Dasar perilaku konsumsi antara konvensional dan muslim berbeda. Seperti menurut Baudrillard, konsumsi bukan sekedar nafsu untuk membeli begitu banyak komoditas, satu fungsi kenikmata, satu fungsi individual, pembebasan kebutuhan, pemuasan diri, kekayaan, atau konsumsi objek.
Jika orang meringkas semua hal yang mejadi bagian dan yang tidak menjadi bagian dari konsumsi, tampaknya jelas bahwa bagi Baudrillard konsumsi, beralawanan dengan kebijakan konvensional, bukan sesuatu yang dilakukan individu dan dengannya mereka mendapatkan kenikmatan, kebahagiaan dan kepuasan. Namun konsumsi adalah satu struktur (atau fakta sosial Durkheiman) yang bersifat eksternal dan bersifat memaksa individu.
Dalam masyarakat konsumsi modern kita mengonsumsi bukan hanya barang. Namun, juga jasa manusia dan hubungan atar manusia. Orang yang terlibat dalam jasa tersebut, sebagaimana disebutkan sebelumnya, begitu juga terhadap kita. Dasar perilaku konsumsi antara konvensional dan muslim berbeda.
Seperti menurut Baudrillard, konsumsi bukan sekedar nafsu untuk membeli begitu banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu fungsi individual, pembebasan kebutuhan, pemuasan diri, kekayaan, atau konsumsi objek. Jika orang meringkas semua hal yang menjadi bagian dan yang tidak menjadi bagian dari konsumsi, tampaknya jelas bahwa bagi Baudrillard konsumsi, beralawanan dengan kebijakan konvensional, bukan sesuatu yang dilakukan individu dan dengannya mereka mendapatkan kenikmatan, kebahagiaan dan kepuasan. Namun konsumsi adalah satu struktur (atau fakta sosial Durkheiman) yang bersifat eksternal dan bersifat memaksa individu.
Dalam masyarakat konsumsi modern kita mengonsumsi bukan hanya barang. Namun, juga jasa manusia dan hubungan atar manusia. Orang yang terlibat dalam jasa tersebut, sebagaimana disebutkan sebelumnya, begitu juga terhadap kita. Namun, melalui rasa khawatir itulah mereka menjinakkan kita, jadi penjinakan dimasukkan kepada kekangan dan sistem resepsi sitem dan kode. Pada akhirnya yang tengah di konsumsi dalam masyarakat konsumsi adalah konsumsi itu sendiri.Â
Ada satu kisah, "satu saat seorang manusia hidup dalam kelangkaan. Setelah sering berpetualang dan melakukan perjalanan panjang melintasi ilmu pengetahuan ekonomi, ia bertemu dengan masyarakat kelimpahruahan". Mereka menikah dan memiliki banyak kebutuhan.
Kecintakan homo economicus, kata A.N Whitehead, adalah bahwa kita tahu apa yang di cari "fosil manusia zaman keemasan yang lahir pada mas modern dalam pertemuan yang menguntungkan pertumbuhan alam insiani dan Hak-hak Asasi Manusia, memiliki prinsip yang kuat tentang rasionalitas bentuk yang membawanya:
1.Untuk mencari kebahagiaannya sendiri tanpa bayangan kerguan.
2.Untuk memberikan kesenangannya pada objek yang akan memberinya kepuasan maksimal
Semua pembicaraan baik oleh orang awam maupun ilmuwan tentang konsumsi diartikulasikan dalm rangkaian yang merupakan urutan mitologi dari sebuah cerita: manusia yang memiliki kebutuhan-kebutuhan yang membawanya menuju pada objek yang memberinya kepuasan. Karena bagaimanapun juga manusia itu tidak pernah merasa puas, cerita yang sama serulang terus dengan kenyataan yang sudah hilang dari cerita-cerita kuno.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 31 yang artinya: "Wahai anak cucu adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."