Mohon tunggu...
Shofi Rahayu
Shofi Rahayu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Juara

3 Desember 2017   10:12 Diperbarui: 3 Desember 2017   10:20 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekolah.

Satu kata yang mewakili segala keindahan di usia belia. Keindahan persahabatan tang dibalut setia. Keindahan fisik yang diliputi kekuatan raga. Keindahan cinta yang mulai hadir menggoda. Keindahan cita yang melangit dalam jiwa. Ah, segalanya Nampak indah. Selalu menjadi kenangan yang tak mudah dilupa. Selalu layak direkam sebagai usia yang penuh dengan romantika.

Sekolah juga terkadang menjadi sebuah tempat yang bisa menentukan hitam putihnya masa depan, baik buruknya seseorang, mulia atau hinanya seseorang. Tergantung penyikapan masing-masing jiwa sederhana para remaja penghuninya.

Nah, kalau saya tanya, apa sih tujuan kita sekolah dari TK sampai saat ini? Mungkin ada banyak jawaban yang dilontarkan, dari yang paling serius sampai hal yang paling konyol sekalipun. Ada yang pengen punya sahabat banyak, ada yang biar bisa mendapatkan uang saku, ada yang biar bisa mengembangkan diri, mudah dapat pekerjaan, ada yang pengen cuma ngisi waktu luang, dan ada juga yang cuma agar bisa mendapatkan ijazah saja.

Ketika dari awal kita telah salah dalam memaknai perjalanan pendidikan kita di lembaga formal semacam sekolah atau universitas, maka sesungguhnya kita telah rugi dalam menjalani hidup kita selama ini. Rugi umur, karena untuk sekolah paling tidak kita menjalani 12 tahun di bangku sekolah. Juga rugi biaya, karena puluhan bahkan ratusan juta rupiah harus dikeluarkan oleh orang tua kita untuk membiayai pendidikan kita.

Saat menjalani aktivitas pendidikan, ada tujuan besar yang ingin diraih. Ada manfaat agung yang hendak digapai. Ada cita-cita dahsyat yang memang dicari. Tentu bukan hanya untuk meraih kertas sakti berwujud lembar ijazah. Tentu bukan hnya menggapai nilai raport yang tertulis dengan nilai A. tentu bukan hanya sebagai piagam berbagai olimpiade atau lomaba yang terukir sebagai sang juara. Semua itu hanyalah bonus kecil yang dikaruniakan oleh Allah pada seorang pemuda muslim.

Lalu, apa tujuan besar, manfaat agung, cita-cita dahsyat yang membedakan seorang remaja muslim dengan pelajar pada umumnya? Tiga saja. Ya, paling tidak 3 hal saja yang bisa menjadi tujuan pokok kita bersekolah agar aktivitas kita disekolah bisa berbuah indah.  Apa tiga tujuan pokok itu?

Ibadah

Tak ada satu jeda istirahat pun diberikan oleh Allah bagi manusia untuk melaksanakan ibadah seumur hidupnya. Ya, tak ada sedetikpun jeda. Setiap denyut badi, detak jantung, helaan napas, seluruhnya harus untuk beribadah kepada Allah. Lho, kalau ibadah terus kapan belajarnya? Kapan sekolahnya? Kapan bermainnya? Menurut ibnu taimiyah bahwa ibadah adalah apa saja yang dicintai dan diridhai oleh Allah mencangkup perkataan dan perbuatan, baik yang tampak maupun tidak tampak.

Jika niat kita sekolah untuk beribadah, yakni menuntut ilmu dan segala aktivitas kita disekolah tidak ada yang melanggar batas-batas larangan Allah, maka pahala akan terus mengalir sejak kita berangkat hingga kesekolah hingga kita pulang dari sekolah. Maka, setiap kita berniat melakukan sesuatu, tanyakan dulu dalam hati, "Allah ridha apa tidak?". Ada satu kunci yang mengubah segala aktivitas yang kita lakukan bermakna ibadah. Tentu kita mengenal dengan baik kata itu, kata yang selalu menjadi rukun pertama dalam ibadah kita. Tentu kata itu adalah niat.

Untuk menjadi khalifah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun