Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam telah lama menjadi pilar penting dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pesantren sendiri terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan metode dan pendekatan pengajarannya, dua diantaranya adalah Pondok Modern dan Pondok Salafi. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mendidik santri dalam ilmu agama Islam, terdapat perbedaan signifikan dalam hal metode pengajaran, kurikulum, dan pengelolaan.
Pondok Salafi
Pondok Salafiyah adalah model pesantren yang berpegang teguh pada tradisi pendidikan Islam klasik. Pesantren jenis ini telah da sejak lama dan sering kali mengacu pada metode pengajaran yang dikembangkan di Timur Tengah, khususnya dalam tradisi salaf (pendahulu).
Di pesantren salaf, ada dua metode pembelajaran: metode sorogan (talaqqi) dan bandongan (halaqoh). Metode sorogan adalah sistem pembelajaran kitab dimana santri membaca, menjelaskan atau menghafal kitab yang dikaji di depan ustadz atau kyai. Sedangakan metode bandongan merupakan sistem pembelajaran dimana kyai atau ustadz membacakan, menerjemahkan dan menerangkan kitab dan santri menyimak, mendengarkan dan memberi ma'na pada kitab tersebut.
Ciri khas yang tak pernah pudar dari pondok salafi adalah penggunaan aksara jawa atau pegon dalam pengajian kitab kuning, memakai sistem ma'na gundul, sangat menganjurkan para santri untuk memakai sarung dan peci setiap hari. Selain itu dalam hal keilmuan, para santri salaf bisa dipastikan bhawa mereka mampu menguasai ilmu gramatika bahasa Arab (nahwu, shorof, ma'ani, dan bayan) secara mendalam, karena ilmu-ilmu tersebut dipelajari secara intens dan memainkan peran yang signifikan dalam kurikulum pesantren salaf.
Pondok Modern
Disisi lain Pondok Modern muncul sebagai respons terhadap kebutuhan modernisasi dalam pendidikan Islam. Pondok Modern pertama di Indonesia adalah Pondok Modern Darusaalam Gontor yang didirikan pada tahun 1926. Singkat cerita, tiga orang putra Kyai Santoso Anom akhirnya kembali ke Gontor setelah belajar di berbagai pesantren tradisional dan lembaga modern. Tepat pada 20 September 1926, mereka bertiga mengikrarkan berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor. Ketiganya dikenal dengan sebutan trimurti, yaitu Kyai Ahmad Sahal. Kyai Zainudin Fananie, dan Kyai Imam Zarkasyi.
Pondok Modern mengadopsi metode pengajaran yang lebih bervariasi dan terstruktur. Selain pengajaran agama, Pondok Modern juga menyelenggarakan pendidikan formal dengan kurikulum yang mencakup mata pelajaran umum seperti matematika, sains, bahasa asing, dan teknologi informasi. Metode pengajaran yang digunakan juga lebih interaktif, termasuk penggunaan laboratorium, perpustakaan, dan teknologi multimedia.
Pondok Salafi berfokus pada kurikulum yang hampir seluruhnya berbasis pada kitab-kitab klasik Islam. Pelajaran yang diberikan meliputi Tafsir, Hadis, Fiqh, Nahwu, Shorof, Balaghah, dan ilmu-ilmu lainnya yang diperlukan untuk memahami teks-teks Islam secara mendalam. Santri Salaf biasanya mengabiskan waktu yang lama untuk bisa menguasai kitab-kitab ini.
Di Pondok Modern terkenal dengan masa belajar yang berbeda dari sekolah biasanya. Jika Anda masuk mulai dari jenjang SMP, maka diwajibkan untuk tamat sampai SMA nya, atau sama dengan 6 tahun. Apabila santri hanya menamatkan SMP nya saja dan tidak melanjutkan SMA nya, maka ijazah pondok tidak akan diberikan. Selain masa belajar 6 tahun, di Pondok Modern juga mengenal istilah intensive, istilah ini diperuntukkan bagi siapa saja yang masuk Pondok Modern mulai dari SMA dan jatah ia belajar adalah selama 4 tahun. Mengapa? Karena 1 tahun awal digunakan untuk memperdalam ilmu pondoknya.
Pondok dengan slogannya "berdiri diatas untuk semua golongan" ini terkenal dengan lembaga yang bernama Kuliyyatul Mu'allimin/Mu'allimat al-Islamiyah (KMI). Jika di Pondok Salaf mempelajari nahwu terbagi kedalam beberapa jenis (imriti, jurumiyah, alfiyah, dan lain-lain) di Pondok Modern mempelajari kitab nahwu wadhih. Kitab ini terdiri dari 5 jilid. Pondok Modern juga mempelajari shorof, balaghah, adyan, hadis, dan pelajaran agama lainnya.
Di Pondok Modern Darussalam Gontor terdapat percetakan buku bernama La Tansa, disana menyediakan kebutuhan berbagai kitab yang bisanya digunakan dalam pembelajaran di Pondok Modern. Rata-rata, Pondok Modern di Indonesia menggunakan kitab yang dicetak di La Tansa.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Pondok Salaf: penguasaan dan kedalaman ilmu agama, menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, dan biasanya biaya lebih terjangkau. Kelebihan Pondok Modern: menggunakan teknologi dan metode interaktif, membekali santri dengan keterampilan yang relevan untuk dunia modern.
Kekurangan Pondok Salaf: metode pembelajaran yang cenderung konvensional dan kurang inovatif. Kekurangan Pondok Modern: biasanya memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan Pondok Salaf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H