Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... Dosen - DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Shofwan, lahir 12 Desember 1952, Sijunjung Sumatera Barat. Suku Melayu. Isteri Dra. Hj. Imnati Ilyas, BA., S.Pd., M.Pd., Kons. Imnati bersuku Pagar Cancang, Nagari Balai Talang, Dangung-dangung, 50 Kota Sumbar. Shofwan, sekolah SR/SD di Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidayah al-Hidayatul Islamiyah di Sirih Sekapur, 1965. SMP, Jambi, 1968. Madrasah Aliyah/Sekolah Persiapan IAIN-UIN Imam Bonjol Padang Panjang, 1971. BA/Sarjana Muda tahun 1976 dan Drs/Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah IAIN-UIN Imam Bonjol Padang,1982. MA/S2 IAIN-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991. DR/S3 UIN Syarif Hidayatullah-UIN Jakarta, 2008.*

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menggapai Takwa

28 April 2020   08:01 Diperbarui: 28 April 2020   12:52 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shofwan Karim, di Kampus Curtin University, Perth, WA, 5 November 2016 (Foto Dokpri)

Sejauh mata memandang

Nasib telah membawanya ke puncak

Perjalanan tak berkesudahan

Mendengus nafas yang tak pernah lelah

Di dalam untaian panjang safari tiada ujung

Tiba-tiba matanya lindok 

Menatap kaki langit di balik horizon

Serpihan harapan   menjadi kenyataan

Hidup di  garis putar  tak pernah diam

Merangkak, berjalan, berlari, meloncat dan terbang

Matanya turun ke rumput ladang

Sentana fatamorgana tropik tak berbatas

Menyapu lekuk bukit, gunung, lembah, permadani hijau,   pasir pantai ke  samudera gemuruh tak bertepi

Bila nafas dihitung  oksigen 

dihirup pertama  cahaya dunia sampai hari-hari ini

Apakah ia sanggup?

Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?

Sungguh, bla kamu bersyukur akan ditambah berkali lipat

Bila kamu kufur, ingatlah balasan-Nya yang pedih

Bila kamu berterimakasih, itu untuk dirimu

Rentangan syukur, terimakasih  amat dalam

Tiba-tiba dunia tergoncang

Tidak menghitung utara, selatan, barat dan timur

Semua  disentak kiamat kubra

Pandemic  tak berujud di kasat mata

Tak peduli sains, teknologi,  intelijen buatan, ilmu langit atau apa pun

Dan Ramadhan kali ini terasa aneh

Tiba-tiba orang-orang semua berlari dari yang tak tampak

Terlalu sepele kepada setiap yang tak kasat mata

Mereka yang beriman  turut goncang

Nyali  surut 180 derjat

Ada harapan di tengah  banyak  amat gelisah

Kecuali  mereka kokoh dalam iman

Dan  menjalankan perintah-Nya

Mereka tak putus asa

Mengagapai derjat

Waspada dalam kata taqwa.***

Shofwan Karim,

Ciputat, 5 Ramadhan 1441-28 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun