Mohon tunggu...
Shofy Septiana
Shofy Septiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mama Tangguh Asal Pegunungan Bintang - Papua

10 Januari 2017   09:30 Diperbarui: 10 Januari 2017   16:41 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan? Ya identik dengan lemah lembut dan gemulai. Kalau ngomongin perempuan kayak gini sih udah banyak ya di pada umumnya. Nah, kali ini saya mau bercerita tentang seorang perempuan tangguh nan gemulai yang cuma ada di Timur Indonesia. Siapa dia? Yuk kita simak pembahasannya dibawah ini..... 

Tangguh. Satu kata yang menggambarkan perempuan papua. Bagaimana tidak? Perempuan Papua memiliki peran seperti pada umumya kepala keluarga. Mama, panggilan asli Papua untuk perempuan yang sudah meikah dan memiliki anak. Setiap hari mama harus memenuhi segala kebutuhan dapur berikut dengan makanan yang akan disajikan. 

Dari mulai membelah kayu di hutan untuk menyalakan tungku api di dapur, lalu berkebun untuk memenuhi kebutuhan pangan. Tak hanya itu, mama-mama di Pegunungan Bintang juga terbiasa melahirkan anak dengan tidak bantuan dokter alias ngelahirin sendiri... gile.. gile.. wush... deh.. Habis lahiran, ga mungkin kan anaknya dibiarka gitu aja, pasti mama juga harus mengurus anak-anaknya, belum lagi harus berjualan hasil kebun ke kota. Ah.. rentetan tugas itu masih panjang jika harus dijelaskan satu per satu. Itu hanya sebagian peran mama di internal rumah. Belum lagi harus melahirkan anak, yang kebanyakan dari mereka melahirkan anak tidak dengan bantuan dokter alias ngelahirin sendiri... gile.. gile.. wush... deh..

Selain peran mama di internal rumah, adapula peran mama untuk lingkungan masyarakat. Luar Biasa kan? Nah, peran mama di lingkungan masyarakat juga tak kalah mencengangkan. 

Mama-mama biasa memperbaiki jalanan jika ada kerusakan akibat longsor, mama juga biasa mengangkat  bongkahan kayu untuk membangun rumah atau membangun pagar, mengangkat batu-batu gunung untuk menutup jalanan yang becek, bermalam di hutan untuk ambil sayur, yang nantinya sayur tersebut akan digunakan untuk bakar batu (acara adat orang Papua). Ah mama, mulia sekali engkau. Bahkan mampu mengemban amanah seberat itu.

Cerita menarik dari seorang mama di kampung penempatanku, setiap sore mama pulang dari kebun membawa bongkahan kayu untuk kebutuhan kayu bakar untuk memasak. Maklum, disana masyarakat biasa memasak dengan tungku kayu. Kayu itu dimasukkan ke dalam noken (tas terbuat dari kulit kayu atau nilon yang dirajut dengan pola tertentu) berukuran besar. 

Tak jarang juga, mama membawa anaknya yang masih bayi untuk ikut berkebun, alasannya klasik, karena tidak ada yang menjaganya. Jadi mama biasa membawa minimal 3 noken di kepalanya, noken pertama berisikan belahan kayu, noken kedua berisikan hasil kebun harian, dan noken ketiga berisikan anaknya yang sedang tidur berselimut tebal. Ya, berselimut tebal, karena udara di Pegunungan Bintang, Papua jika sedang musim dingin bisa mencapai 10⁰C. Sepertinya anak-anaknya sedari kecil sudah dilatih untuk bekerja keras dan menjadi sosok yang tangguh untuk menghadapi kehidupan yag keras di Pegunungan Papua.

Sore hari. Aktifitas mama-mama sepulangnya dari kebun adalah segera berbegas ke dapur untuk memasakkan hasil panen kebunnya tadi siang untuk sang suami dan anak-anaknya. Mama-mama biasa punya banyak anak, 7 anak, 8 anak, bahkan ada yang 10 anak. Ga kebayang sih, kebutuhan makanan sekeluarga itu seberapa banyak. 

Apalagi mereka hanya terbiasa makan 2x dalam satu hari, biasa makan pagi dan makan sore hari. Mengapa? Ya, karena siang hari mama tidak ada di dapur sehingga tak ada yang menyiapkan makan dan tak ada bahan untuk dimakan. Biasanya mereka memanen satu hari ya untuk kebutuhan sehari itu, tapi tak jarang juga jika hasil panen sedang melimpah mama-mama menjual hasil kebunnya di pasar yang letaknya jauh dari desa, dan itu ditempuh dengan jalan kaki. Wow... emang mama-mama itu dasyat banget tenaganya. Jadi jangan heran, mama-mama disini perawakannya kekar dan berotot. Ya, karena itu mereka sudah terbiasa dengan kerja berat, tak hanya untuk menghidupi dirinya tapi juga untuk menghidupi keluarganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun