Sebuah Hape tipe N 1600 berwarna hitam abu-abu melekat di tanganku. HaPe itulah yang membawaku masuk kedalam sebuah sandiwara yang sangat konyol. Kuperankan sosok Salsa dalam sandiwara itu untuk masuk ke dalam kehidupanmu. “Assalamualaikum.... Bagaimana kabarnya Sat ?” Sebuah sms pembuka sandiwara telah terkirim ke ponsel Satria. Selang beberapa menit, Hp-ku bergetar. Nampaknyna balasan dari Satria sudah masuk ke ponselku. Segera kubuka pesan itu. “ Waalaikumsalam.... Saya baik-baik saja, Btw ini siapa ya?” Balasnya singkat. “Aku Salsabila Marwa Saidah Putri, aku temannya Mega, teman SD kamu dulu ! Masih ingat kan ?” Balasku.
Dari situlah sandiwara antara Salsa dengan Satria dimulai. Memang awalnya Satria tak percaya begitu saja dengan orang baru seperti Salsa. Dia memang tipe orang yang susah mempercayai sesuatu yang belum dia ketahui pasti. Namun, pada akhirnya, selang beberapa bulan dia percaya juga dengan permainan sandiwaraku ini.
Salsa adalah seorang tokoh yang aku bawakan dengan sejuta penderitaan yang dipikulnya. Dia mengidap sebuah penyakit yang cukup berbahaya dan mematikan, penyakit itu adalah penyakit kanker. Aku sengaja memasukkan tokoh seperti Salsa ke dalam kehidupanmu Sat, karena aku yakin hanya dengan cara seperti itu aku bisa mendapatkan perhatian yang sepenunhnya darimu.
Setiap pagi, siang dan malam, Hp-ku tak henti-hentinya bergetar. Pesan dari Satria selalu ada di Hp-ku. Entah itu cuman sekedar basa-basi, ngegombal bahkan curhatan tentang kisah cintanya, semuanya dia ceritakan pada sosok Salsa. Senang rasanya bisa berbagi cerita dengannya. Seorang Salsa pun juga seperti itu. Setiap hari dan setiap jam apa yang dia alami selalu ia ceritakan dan ia laporkan pada Satria. Tak jarang Salsa sering mengeluh tentang penyakitnya pada Satria. Satria pun tak bosan-bosan mengingatkan Salsa agar rajin minum obat. Sungguh, perhatian seperti ini belum pernah aku dapatkan dari seorang Satria jika aku tidak memainkan tokoh Salsa. “Sat, sakit Sat, aku udah nggak kuat lagi !” kata-kata itu sering aku ucapkan pada Satria. Satria pun segera menelfon ku, dan menyuruh ku meminum obat penahan rasa sakitnya. Sungguh, dia begitu perhatian pada Salsa, dan memang dia pantas mendapat julukan sebagai My Guardian Angel.
***
Setelah sebulan sandiwara ini berjalan, Satria masih bisa bertahan dengan seseorang yang bernama Salsa. Dia masih sangat setia menemani hari-hari terakhir Salsa. Hingga sampai pada saat akan menghadapi ujian, Satria masih setia mengingatkan Salsa untuk rajin belajar dan istirahat cukup. Dia menginginkan Salsa bisa menjadi juara kelas, walaupun pada nyatanya Salsa mengidap penyakit yang sangat berbahaya dan mematikan.
***
Seminggu telah berlalu. Satria mencoba mengirimkan sebuah pesan pada Salsa. Ia ingin mengetahui bagaimana kabar terakhir Salsa setelah hampir seminggu dia lose contac dengan Salsa. Mungkin Satria saat itu sedang bertanya-tanya kenapa sms darinya tidak mendapatkan balasan sama sekali dari Salsa. Berkali-kali Satria mencoba mengirimkan sms pada Salsa, namun tetap saja tidak ada satu patah katapun yang masuk ke ponselnya dari Salsa. Aku memang menyengaja melakukan semua itu, karena aku ingin mengetahui apakah Satria akan cemas dan khawatir jika tiba-tiba temannya menghilang begitu saja tanpa ada kabar sama sekali yang diterimanya. Dan ternyata saat di sekolah, aku mengetahui, ternyata Satria begitu khawatir pada Salsa, hingga dia menanyakan pada teman-temannya. Dia semakin menduga-duga, apakah Salsa sedang di rumah sakit, karena penyakitnya yang kambuh lagi ? Dia benar-benar tidak tahu apa yang bisa dia perbuat saat itu agar bisa mendapatkan kabar terakhir tentang Salsa.
Keesokan harinya di sekolah, aku mendengar Satria cerita pada sahabat dekatnya Virgi tentang keanehan pada diri Salsa. Namun, Virgi justru memberikan respon yang biasa saja, dia justru mengatakan “ Loe itu nyadar nggak sih Sat, aku yakin loe itu cuman di bohongi aja sama orang yang namanya Salsa itu, aku yakin, sebenarnya dia itu bukan seseorang yang beneran ada, dia itu hanya nama, dan tak benar-benar ada. Percaya sama gue Sat.!” Mendengar jawaban dari sahabatnya yang seperti itu Satria merasa tidak terima dan justru dia marah-marah pada Virgi, dengan alasan karena sahabatnya tidak bisa merasakan apa yang tengah dia rasakan saat itu.
Disisi lain aku sangat senang melihat reaksi dari Satria yang seperti itu, itu semua menunjukkan bahwa Satria benar-benar percaya bahwa keberadaan seorang Salsa itu memang benar-benar ada. Ditengah lamunanku, tiba-tiba sebersit suara masuk ke dalam cela-cela lubang telingaku. “ Woy... Ngapaian kamu senyum-senyum sendiri Shof !” Tukas Satria. “ Eh.... Ngak pa-pa Sat, biasa aja, biasanya kan aku juga gini ! He...he....” Balasku singkat. Kemudian Satria pun berlalu begitu saja dari pandanganku. Wajahnya terlihat kasihan sekali, nampaknya dia benar-benar sedang bingung dengan masalahnya bersama Salsa. Dia terlihat begitu cemas dan khawatir. “ Maafin aku Sat, sebenarnya aku nggak mau untuk melakukan semua ini, tapi semua ini memang aku lakuakan karena aku ingin bisa selalu dekat denganmu. Aku memeng sengaja menghilangkan sosok Salsa begitu saja dari hidupmu, karena aku juga ingin tahu seberapa khawatirkah kamu jika kamu kehilangan seorang teman seperti Salsa.” Batinku dalam hati.
Setahun berlalu begitu cepat. Sekarang aku telah berada di kelas XII. Kini nama Salsa benar-benar telah lenyap dalam sandiwaraku ini. Namun, dengan hilangnya sosok Salsa itu bukan berarti menandakan bahwa sandiwara telah usai. Justru dengan hilangnya Salsa itu membuat seorang tokoh baru masuk ke dalam sandiwara ini. Dia adalah Kristalya Amanda Dwi Saputri. Kali ini Kristaly akan ku mainkan dengan peran sebagai seorang anak yang liar dan kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya. Kristaly adalah seorang gadis yang sangat tomboy, dia juga anak dari keluarga yang kaya raya. Kesehariannya setiap hari selalu bermain balap-balapan bersama dengan teman-temannya di jalan Lingkar Timur. Permulaan Kristaly aku masukkan ke dalam sandiwara ini sama dengan ketika aku memasukkan tokoh Salsa dulu. Namun kali ini agak berbeda dari yang dulu. Saat Kristaly baru masuk ke dalam kehidupan Satria, Satria selalu menganggap bahwa Kristaly adalah Salsa. Sorang gadis Surabaya yang pernah dia kenal setahun lalu yang sekarang telah menghilang entah kemana. Karena Satria bersikukuh menganggap Kristaly adalah Salsa, aku pun harus kerja extra untuk membuat Satria percaya bahwa Kristaly adalah Kristaly, bukan lagi Salsa.
Akhirnya setelah melewati kerja keras yang cukup banyak memeras keringat, kini Satria percaya juga, bahwa Kristaly adalah Kristaly bukan lagi Salsa. Dengan melibatkan salah satu nama desa yang ada di Surabaya, yaitu GUNUNG SARI (tempat tinggal Kristaly). Satria pun akhirnya percaya dan kembali masuk ke dalam permainanku. Dan Sandiwara pun kembali berjalan. Tapi, sandiwara kali ini aku buat berbeda dengan yang dulu. Kali ini bukan lagi Satria yang suka mengingatkan untuk melakukan sesuatu, namun Kristaly lah yang selalu mengingatkan Satria agar selalu sholat tepat pada waktunya. Karena Kristaly pernah menanyakan pada Satria tentang hal yang paling dia lupa untuk dilakukan. Dan ternyata Satria mejawab “Sholat Isya’”. Setelah pertanyaan tersebut, hampir setiap sholat Isya' Kristaly selalu mengirimkan pesan pada Satria yang isinya selalu mengingatkan Satria agar tidak lupa dengan kewajibannya, yaitu sholat.
Tak terasa setahun akan segera terlewati. Sandiwaraku dengan Satria masih berjalan dengan mulus, tak ada satupun batu kerikil yang berani menghalangi permainanku ini. Tepat tanggal 11 Sepetember sandiwaraku berjalan satu tahun. Rasanya ini susah untuk dipercayai, ternyata sandiwaraku berjalan sesuai dengan apa yang aku tuliskan dalam sekenarioku.
Di tengah kebahagiaanku saat itu, tiba-tiba aku mendapati sebuah pesan dari nomor Hp 081230676985 masuk ke dalam Inbox-ku. Pesan itu mengatakan “ cepat kamu ngaku, kamu itu siapa ! Aku tahu kamu tidak sungguhan ada, kamu hanyalah orang yang tidak suka melihat hubunganku dengan Satria bukan. Cepat kamu ngaku, atau aku sendiri yang akan mencari tahu sebenarnya kamu itu siapa !“ Setelah aku membaca pesan itu, nampaknya aku mengetahui pesan dari siapakah itu. Ternyata pesan itu berasal dari Anggun, pacar Satria. Nampaknya Anggun tidak bisa menerima kalau dia putus dari Satria. Aku pun bingung, aku harus melakukan apa.
Keesokan harinya, aku ceritakan apa yang aku alami semalam pada salah seorang sahabat Satria yang baik padaku. “ Menurutku sih Shof, mendingan kamu ngaku aja, dari pada nanti Anggun sendiri yang tahu kalau ternyata semua ini itu dalangnya kamu.” Tukas Yefi. “ Tapi, Yef, aku masih takut, kira-kira Satria bisa nerima nggak ya kalau pada nyatanya sebenarnya semua itu dalangnya adalah aku, aku takut dia kecewa sama aku Yef !” Sahutku sambil meneteskan air mata, meyesali segala perbuatan yang telah aku lakukan. “ Gini aja Shof, kamu kan berani melakukan semua ini, tapi kenapa sekarang kamu nggak berani tanggung jawab. Kamu harus mengatakan yang sebenarnya pada Satria. Ingat Shof, bicaralah yang sesungguhnya, walaupun sesungguhnya itu pahit dan sebelum semuanya terlambat.” Tambah Yefi.
Sejak kejadian itu, aku menjadi sering murung sendiri, always day dream. Aku bingung, apakah aku memang harus benar-benar mengakhiri sandiwaraku ini ???
Dan akhirnya, dengan berat hati aku harus mengetikkan beberapa kata dari HaPe-ku. “ Sat, maafin aku selama ini aku bohongi kamu !” Dengan cepat sebuah balasan dari Satria masuk ke dalam ponselku. “ Apa maksudmu ??” “ Ia selama ini aku bohongi dan permainkan kamu dengan bantuan dua orang toko, mereka adalah Salsa dan Kristaly. Dan sebenarnya SALSA=KRISTALY=SHOFI.” Balasku dengan gelimangan air mata, karena aku masih belum siap jika detik itu aku harus kehilangan Satria. “ Oh... Terima kasih atas kejujuran dan sandiwaranya, dan aku juga sudah maafin kamu, sebelum kamu minta maaf padaku, tapi JANGAN PERNAH GANGGU HIDUPKU LAGI.” Balasnya penuh rasa kecewa. Sungguh, kata-kata itu telah membuat aku terpuruk dan terjatuh. Air mataku semakin tak bisa ku kendalikan, begitu deras air mata itu mengalir di pipiku.
Keesokan harinya di sekolah, tiba-tiba sebuah tamparan melayang ke arah pipi kananku. “Plak.... Puas kamu telah merusak hubunganku dengan Satria.” Tamparan dari Anggun pun mendarat di pipiku. “ Iya... Aku puas, karena sekarang hubungan kamu dengan Satria telah berakhir.” Jawabku lantang sambil memegang pipi kananku. Tak terima dengan balasan kata-kata dariku, tiba-tiba Anggun meraih jilbab putihku dan menariknya dengan kasar, hingga jilbabku terlepas dari kepalaku. “ Apa-apaan sih kamu Nggun, lepasin.” Jeritku.
Seketika pertikaian antara aku dan Anggun pun semakin memanas. Melihat pertikaian anatara aku dengan Anggun, Satria pun bergegas berlari ke tempat dimana aku dan Anggun bertengkar. “ Sat.... Sat... maafin aku, aku bisa jelasin semuanya.” Tukasku sambil memegang tangan kanannya, agar dia tidak pergi dariku, karena aku ingin menjelaskan semuanya padanya. Namun, nampaknya kata-kataku tak berguna, Satria langsung saja berlalu dari pandanganku sambil menggandeng Anggun, tanpa menghiraukan sepatah kata dari mulutku.
Seteah hampir 5 tahun kejadian itu terjadi, aku tak lagi pernah melihat batang hidung Satria, karena setelah kelulusan sekolah, aku melanjutkan kuliah di Jerman. Dan saat aku liburan kenaikan semester, aku pulang ke Indonesia . Dan tak sengaja, ketika aku sedang shopping di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya , aku mendapati Satria. Tanpa berfikir lebih lama. Aku pun segera menghampirinya. “SATRIA..........” Teriakku sambil menghampirinya.“ Kamu masih ingat denganku?????” Tanyaku. “ Kamu orang yang pernah membohongiku dulu kan? Dan merusak hubunganku dengan Anggun !” Balasnya singkat. “ Ternyata Satria masih ingat jelas peristiwa itu” Batinku dalam hati. “ Iya Sat, benar banget. Sat, apakah kamu tidak bisa menghapuskan kenangan buruk itu? Aku mohon Sat, lupakan semua itu, aku sangat merasa bersalah padamu Sat. Bisakah kamu delete semua itu dari memory otakmu? Dan bukankah kamu telah memaafkanku?” Celetukku. “ Iya, aku tahu memang aku telah memaafkanmu, tapi untuk menghapuskan semua kenangan buruk itu tak semudah yang kau bayangkan, tak semudah pula saat kamu membalikkan telapak tanganmu, aku masih ingat jelas peristiwa itu dan aku masih sangat kecewa padamu.” “Ya Allah, ternyata Satria masih sangat kecewa padaku.... Bagaimana aku bisa meluluhkan hatinya ya Allah....” Batinku dalam hati.
Akhirnya aku memutuskan untuk megajak Satria makan siang di salah satu restaurant di mol itu, aku ingin menjelaskan semuanya, sekaligus aku ingin bercerita banyak dengannya, mau tidak mau aku harus memaksanya,agar dia tahu penyebab aku melakukan semua itu dan karena aku kira inilah waktu yang tepat untuk aku menjelaskan semuanya. Akhirnya, setelah aku membujuk Satria, dia akhirnya meng-ia kan tawaran dariku. Kita pun akhirnya makan bersama sambil ngobrol banyak hal denganku. Tentang masa lalu, setelah itu dan saat itu. Aku ceritakan pada Satria bahwa setelah lulus dari SMA, aku memang menyengaja untuk melanjutkannya di Jerman dengan niatan agar aku tidak lagi bisa bertemu denganmu, dan nanti jika aku pulang ke Indonesia aku berharap bisa mendapati kamu tidak lagi marah padaku. Dan ternyata semua itu benar-benar terjadi, aku sangat bersyukur, ternyata Satria saat itu telah bisa memaafkanku, walaupun mungkin rasa kecewa masih ada dalam hatinya, tapi tetap aku sangat bersyukur dan bahagia karena kini semuanya bisa berjalan dengan baik dan tali silaturrahmi diantara kitapun tidak terputus hanya karena masalahku yang dulu. Dan saat itu aku juga telah mengucapkan sebuah janji di hadapan Satria bahwa aku akan datang dalam kehidupannya bukan lagi menjadi seorang Salsa ataupun Kristaly, tapi sebagai seorang Isfiyatush Shofi dan aku tidak akan mengulangi kesalahan konyolku dimasa lalu, karena aku tak ingin membuatmu kecewa untuk yang kedua kalinya. Dan aku juga tak inigin kehilangan sahabat terbaikku. You are My Best Friend “SATRIA MANDALA PUTRA”.
THE END
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H