Mulai dari pergerakan kaki, pergeseran pedang, hingga kecepatan mencetak poin dari lawan, Na Hee-do meneliti itu semua, dengan penguasaan strategi, kecerdikan, dan kelincahan yang dimiliki Na He-doo, ia mampu bersaing dengan Ko Yu-rim sang bintang anggar. Tak tanggung-tanggung, Na Hee-do pun mendapatkan medali emas yang sebelumnya selalu di raih oleh Ko Yu-rim.
Diakhir drama ini bisa dikatakan sad tapi happy ending. Dimana kedua tokoh utama tidak bersatu dan hidup bahagia bersama, hal ini membuat para penonton menjadi emosional, dan saya sendiri pun nyesek ketika mengetahui endingnya seperti itu. Namun, hal baik atau happy ending nya adalah, mereka tidak egois dan tidak memaksakan kehendak satu sama lain. Mereka memilih untuk melanjutkan mimpi mereka. Karena cinta yang dipaksa tidak akan pernah bisa menerima sebuah kekurangan, dan berakhir melukai kedua belah pihak.
Tak pantas bila kisah ini tidak memiliki pesan, pelatih Na He-doo mengatakan "Jangan pernah lupa bagaimana anda mendapatkan peluang baru. Kapanpun anda mengalami kesulitan, ingatkan diri anda betapa sulit untuk memulainya." Dari kalimat tersebut kita dilarang untung menyerah, karena menyerah bukanlah solusi. Tuhan tidak akan membawamu sejauh ini hanya untuk gagal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H