Mohon tunggu...
Shofi Aulia
Shofi Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030043 UIN Sunan Kalijaga

23107030043 UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Seminar POP UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Sampah Ada di Mana-mana, Kita Harus Apa?

30 Mei 2024   23:16 Diperbarui: 31 Mei 2024   06:17 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tumpukan sampah. sumber: detik.com

Sampah merupakan saah satu isu lingkungan yang paling mendesak dunia saat ini. Seiring dengan pertumbuhan populasi dan urbanisai yang pesat, volume sampah yang dihasilkan masyarakat jyga meningkat. Tidak hanya mencemari lingkungan, sampah juga menimbulkan berbagai, masalah kesehatan dan sosial yang kompleks.

Indonesia sendiri dinobatkan sebagai negara kontributor terbesar kedua penghasil sampah plastik. Permasalahan ini memerlukan perhatian serius dan solusi yang berkelanjutan. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat umum dan sektor swasta harus berperan aktif dalam mengelola sampah dengan lebih baik. 

Penting untuk memahami bahwa penanganan sampah bukan hanya tentang mengurangi jumlah sampah yang dibuang, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat mendaur ulang, mengurangi, dan memanfaatkan kembali sampah tersebuut untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Selasa, 28 Mei 2024 lalu, program studi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga mangadakan seminar dengan tema PR strategic for zero waste. Acara ini merupakan bagian dari party of public relations yang sudah pasti akan dilaksanakan tiap tahun dengan tema yang berbeda-beda. Tahun ini mahasiswa angkatan 2022 mengangkat isu sampah yang memang merupakan masalah serius yang dialami Yogyakarta.

Rizky Abiyoga. dok.pribadi
Rizky Abiyoga. dok.pribadi

Narasumber pertama bernama Rizky Abiyoga, beliau merupakan staff advokasi WALHI Yogyakarta. WALHI sendiri merupakan singkatan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. 

Sebagai organisasi advokasi, WALHI mempersatukan beberapa aktivis lingkungan hidup dalam membangun lingkungan hidup di Yogyakarya. Termasuk Rizky Abiyoga, mahasiswa lulusan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dari fakultas hukum.

Pada awal pembicaraan, beliau menyampaikan klasifikasi sampah berdasarkan sifatnya. Yakni organik, anorganik, sampah berbahaya dan beracun, dan residu. Residu merupakan sampah yang tidak dapat didaur ulang dengan mudah. Penguraian sampah ini dapat memakan waktu yang sangat lama. Contoh sampah residu adalah kain, pelepah pisang, kulit durian, sabut kelapa, dan lain sebagainya.

Sampah pertama yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah sampah sisa makanan atau bahan organik, dan yang kedua adalah sampah plastik. Jika kita berpikir ketika membeli minuman kemasan, botol yang sudah kita habiskan isinya dan tersisa hanya botolnya, kita manganggap botol itu adalah sampah. Padahal, ketika botol itu diproduksi, benda sudah menjadi sampah. Banyak bukan?

sumber: Waste4Change
sumber: Waste4Change

Selain menumpuk di TPA, sampah juga akan mengalir ke lautan melalui sungai. Dan faktanya, sampah plastik merupakan sampah terbanyak yang berada di laut. Banyak ekosistem laut yang tercemar. Selain mengotori lautan, sampah juga termakan dan meracuni hewan-hewan laut.

Berdasarkan survei yang dilakukan, temuan kemasan berdasarkan merk paling banyak dari mie sedap. Sedangkan perusahaan penghasil sampah plastik sekali pakai terbanyak adalah wings, unilever, indofood, dan lain sebagainya. Mereka memproduksi produk dalam jumlah yang sangat besar, namun tidak ada tindakan atau tanggung jawab untuk mengelola sampah yang mereka hasilkan.

Rizki Damastuti. dok. pribadi
Rizki Damastuti. dok. pribadi

Lalu bagaimana cara kita untuk membantu alam agar tebebas dari sampah-sampah yang membandel? Narasumber kedua, Rizki Damastuti menyampaikan materi tentang upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap sampah. Beliau mengatakan bahwa dampak sampah tidak hanya terjadi pasa generasi saat itu saja, melainkan lintas generasi, jika tidak cepat ditangani, penyakit sampah ini tidak akan sembuh.

"Kita lihat dari negara Jerman dan Korea Selatan" kata Rizki. Jerman menjadi salah satu negara terhijau di dunia. Hal ini dihasilkan dari implementasi pengelolaan sampah di Jerman dari pemerintah yang sangat baik serta didukung dengan kesadaran masyarakat yang tinggi untuk berpartisipasi menjaga lingkungan. Pemerintah Jerman memberikan tanggung jawab pengelolaan sampah kepada produsen dan distributor produk. 

Perusahaan juga harus membayar biaya ketika lebih banyak memproduksi kemasan dari batas yang sudah ditentukan. Hal ini membuat pabrik-pabrik penghasil produk tertib setiap memproduksi barang. 

Di Jerman juga diterapkan pfand system atau deposit. Ketika anda membeli minuman, anda akan membayar sedikit lebih mahal untuk botolnya. Setelah anda menghabiskan minuman tersebut, anda dapat mengembalikan botol tersebut ke toko mana pun yang menjual botol tersebut, dan anda akan mendapatkan uang jaminan anda kembali.

vbwf system Korsel. sumber: Waste4change
vbwf system Korsel. sumber: Waste4change

Korea Selatan menerapkan Volume-Based Waste Fee (VBWF), yakni sistem pengelolahan sampah yang mewajibkan masyarakat untuk memilah sampah yang dapat didaur ulang. 

Sistem ini juga mewajibkan masyarakat untuk membayar biaya pengelolaan sampah sesuai dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Sistem VBWF ini berhasil menciptakan skema pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. 

Sangat jelas bahwa masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri dapat bekerja sama untuk menerapkan 3R, krena sistem ini secara tidak langsung memaksa semua pihak untuk sadar akan pentingnya pengelolaan sampah. Tentunya keberhasilan VBWF juga didukung oleh teknologi pengelolaan sampah yang canggih.

Sebagai masyarakat, kita dapat mulai dari hal yang kecil, seperti mengurangi pemaiakan sampah plastic sekali pakai dan menggunakan produk ramah lingkungan, memilah sampah berdasarkan jenis-jenisnya, memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk kompos, dan lain sebagainya. 

Selain masyarakat yang diharapkan melek akan masalah sampah, pemerintah juga perlu sadar untuk membuat inovasi seperti yang sudah diterapkan negara Jerman dan Korea Selatan, dengan harapan sampah di Indonesia dapat berkurang dan bumi bisa hidup lebih lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun