsa arab ketika itu, yaitu paham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatanya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap dirinya. Dengan demikian takdirnya adalah ketentuan allah yang diciptakan-nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu hukum yang dalam istilah alquran adalah  sunnatullah.
Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya tidak dapat berbuat lain, kecuali mengikuti hukum alam, misalnya manusia ditakdirkan oleh tuhan kecuali tidak mempunyai sirip seperti ikan yang mampu berenang dilautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan seperti gajah yang mampu membawa barang seratus kilogram.
Menurut Dr. Ahmad amin dalam kitabnya fajrul islam, menyebut pokok-pokok ajaran Qodariyah sebaai berikut:
Orang yang berdoa besar itu bukanlah kafir dan bukanlah mukmin, Â tapi fasik dan orang fasik itu masuk neraka scara kekal.
Allah SWT tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan manusialah yang menciptakannya. Maka manusia akan mendapat balasannya (neraka), maka Allah berhak disebut adil.
Kaum qodariyah mengatakan bahwa Allah itu maha esa atau satu dalam hati bahwa Allah tidak memiliki sifat-sifat ajali, seperti ilmu, kuadrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah SWT itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan melihat dengan zatnya sendiri.
Kaum qodariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun allah tidak menurunkan agama.
Sebab,katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang menyebabkan baik atau buruknya.
TOKOH
Ma'had al-juhani