Mohon tunggu...
Shofi Aulia
Shofi Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030043 UIN Sunan Kalijaga

23107030043 UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenang Yogyakarta: 27 Mei 18 Tahun yang Lalu

27 Mei 2024   13:03 Diperbarui: 27 Mei 2024   13:20 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

27 mei 2024, terdengar biasa saja bagi kita orang awam. Namun, tepat pada hari ini 18 tahun yang lalu, terjadi gempa luar biasa yang mengguncang beberapa wilayah Yogyakarta. Gempa dan isu tsunami, ekonomi lumpuh, rumah sakit penuh, menyisakan trauma yang hebat. Menjadi salah satu bencana alam terparah di Indonesia menimbulkan bekas luka yang mendalam bagi para keluarga korban.

Gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Ritcher yang terjadi selama 57 detik mengakibatkan kehancuran luas dan kehilangan nyawa yang signifikan. Tragedi ini tidak hanya menimbulkan kerugian materi yang besar, namun juga meninggalkan luka psikologis yang mendalam bagi masyarakat setempat. Delapan belas tahun berlalu, namun ingatan akan bencana tersebut tetap melekat dalam benak banyak orang, mengingatkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan dan solidaritas dalam menghadapi bencana.

Gempa bumi tersebut terjadi pada pagi hari sekitar pukul 05.55 WIB. Berpusat di Sesar Opak, Kabupaten Bantul dengan kedalaman 33 km. Sesar Opak merupakan patahan aktif yang melalui wilayah tengan Provinsi Yogyakarta. Sesar ini bergerak aktif sehingga kerap kali menjadi penyebab utama terjadinya gempa bumi di Yogyakarta. Tak hanya Yogyakarta dan sekitarnya, guncangan tersebut terasa hingga wilayah Blitar, Jawa Timur dan Bali.

sumber: Lensa44
sumber: Lensa44

Dampak yang dirasakan

Bersadarkan data dari BMKG, korban untuk wilayah DIY dan Klaten mencapai 4.772 orang meninggal dunia. 17.772 orang luka-luka, serta 240.831 rumah dan bangunan alami kerusakan. Sementara itu di beberapa wilayah Jawa Tengah ada 1.010 korban meninggal, 18.527 luka-luka, dan 185.246 bangunan rusak. Setelah dikalkulasi, kerugian finasial mencapai 29,1 triliun. Gempa ini merupakan salah satu bencana alam paling merugi di Indonesia setelah gempa bumi yang melanda Aceh tahun 2004 silam.

Ribuan rumah rusak berat bahkan rata dengan tanah, menyebabkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Kerusakan juga melanda infrastruktur penting seperti jalan, jembatan, sekolah, dan rumah sakit. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan sangatlah besar. Banyak usaha kecil dan menengah hancur, mengakibatkan hilangnya mata pencaharian bagi banyak keluarga. Sektor pariwisata, yang merupakan salah satu penopang ekonomi Yogyakarta juga terdampak akibat kerusakan situs-situs wisata dan berkurangnya jumlah wisatawan. Listrik di rumah warga juga padam, operasional Bandara Adisutjipto terhenti, stasiun kereta api pun mengalami kerusakan.

Gempa yang terjadi pada saat itu dibarengi dengan isu tsunami membuat warga semakin panik dan berbondong-bondong menjauh dari daerah pantai selatan, mengakibatkan kemacetan parah. Trauma psikologis adalah salah satu dampak jangka panjang yang dirasakan penyintas. Ketakutan akan gempa susuan, kehilangan anggota keluarga, dan kondisi kehidupan yang sulit di pengungsian memperparah penderitaan mereka saat itu.

Upaya pemulihan dan rehabilitasi

Setelah gempa terjadi, berbagai organisasi kemanusiaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, bersama dengan pemerintah memberikan bantuan darurat. Tim SAR bekerja keras untuk mengevakuasi korban dari reruntuhan. Sementara bantuan makanan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya disalurkan ke daerah-daerah terdampak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun