Mohon tunggu...
Shohibul Kahfi
Shohibul Kahfi Mohon Tunggu... Guru - say the fact

Guru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia Sebagai Wakil Tuhan (Khalifatullah)

27 Maret 2021   12:45 Diperbarui: 27 Maret 2021   13:50 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai wakil Tuhan di muka bumi, seharusnyalah seorang manusia juga berusaha semaksimal mungkin untuk menyesuaikan diri dengan yang diwakilinya. Tuhan mempunyai semua sifat-sifat yang terpuji dan hanya di sisinyalah semua kebaikan dan kebenaran. 

Manusia sebagai khalifatullah juga harus mewarisi sifat-sifat baik tersebut, tentunya dalam kadar tertentu karena keterbatasan manusia. Manusia diharuskan berbuat (berakhlak) baik sebagaimana Allah swt. berbuat baik kepada manusia (wa 'akhsin kama akhsanallaahu ilaika).

          Seandainya semua orang di dunia mewarisi sifat Rohman dan Rokhim, pasti dunia akan aman, tentram dan damai. Tapi kenyataanya tidak demikian, justru banyak yang sebaliknya. Dunia selalu diwarnai perselisihan, perpacahan, dan peperangan.

          Akan tetapi ada juga beberapa sifat Allah yang tidak boleh sama sekali dimiliki oleh seseorang manusia. Yaitu antara lain sifat takabur atau sombong, karena pada hakikatnya, tidak ada sama sekali yang patut dibanggakan oleh seorang manusia.  Apapun yang  dipunya, dikuasai, maupun diperoleh tidak lain hanya dari karunia Allah swt. semata. Oleh karena itulah seseorang tidak sepantasnyalah menyombongkan diri, merasa mempunyai, merasa kuasa serta mempunyai kekuatan sendiri.  

          Dengan meninggalkan semua perbuatan tercela serta selalu berusaha melakukan amal perbuatan yang baik, seorang manusia akan bisa mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan sedekat-dekatnya. Sebagaimana Firman Allah dalam sebuah hadits Qudsyi:

"Barang siapa mendekati aku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta." (HR. Bukhori dan Muslim). 

"Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mengasihinya. Apabila Aku telah mengasihinya, menjadilah Aku pendengarannya, yaitu dia mendengar dengan pendengaran itu, dan menjadi penglihatannya yang dia melihat dengan penglihatan itu." (Al- Hadits)

"...dan bukanlah engkau yang melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allahlah yang telah melempar ..." (QS. Al Anfaal/8 : 17)

          Apabila bisa mencapai tingkat hakikat ini, seseorang bisa mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang lainnya. Ia bisa melakukan apapun yang ia mau, dia bisa melakukan sesuatu diluar kemampuan dan kebiasaan orang pada umumnya. Suatu misal; kelebihan yang dimiliki oleh Nabi Khidlir, beliau bisa mengetahui beberapa kejadian yang akan terjadi di kemudian hari. Juga yang ilmu yang dimiliki oleh umat Nabi Sulaiman as. yang bisa memindahkan bangunan keraton Ratu Bilkis. Begitu juga yang dilakukan oleh sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim), hanya dengan menunjuk sebuah pohon aren, berubahlah batang, daun dan buahnya menjadi emas semuanya.

          Itulah sebagian kecil dari contoh kelebihan orang-orang yang telah mencapai tingkat ketakwaan yang sempurna. Dengan hatinya yang suci, ia telah menerima ketentuan dari Allah swt. dengan ikhlas. Keakuannya sesuai dengan yang diperkenankan oleh-Nya untuk mengaku aku akan dirinya, karena keakuannya disandarkan hanya kepada Allah swt. semata. Bisa menyatu dengan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun