KENALI PENYEBAB, GEJALA, PENCEGAHAN, DAN PENGENDALIANNYA
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, telah menjadi salah satu penyakit tidak menular yang paling umum di Indonesia. Anam (2016) menjelaskan bahwa hipertensi masih menjadi masalah utama di Indonesia: 25,8% penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas menderita hipertensi. Hal ini lambat laun mulai terjadi pada orang-orang muda (18-45 tahun) penderita hipertensi. Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah yang cukup serius, menurut data WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), penyakit ini menyerang 22% penduduk dunia. Di Asia Tenggara, prevalensi hipertensi mencapai 36%. Berdasarkan hasil Riskesdas terakhir tahun 2018, prevalensi hipertensi sebesar 34,1%. Dalam Artikel ini, akan membahas secara mendalam tentang permasalahan hipertensi di Indonesia, termasuk penyebab, dampak, serta langkah-langkah pencegahan dan pengobatan yang dapat diambil.
1. Apa itu Hipertensi?
Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah dalam arteri meningkat secara terus-menerus. Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah di arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah dari jantung dan mendistribusikannya ke seluruh jaringan dan organ dalam tubuh. Tekanan darah tinggi (hipertensi) bukan berarti emosi berlebihan, meski emosi dan stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila tekanan darah sistoliknya 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya 90 mmHg. Seseorang dikatakan menderita darah tinggi tidak hanya dengan 1 kali pengukuran saja melainkan 2 kali atau lebih dalam waktu yang berbeda. Waktu terbaik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat, duduk atau berbaring.Â
Di Indonesia, diperkirakan 15 juta orang menderita hipertensi, namun hanya 4% diantaranya yang hipertensinya terkendali. Hipertensi yang terkontrol diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan mengetahui bahwa mereka sedang dirawat karena penyakit tersebut. Di sisi lain, 50% pasien tidak menganggap dirinya menderita hipertensi sehingga cenderung menderita hipertensi yang lebih berat (Widyawati et al., 2022).
Menurut data WHO dan International Society of Hypertension (ISH), 972 juta orang menderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahunnya. Sekitar 972 juta orang, atau 26,4% populasi dunia, menderita tekanan darah tinggi. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang. termasuk Indonesia. Sekitar 60% orang menderita tekanan darah tinggi.
2. Penyebab Hipertensi
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi, termasuk gaya hidup  tidak sehat, faktor genetik, dan kondisi medis lainnya. ada beberapa faktor yang menjadi risiko  terjadinya  hipertensi,  seperti  jenis kelamin,  usia,  obesitas,  merokok  dan kurangnya  aktivitas  fisik (Anam, 2016). Faktor penyebab munculnya tekanan darah seorang naik yaitu terdiri dibedakan menjadi hipertensi esensial atau primer dan hipertensi skunder.
Hipertensi primer adalah suatu kondisi tekanan darah tinggi yang tidak diketahui penyebabnya atau adanya kelainan fisik pada tubuh manusia. Para ahli berpendapat bahwa terjadinya hipertensi jenis ini ditandai dengan kacaunya mekanisme pengaturan tekanan darah pada sistem saraf, humoral, dan hemodinamik. Hipertensi jenis ini seringkali dipengaruhi oleh faktor genetik dan kebiasaan pola makan yang tidak tepat. Faktor yang umumnya mempengaruhi tekanan darah tinggi seseorang adalah stresor yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan keadaan psikologis dan biologis seseorang. Jika penyebab utama hipertensi belum teridentifikasi, penyebab sekunder dapat diidentifikasi (Ridwan, M. 2017).
Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Pola hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, misalnya aktivitas fisik dan stres. Kebiasaan makan yang buruk merupakan salah satu faktor risiko tekanan darah tinggi. Faktor makanan modern menjadi penyebab utama tekanan darah tinggi. Mengonsumsi terlalu banyak lemak menyebabkan peningkatan jumlah lemak dalam tubuh, terutama kolesterol, sehingga menyebabkan penambahan berat badan sehingga meningkatkan besarnya tekanan pada darah. Menyerap terlalu banyak natrium akan meningkatkan volume darah ekstraseluler sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Kurangnya konsumsi sumber makanan yang mengandung kalium menyebabkan penumpukan natrium dan meningkatkan risiko hipertensi (Mahmudah et al., 2017).
3. Gejala Hipertensi
Hipertensi tidak memiliki gejala yang spesifik. Secara fisik, penderita darah tinggi tidak menunjukkan gejala yang tidak biasa. Gejala darah tinggi cenderung mirip dengan gejala atau gangguan kesehatan lain pada umumnya, sehingga sebagian orang tidak menyadari dirinya mengidap darah tinggi. Gejala umum yang terjadi pada penderita darah tinggi antara lain detak jantung cepat, penglihatan kabur, sakit kepala, disertai rasa berat di leher bagian belakang, kadang disertai mual, muntah, tinitus, gelisah, dan nyeri dada, dada ringan.nyeri. kelelahan, luka merah dan mimisan. Biasanya juga disertai komplikasi dengan beberapa gejala antara lain gangguan penglihatan, gangguan saraf, gangguan jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak). Gangguan otak dapat menyebabkan pendarahan otak, kelumpuhan, perubahan kesadaran, dan koma. Gejala-gejala ini tergantung pada durasi tekanan darah.
4. Pencegahan Hipertensi
Mencegah hipertensi lebih baik daripada mengobatinya. Artikel ini akan memberikan tips dan saran praktis tentang bagaimana menjaga tekanan darah tetap normal melalui gaya hidup sehat, termasuk pola makan yang seimbang, olahraga teratur, dan menghindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.
Risiko tekanan darah tinggi dapat dikurangi (kecuali bila diperlukan) dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin; menjaga berat badan ideal; mengurangi asupan garam; DILARANG MEROKOK; berolahraga secara teratur; hidup secara teratur; mengurangi stres; Jangan terburu-buru; dan menghindari makanan berlemak. Pencegahan primer meliputi tidur yang cukup, 6 sampai 8 jam sehari;
Mengurangi aktivitas fisik untuk menurunkan berat badan; mengurangi konsumsi alkohol; konsumsi minyak ikan; Menyerap kalsium, meski hanya sedikit menurunkan tekanan darah, juga sangat bermanfaat. Pencegahan sekunder adalah pola makan sehat; kurangi garam dan natrium dalam makanan Anda; Aktivitas fisik; mengurangi konsumsi alkohol; berhenti merokok. Pencegahan tersier, yaitu pemeriksaan darah secara teratur; Berolahragalah secara teratur dan sesuaikan dengan kondisi tubuh Anda.
5. Pengendalian Hipertensi
Bagi mereka yang telah didiagnosa dengan hipertensi, pengobatan yang tepat sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah. Menurut (R., Alimin, M., & Anita, A. 2018) Pola hidup sehat merupakan bagian dari pencegahan agar terhindar dari penyakit darah tinggi. Gaya hidup sehat selama minimal 4 hingga 6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat menurunkan risiko masalah kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan antara lain menurunkan berat badan, mengurangi asupan garam, berolahraga, mengurangi konsumsi alkohol, dan berhenti merokok. Upaya menurunkan tekanan darah dapat dilakukan melalui pemantauan tekanan darah, pengaturan gaya hidup, dan pengobatan anti hipertensi. Terkait perubahan gaya hidup, khususnya mengurangi asupan garam atau menerapkan pola makan rendah garam. Mengontrol hipertensi dan diet rendah garam sangat penting. Membatasi asupan natrium dalam bentuk diet rendah garam merupakan salah satu terapi diet yang digunakan untuk mengontrol tekanan.
Hipertensi dan kualitas hidup mempunyai hubungan timbal balik, hipertensi dapat mempengaruhi kualitas hidup dan sebaliknya kualitas hidup dapat mempengaruhi hipertensi. Aspek psikologis, fisik, sosial, dan lingkungan terhadap kualitas hidup memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan hipertensi. Â Sampai saat ini, untuk mengatasi hipertensi, berbagai upaya dapat dilakukan, antara lain pengendalian tekanan darah melalui perubahan gaya hidup (lifestylemodification) dan penggunaan obat antihipertensi dalam terapinya, baik secara tunggal maupun kombinasi.Â
Machus et al. (2020)  menjelaskan  bahwa terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi berupa anjuran modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat dapat menurunkan darah tinggi. Pemberian terapi farmakologi dapat ditunda pada pasien hipertensi 1 dengan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular rendah. Jika dalam 4-6 bulan tekanan darah belum mencapai target atau terdapat faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya maka pemberian medikamentosa sebaiknya dimulai. Rekomendasi terkait gaya hidup adalah sebagai berikut:
1. Penurunan berat badan, target penurunan berat badan perlahan hingga mencapai berat badan ideal dengan cara terapi nutrisi medis dan peningkatan aktivitas fisik dengan latihan jasmani.
2. Mengurangi asupan garam, diet tinggi garam akan meningkatkan retensi cairan tubuh. Asupan garam sebaiknya tidak melebihi 2 gr/ hari.
3. Diet DASH, ini merupakam salah satu diet yang direkomendasikan. Diet ini pada intinya mengandungmakanan kaya sayur dan buah, serta produk rendah lemak. Pemerintah merekomendasikan diet hipertensi berupa pembatasan pemakaian garam dapur sendok teh per hari dan penggunaan bahan makanan yang mengandung natrium seperti soda kue.
4. Olahraga, rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara teratur sebanyak 30 menit/hari, minimal 3hari/ minggu.
5. Mengurangi konsumsi alkohol, pembatasan konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 gelas per hari padapriaatau 1 gelas per hari pada wanita dapat menurunkan hipertensi.
6. Berhenti merokok, merokok termasuk faktor risiko penyakit kardiovaskular. Oleh karena itupen derita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok demi menurunkan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular.
KesimpulanÂ
Hipertensi adalah penyakit tidak menular yang sesungguhnya dapat dicegah melalui dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, mengurangi asupan garam, tidur yang cukup 6 sampai 8 jam sehari, berolahraga secara teratur. Namun demikian, individu yang telah mengalami hipertensi dapat hidup secara normal dengan cara pola hidup sehat agar dapat mengurangi resiko akibat dari hipertensi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H