Mohon tunggu...
Pengmas FPsi UM A21
Pengmas FPsi UM A21 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

kegiatan pengabdian mahasiswa yang dilakukan oleh mahasiswa FPsi UM offering A angkatan 21

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filosofi Pola Asuh : Mengubah Tantangan Menjadi Peluang Bagi Anak

13 Desember 2024   07:15 Diperbarui: 12 Desember 2024   23:03 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman yang semakin kompetitif, fenomena wali murid atau orangtua yang memberikan tekanan akademik yang berlebihan kepada anak sekolah dasar menjadi perhatian serius. Meskipun keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak sangat penting, namun ekspektasi yang terlampau tinggi dapat berdampak negatif pada perkembangan psikologis mereka. Tekanan berlebihan ini berpotensi menimbulkan berbagai masalah psikologis, seperti kecemasan, stres, dan bahkan gejala depresi akibat ketakutan akan kegagalan memenuhi harapan orang tua.

Menanggapi persoalan tersebut dalam rangka kegiatan pengabdian masyarakat sebagai konversi KKN dari Universitas Negeri Malang, dibawah bimbingan Prof. Dr.Fattah Hanurawan, M.Si., M.Ed., seorang mahasiswa Psikologi dari Universitas Negeri Malang bernama Achmad Musyafi Iqbal, mengambil inisiatif menggelar kegiatan Psikoedukasi bertajuk "Membangun Motivasi Belajar: Strategi Pendampingan Sesuai Fase Perkembangan Anak".  Menurutnya, setiap anak memiliki karakteristik belajar dan minat yang unik, sehingga peran orang tua adalah memahami dan mendukung proses belajar mereka, bukan memaksakan standar yang ditentukan secara sepihak.

Pendidikan sekolah dasar merupakan tahap krusial dalam pembentukan fondasi intelektual, emosional, dan sosial anak. Pada jenjang ini, pendidikan tidak sekadar transfer pengetahuan, melainkan proses pembangunan karakter dan kemampuan dasar yang akan menjadi landasan pengembangan diri di masa depan. Fokus utama pendidikan bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi pengembangan potensi anak secara holistik. Proses pembelajaran dirancang untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, rasa ingin tahu, dan keterampilan sosial melalui pengalaman belajar yang menyenangkan dan interaktif.

Kegiatan Psikoedukasi ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 23 November 2024, di SDN Dilem 1, Kepanjen, Kabupaten Malang, secara khusus menargetkan wali murid kelas 1. Rangkaian program dimulai dengan evaluasi awal melalui pre-test untuk mengukur pemahaman peserta, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi, sesi ice breaking, diskusi interaktif, dan diakhiri dengan post-test termasuk di dalamnya kritik dan saran terkait pelaksanaan kegiatan.

Pemaparan Materi
Pemaparan Materi

Dalam acara tersebut, para orang tua dibekali dengan pemahaman terkait pentingnya mengenal pola asuh yang paling efektif dari sekian banyak pola asuh yang ada. Menurut Diana Baumrind terdapat 3 macam pola asuh yang pertama adalah pola asuh otoriter, kedua adalah pola asuh otoritatif/demokratis, dan yang ketiga adalah pola asuh permisif. Dari ketiga pola asuh tersebut pola asuh otoritatif/demokratislah yang dianggap paling efektif karena menyeimbangkan antara kasih sayang dan pemberian aturan kepada anak. Anak tidak terkekang tetai juga tidak terlalu dimanjakan. Selain itu, orang tua juga diberikan pemahaman bahwa setiap anak memiliki keunikan dan potensi tersendiri baik dari minat dan bakat yang mereka miliki, maupun gaya belajar mereka. Jadi diharapkan orang tua tidak menuntut dan membandingkan anak-anak mereka dengan anak yang lain, serta dapat memberikan support lebih dan pengarahan terhadap bakat dan minat yang anak mereka miliki.

Foto bersama peserta psikoedukasi setelah kegiatan
Foto bersama peserta psikoedukasi setelah kegiatan

Musyafi Iqbal menekankan bahwa motivasi belajar yang sehat akan mendorong anak tidak sekadar meraih prestasi akademik, tetapi juga menikmati proses pembelajaran itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh hasil evaluasi kegiatan yang menunjukkan peningkatan signifikan pemahaman peserta. Analisis perbandingan skor pre-test dan post-test mengungkapkan bahwa sekitar 50% orang tua berhasil mencapai skor antara 8-10, dengan kecenderungan nilai yang konsisten bahkan meningkat setelah mengikuti sesi psikoedukasi.

Kegiatan yang difasilitasi oleh SDN Dilem 1 ini menegaskan filosofi fundamental pendidikan: kesuksesan akademik sejati tidak sekadar diukur dari nilai sempurna, melainkan kemampuan anak mengembangkan kecintaan terhadap proses belajar. Melalui pendekatan yang tepat dan pemahaman mendalam akan fase perkembangan anak, diharapkan dapat membimbing mereka menjadi individu-individu yang mandiri, kreatif, dan bahagia dalam menjalani proses pembelajaran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun