Mohon tunggu...
Shofwah Annisa
Shofwah Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswah

Saya memiliki minat dalam mengeksplorasi berbagai topik, termasuk pengembangan diri, inspirasi dan kebijaksanaan hidup. Saya senang berbagi pengalaman pribadi dan pemikiran melalui tulisan. Hobi saya antara lain membaca, menulis jurnal dan menikmati musik. Saya berharap tulisan saya dapat memberikan dampak positif dan inspirasi bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI vs Kemampuan Asli Mahasiswa

15 Desember 2024   10:47 Diperbarui: 15 Desember 2024   10:47 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era digital saat ini, kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu alat yang paling sering digunakan oleh mahasiswa. Karena kecerdasan buatan ini dapat memberikan solusi instan mulai dari menjawab soal, merangkum artikel, hingga menyusun essay dalam hitungan menit. Namun, Apakah kemudahan ini benar-benar membantu atau justru menghambat perkembangan kemampuan asli dari mahasiswa?.

Ketergantungan pada AI, dengan sangat berlebihan dapat memunculkan beberapa dampak yang serius. Karena AI cenderung menggantikan proses berpikir kritis pada mahasiswa. Karena ketika tugas diselesaikan oleh mesin, mahasiswa akan kehilangan kesempatannya dalam berlatih analisis, Logika, dan kreativitas keterampilan yang esensial di dunia nyata. Apabila dibiarkan, Hal ini dapat melemahkan Kemampuan mereka dalam memecahkan masalah secara mandiri.

Pada dasarnya AI tidak sepenuhnya sempurna. Jawaban atau hasil yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan seringkali bersifat generik dan kurang mendalam. Mahasiswa yang terlalu bergantung pada kecerdasan buatan beresiko menerima informasi yang tidak sepenuhnya akurat atau relevan. Jika tanpa memverifikasi ulang hal ini dapat membuat kebiasaan belajar yang dangkal dan kurang adanya tanggung jawab.

Ketergantungan pada kecerdasan buatan juga dapat mengikis kemandirian. Karena dalam dunia kerja mahasiswa diharapkan mampu untuk berpikir dan bertindak secara mandiri. Jika Pada proses perkembangan mereka terbiasa dengan bantuan AI, maka kemampuan mereka untuk mengambil keputusan strategis atau mengatasi tantangan tanpa bantuan AI mungkin akan terhambat.

Namun bukan berarti kecerdasan buatan sepenuhnya memiliki dampak yang buruk. Apabila digunakan dengan bijak AI dapat menjadi alat yang mendukung pembelajaran. Misalnya, untuk memahami suatu konsep-konsep yang sulit atau meningkatkan efisiensi waktu. Dalam menggunakan kecerdasan buatan kuncinya adalah dapat menjaga keseimbangan dan memanfaatkan AI untuk melengkapi, bukan menggantikan kemampuan asli dari diri mahasiswa.

Penting bagi mahasiswa untuk menyadari bahwa kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kerja keras, merupakan aset yang tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan. Masa depan tidak hanya ditentukan oleh seberapa pintar alat yang digunakan tetapi seberapa hebat manusia yang menggunakannya. Oleh karena itu mari jadikan AI sebagai Mitra dan bukan sebagai pengganti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun