Putra menggelengkan kepala. "Tidak, ini terdengar seperti suara manusia. Aku harus pergi dan memeriksanya."
Tanpa menunggu lagi, Putra melompat menjauh, meninggalkan Emerson dan Winston yang terpaku di tempatnya.
"Haruskah kita mengikutinya?" tanya Winston, tetapi Emerson hanya menggelengkan kepalanya.
"Kita harus tetap di sini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi," kata Emerson sambil menatap ke kejauhan.
Dalam kegelapan yang semakin dalam, Putra bergerak cepat melewati semak-semak dan pohon-pohon besar. Dia tiba di tepi hutan, di mana cahaya bulan menerangi jalan setapak yang terbentang di depannya.
Di sana, dia melihat sekelompok manusia yang membawa obor dan peralatan lainnya. Mereka berjalan dengan hati-hati, sesekali berhenti untuk mendengarkan suara alam di sekitar mereka.
"Maaf, apa yang sedang kalian lakukan di sini?" tanya Putra, muncul dari balik semak-semak.
Manusia-manusia itu terkejut melihat kijang yang berbicara. Namun, mereka segera sadar bahwa Putra adalah raja hutan di wilayah ini.
"Kami adalah para peneliti yang sedang melakukan studi tentang kehidupan di hutan ini," jawab seorang dari mereka, seorang ilmuwan muda bernama Servia.
Putra mengangguk mengerti. "Aku menghargai upaya kalian untuk memahami kehidupan di sini. Namun, tolong berhati-hati dan jangan ganggu ketenangan hutan ini."
Maya tersenyum. "Tentu saja, kami akan melakukannya. Terima kasih, Putra."