Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu hidup berdampingan dengan risiko. Risiko adalah bagian yang melekat dalam setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil. Baik dalam konteks bisnis, keuangan, maupun kehidupan pribadi, risiko selalu ada dan dapat berdampak positif maupun negatif terhadap hasil yang kita harapkan. Dalam menghadapi risiko diperlukan perencanaan dengan sedemikian rupa agar dampak yang diberikan dari sebuah risiko dapat diminimalisirkan. Sebuah perencanaan tak akan bagus ketika pengetahuan kita masih kurang, maka penting bagi kita untuk mempelajarinya. Adapun bidang studi khusus yang mempelajari tentang penanganan risiko yaitu Manajemen Risiko, Dalam bidang studi Manajemen Risiko kita akan diajarkan banyak hal seperti pengertian dan peran manajemen risiko, implementasi penerapan manajemen risiko, sistem pengukuran risiko dalam membuat keputusan bisnis, identifikasi dan pengendalian serta aplikasi manajemen risiko yang terukur, dan lain sebagainya. Artikel ini akan membahas tentang penerapan manajemen risiko yang terbagi menjadi dua bentuk yaitu Implisit dan Eksplisit.
Hal yang paling utama kita harus memahami terlebih dahulu apa pengertian dari risiko. Menurut Vaughan (1978), beberapa definisi risiko yaitu Risk is the chance of loss (risiko adalah terbukanya kemungkinan kerugian), Risk is the posibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian), Risk is the uncertainty (risiko adalah ketidakpastian). Menurut Committee of Sponsoring Organization (COSO), possibility that an event may occur that will adversely affect the achievement of some enterprise objectives (kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang akan berdampak buruk pada pencapaian beberapa tujuan perusahaan). Menurut The International Organization of Standarization (ISO) 31000, the effect of uncertainty on objectives, whether positive or negative (efek ketidakpastian terhadap tujuan, baik positif maupun negatif). Definisi ini menggeser pemahaman risiko dari kemungkinan hasil negatif dan menuju ketidakpastian itu sendiri. Maka dari semua pengertian yang telah kita simak diatas dapat disimpulkan bahwa Risiko yaitu sebuah ketidakpastian atas sebuah peristiwa yang dampaknya dapat bernilai postif maupun bernilai negatif.
Secara implisit manajemen risiko dapat dijalankan dengan menerapkan sistem prosedur yang baik. Seperti menentukan dan membentuk SOP (Standart operating procedure), sehingga setiap pekerjaan akan terlaksana dengan optimal dan jelas arahnya. Hampir semua perusahaan memiliki SOP karena memang sangat dibutuhkan. Selanjutnya yaitu memaksimalkan kapasitas organisasi didalam perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya, tujuan utama yang dimaksud yaitu untuk memaksimalkan kepuasan pelanggan teradap produk atau layanan yang ditawarkan, produk dengan cost-effective atau dengan harga yang lebih hemat dan terjangkau sehingga konsumen akan lebih tertarik, dan memastikan lingkungan sekitar bersifat safety oriented serta nyaman untuk digunakan. Perlu diperhatikan juga bahwa ketidakefektifan pada sebuah proses bisnis karena adanya ketidakpatuhan atau mengingkari sebuah prosedur merupakan tindakan yang akan menambahkan kemungkinan risiko buruk kedepannya. Maka hal yang seperti itu penting untuk dihindari dan harus terus diberikan arahan agar prosedur tetap berjalan semestinya.
Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya yaitu pemilihan struktur organisasi yang tepat. Dalam sebuah bisnis pasti tak jauh dari kata organisasi, organisasi berfungsi sebagai wadah untuk menentukan arah dari bisnis tertentu dan sebuah bisnis sangat membutuhkan organisasi agar kegiatan bisnis dapat berjalan secara optimal. Namun yang menjadi perhatian adalah pemilihan struktur, jika pemilihan yang dilakukan tidak tepat maka kinerja yang didapat pun akan memberikan hasil yang kurang maksimal. Fungsi organisasi akan selalu mengikuti bentuk organisasi, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu bentuk dari organisasi sehingga dapat ditentukan dengan tepat fungsi dari organisasi tersebut.
Setiap bentuk organisasi memiliki konsekwensi risiko yang berbeda-beda serta memiliki nilai positif dan negatifnya. Pertama bentuk organisasi sentralis (Centralized Structure) memiliki kelebihan cenderung konsisten dan cepat terkendali, akan tetapi memiliki risiko keputusan pendapat yang menumpuk, bottle neck serta tidak adanya pengawasan. Kedua bentuk organisasi Desentralis (Decntralized Structure) memiliki kelebihan Client focus, Client focus adalah orientasi dari rangkaian pelayanan yang diberikan kepada pelanggan. Dan memiliki kelebihan saling koreksi akan tetapi organisasi desentralis memiliki kekurangan decision chaos dan tidak konsisten.
Penerapan sistem kontrak yang menjadi perhatian terakhir penting untuk diterapakan. Dalam perjalanan panjang sejarah bisnis, tak dapat disangkal bahwa kontrak telah menjadi pilar utama dalam manajemen risiko. Sebagai sarana manajemen risiko yang tertua, kontrak tidak hanya bersifat umum tetapi juga dapat diterapkan baik secara internal maupun eksternal dalam suatu perusahaan. Perjanjian bisnis tidak sekadar menjadi bentuk formalitas, melainkan sebuah instrumen yang membagi risiko di antara para pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut.
Pentingnya kontrak tidak hanya terletak pada kerangka bisnis, tetapi juga melibatkan aspek manusiawi dan keberlanjutan perusahaan. Dalam konteks ini, ketika suatu karyawan mengalami keterlambatan, kontrak dapat mengandung klausul penalti yang bertujuan memberikan insentif untuk menjaga kedisiplinan. Kontrak juga berperan sebagai bentuk kesepakatan yang mengatur tanggung jawab dan mitigasi risiko dalam situasi darurat atau bencana, seperti halnya peran perusahaan asuransi dalam menyediakan perlindungan.
Sejalan dengan fungsi manajemen risiko, kontrak bukan hanya menjadi perjanjian transaksional, tetapi juga menjadi alat transfer risiko yang efektif. Dengan demikian, kontrak menjadi fondasi yang kokoh dalam membangun fondasi bisnis yang stabil dan berkelanjutan. Kesinambungan bisnis tidak hanya tergantung pada keberhasilan transaksi bisnis, tetapi juga pada kemampuan kontrak untuk mengelola risiko dan memitigasi dampak buruk yang mungkin terjadi. Dalam era dinamis ini, pemahaman mendalam terhadap kontrak sebagai alat manajemen risiko yang beragam dan kompleks menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan bisnis di tengah ketidakpastian.
Setelah apa yang telah kita ketahui manajemen resiko secara implisit maka selanjutnya kita akan membahas manajemen risiko secara eksplisit. Dalam menjalankan aktivitas bisnis, organisasi modern tidak bisa lagi mengandalkan keberuntungan semata. Oleh karena itu, menerapkan manajemen risiko secara eksplisit telah menjadi suatu keharusan untuk menjaga ketahanan dan kelangsungan operasional. Proses ini melibatkan lima tahapan yang tidak hanya menjadi pedoman, tetapi juga fondasi kokoh dalam menjaga stabilitas.
Langkah pertama dalam manajemen risiko adalah melakukan analisis risiko atau risk assessment. Dengan menyelidiki potensi risiko yang mungkin timbul, organisasi dapat lebih siap menghadapi tantangan dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat. Identifikasi risiko menjadi kunci untuk merumuskan strategi yang efektif. Selanjutnya, transparansi dalam setiap tahapan proyek menjadi fokus dengan menerbitkan catatan dan status. Hal ini tidak hanya memberikan gambaran kepada pihak terkait, tetapi juga menciptakan kesadaran akan risiko yang ada. Dengan demikian, setiap anggota tim proyek dapat terlibat aktif dalam menjaga kualitas dan keberlanjutan proyek. Tidak hanya berhenti pada pengamatan risiko, manajemen risiko juga melibatkan perencanaan penanggulangan bencana dan manajemen krisis. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, memiliki rencana yang jelas untuk mengatasi bencana dan krisis menjadi keharusan. Ini melibatkan upaya pencegahan, respons cepat, dan pemulihan yang terstruktur. Menyusun daftar risiko dan membentuk kelompok analisis risiko menjadi langkah-langkah berikutnya yang tidak kalah penting. Daftar risiko memberikan pandangan holistik terhadap potensi risiko, sementara kelompok analisis risiko dapat memberikan wawasan mendalam untuk merumuskan strategi yang lebih matang.
Dengan mengadopsi kelima tahapan tersebut, organisasi tidak hanya mengelola risiko secara proaktif, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Manajemen risiko bukan lagi sekadar konsep, melainkan menjadi pilar utama dalam menghadapi dinamika bisnis yang terus berkembang.