Sebagai pra-anggapan, generasi muda sekarang  hidup  dalam dua wajah.  Bergerak di  budaya ideal normatif Minangkabau dan berenang di lautan-samudra perubahan.
Ada dakwaan, GMM tercerabut dari akar budayanya. Tidak tahu di "nan-ampek" dan seterusnya.
Kedua, seakan pembelaan. Â "Nyeleneh"nya GMM, tersebab kurangnya keteladanan. Â Di situ yang terdakwa adalah generasi tua (GT). Dan GT justru yang egois. Apa-apa harus mencontoh mereka. Padahal mereka hidup di zaman"katumba".
 Dr. Riki menayangkan  cluster generasi. Dari silent generation, Baby Boomer,  (lelahiran 90 -70-60 tahun lalu)  ke generasi milenial x, y, z dan alpha (kelahiraran 50, 40, 30 ke 20-10 tahun lalu). Ia memaparkan bahwa tiap generasi itu beda tantangan dan peluangnya.
Prof. Novesar menyentil. Jangan di tarik ke belakang terus menerus. Atau frasa  lain,  "kalau nyopir mobil jangan hanya lihat kaca spion. Bisa ketabrak".
Kita akui dan belajar ke sejarah. Founding Fathers republik ini mayoritas "urang awak". Proklamator hanya dua, Soekarno-Hatta. Ini artinya 50 persen saham kita. Sebagai motivasi boleh saja ada yang  terus ulang-sebut tokoh hebat kita.
Soekarno menjuluki Agus Salim  "The Grand Oldman". Ada  Tan Malaka, Syahrir, Yamin, Natsir, Hamka dan seterusnya.
Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi Imam Besar Masdjidll Haram, tokoh utama Mazhab Syafii di Mekah.  Syekh Thaher Jalaludin  al-Falaki, ulama dan ahli ilmu falak, jurnalis Islam dan pendidik utama di Malaya dan kemudian mukim di Singapura.
Tunku Abdul Rahman, Proklamartor dan PM Pertama, Malaysia. Peresiden  pertama Singapura Yusof Bin Ishak. Semua mereka adalah pohon yang tumbuh dari bibit dan bebet Minangkabau.
Begitu  puluhan lainnya tokoh primer dari 10 negara Asean banyak yang ditulis sebagai zurriyyat-keturunan Minangkabau .
Namun ada nara sumber dalam FGD ini, seakan mengatakan, "sudahlah, jangan  mangapik daun kunyik". Itu sudah selesai.