Mohon tunggu...
SHOHIBUL ULUM
SHOHIBUL ULUM Mohon Tunggu... Lainnya - Masih Newbie

Tentang Politik Luar Negeri dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Dilema Menjadi Data Scientist di Indonesia

25 Maret 2022   15:03 Diperbarui: 25 Maret 2022   15:16 1495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : www.dreamstime.com

Akhir-akhir ini, semakin banyak ditemui berbagai macam bentuk pelatihan atau kursus yang berhubungan dengan data science dan big data. Mulai dari pelatihan yang bersifat gratis dan bisa diikuti melalui live YouTube, hingga pelatihan yang harus merogoh kantong agak dalam karena memiliki lisensi khas dari lembaga bereputasi.  

Lantas, sebenarnya ada apa dengan istilah-istilah Data Science, Big Data, Data Scientist dan sebagainya? Apakah yang menarik minat mahasiswa atau fresh graduate untuk rela mengikuti berbagai macam pelatihan tentang Data Science sedemikian rupa? 

Tulisan ini akan memerikan ulasan singkat mengenai Data Science dan profesi Data Scientist di Indonesia. Permasalahan utama yang coba dijawab adalah mengenai prospek masa depan sebagai Data Scientist di Indonesia.

Meskipun kiprah Data Science sebagai sebuah cabang ilmu tidak selama ilmu statistika, tetapi Data Science mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. 

Hal ini terjadi karena Data Science cenderung menggunakan teknologi-teknologi terbaru untuk mengolah big data. Sehingga, bukan Data Science jika pengolahan data tanpa penggunaan teknologi yang mumpuni. Beberapa sudut pandang yang membedakan antara Data Science dan Statistika adalah :  sumber data diperoleh, hubungan model-data, dan keterkaitan dengan sistem produksi. 

Menyandang gelar sebagai Data Scientist wajib memenuhi beberapa kualifikasi. Dikutip dari masterindatascience.org kemampuan (skill) yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan menjadi Data Scientist adalah : bahasa pemrograman, teknik machine learning, visualisasi data beserta pelaporannya, analisis risiko, matematika dan statistika, komunikasi efekfif, penelitian dan sebagainya. Sekilas, kemampuan seorang Data Scientist harus multidisipliner. Sehingga, kemampuan yang bersifat multidisipliner ini juga harus didukung oleh pra-sarana pendukung seperti jenjang pendidikan yang memadai.

Berbicara tentang jenjang pendidikan Data Science (Data Sains) di Indonesia, akhir-akhir ini sudah tersedia beberapa program studi yang secara khusus mempelajari Data Science. Baik perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS) telah membuka program studi yang secara khusus mempelajari tentang Data Science (Data Sains). Sebut saja perguruan tiggi negeri ternama seperti IPB yang telah mengembangkan program studi dari hanya Statistika menjadi Statistika dan Sains Data. 

Perguruan tinggi negeri ternama lain yang juga telah membuka program studi Data Science adalah Universitas Airlangga Surabaaya yaitu program studi Teknologi Sains Data.

Dilihat dari segi pra-sarana jenjang pendidikan, profesi sebagai Data Scientist lebih terbuka lebar dan terjamin. Masalah selanjutnya yang akan dihadapi oleh para calon Data Scientist, adalah tentang tanggung jawab atau beban kerja sebagai Data Scientist. Tanggung jawab atau beban kerja merupakan hal paling penting dari setiap profesi. Banyak ditemui kasus dimana calon pekerja menghadapi pekerjaan yang tidak sesuai dengan eskpektasinya.

Tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh seorang Data Scientist juga tidak kalah berat dengan kualifikasi yang harus terpenuhi. Memang, secara umum setiap pekerjaan akan memiliki tingkat tanggung jawab yang berbeda-beda pula. Akan tetapi, alangkah lebih baik apabila setiap orang mampu memahami dengan baik tanggung jawab yang akan dibebankan kepadanya. 

Dikutip dari toptal.com, bahwa seorang Data Scientist akan menerima beban tanggung jawab berupa memilih dan memilah features melalui sebuah machine learning, melakukan data mining, memperluas cakupan data perusahaan dan bila perlu menggunakan bantuan pihak ketiga, meningkatkan prosedur teknik pengumpulan data atau informasi, dan yang paling penting adalah bertanggung jawab terhadap proses, pembersian (cleansing), dan verifikasi terhadap data untuk kebutuhan analisis.

Tanggung jawab yang akan diterima oleh seorang Data Scientist akan berbeda dilihat dari bidang data yang sedang dikerjakan. Misalnya, seorang Data Scientist yang bekerja di bidang pertanian tentu akan selalu menghadapi data-data luas panen, produksi, produktivitas harga pangan dan sebagainya. 

Tidak jarang seorang Data Scientist pertanian harus turun ke lapang untuk melakukan verifikasi data yang telah dikumpulkan oleh enumerator. Namun demikian, semua tanggung jawab yang akan diterima oleh Data Scientist akan terasa ringan apabila selalu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Seperti yang telah dijelaskan di bagian pendahuluan, bahwasannya Data Science merupakan ilmu yang beradaptasi cepat dengan perkembangan teknologi.

Sebagai gambaran, indeed.com menyatakan bahwa rata-rata gaji bulanan yang diterima oleh seorang Data Scientist adalah sebesar Rp7 -- 8 juta. Sekilas, jumlah ini terbilang fantastis mengingat dalam satu tahun jumlah yang terkumpul bisa mencapai Rp100 juta. Perlu diperhatikan kembali bahwa nominal per bulan ini bukan gaji bersih. Sehingga, para calon Data Scientist harus kembali hati-hati dalam melihat peluang. 

Ditambah lagi, profesi bahasa-bahasa rekrutmen Data Scientist di Indonesia masih ambigu. Sebagai contoh, rekrutmen Data Scientist tetapi kenyataannya menjadi admin yang menangani banyak data. Ada lagi, rekrutmen Data Scientist tetapi bobot kerjanya terletak pada advertising. Sehingga, kemampuan desain grafis lebih banyak digunakan daripada kemampuan membuat 'insight' terhadap big data yang sedang diproses.

Lain ladang, lain belalang. Apabila sedikit bergeser ke negeri jiran, maka salary yang akan diterima seorang Data Scientist adalah sebear RM6000-an per-bulan berdasarkan indeed.com. Nomial RM6000-an itu jika dikonversi ke dalam rupiah sekitar Rp20-jutaan. Jadi ada selisih Rp13-juta dengan salary bulanan Data Scientist di Indonesia. Lagi-lagi, gaji perbandingan gaji bersifat relatif terutama dengan perbedaan cost hidup di Indonesia dan Malaysia. Namun demikian, perbedaan salary ini menandakan bahwa kebutuhan Data Scientist di negeri jiran agak dibutuhkan dibandingkan dengan di Indonesia. Sehingga, lebih peluang menjadi Data Scientist di Malaysia lebih besar dan menjanjikan.

Berbagai ulasan yang diberikan tentang profesi Data Scientist memberikan sebuah kesimpulan bahwa Data Scientist masih menjadi dilema dikalangan para fresh graduate atau bahkan calon mahasiswa. Dilihat dari peluang profesi Data Scientist, tentu profesi ini memiliki peluang besar mengingat seantero dunia hari sedang menuju digitalisasi. Tetapi peluang besar ini tidak mungkin optimal apabila daya serap tenaga kerja sebagai Data Scientist tidak seimbang. Artinya, banyak fresh graduate yang sedang mencari kerja tetapi tidak ada investor atau pemberi kerja yang memberikan peluang. Sehingga, bisa jadi para calon Data Scientist cenderung memilih untuk membuat perusahaan start-up yang juga tidak jauh-jauh dari Data Science.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun