Mohon tunggu...
shofia deyandi
shofia deyandi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prasangka dan Diskriminasi di Masa Covid-19 dari Perspektif Psikologi Sosial

5 Juni 2022   11:53 Diperbarui: 5 Juni 2022   12:00 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, dengan mudahnya penyebaran informasi saat ini semakin memudahkan penyebaran informasi yang tidak jelas kepada masyarakat. Sehingga ketakutan dan kecemasan semakin menjadi. Akibatnya, masyarakat seringkali memiliki persepsi dan stigma negatif tentang hal-hal yang berkaitan dengan Covid-19 (Marpaung, 2020).

Dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini, stigma dapat berdampak sosial sebagai berikut:

1.Ada keinginan untuk menyembunyikan penyakitnya agar tidak didiskriminasi.
2.Ketika gejala muncul, orang menolak untuk mencari perawatan kesehatan.
3.mencegah seseorang mengembangkan perilaku sehat.
4.Ada infeksi terus menerus dan sulit untuk mengendalikan penyebaran virus.

Di Indonesia sendiri, fenomena terkait stigma dan diskriminasi muncul dengan cara sebagai berikut (Hardiana, 2020):

1.Orang yang selamat atau pasien yang sembuh dari Covid-19 dikecualikan karena diyakini masih dapat menularkan penyakit tersebut.
2.Menolak dan mengkarantina orang yang berpindah dari satu daerah ke daerah lain.
3.Beberapa kelompok etnis dianggap sebagai pembawa virus dan dikecualikan darinya.
4.Tenaga medis diyakini mampu menularkan virus dan harus dikarantina.
5.Tolak jenazah karena diyakini masih membawa virus yang bisa menulari orang lain.
6.Isolasi keluarga pasien, pengasuh, dan orang-orang yang sedang bepergian.

Anda dapat melihat bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku sosial individu dan kelompok. Salah satunya menciptakan prasangka dan diskriminasi kelompok eksternal yang dapat menimbulkan kebencian dan konflik sosial. Dengan demikian, pandemi Covid-19 telah mengubah manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sama halnya dengan mengubah psikologi manusia dalam memahami hubungan sosialnya sendiri.

Menurut Bloomer, salah satu penyebab stigma sosial adalah perasaan berbeda dari kelompok lain. Jika dikaitkan dengan kondisi pandemi, orang yang tidak terinfeksi virus mengalami emosi yang berbeda dengan mereka yang sering memakai stigma negatif, seperti pasien, penyintas, atau petugas kesehatan. Seringkali, kelompok yang menerima stigma negatif ini adalah kelompok minoritas dalam masyarakat. Oleh karena itu, rasa kekuasaan yang lebih besar muncul di sebagian besar kelompok.

Mengenai kelompok minoritas dan mayoritas, Mar'at 1988 (Ginintasasi, 2008) menjelaskan bahwa stigma sosial disebabkan oleh beberapa sebab seperti : 

1.Kekuasaan sebenarnya terlihat dalam hubungan antara mayoritas dan minoritas.
2.Fakta perlakuan kelompok mayoritas dan minoritas.
3.Fakta tentang peluang bisnis antara mayoritas dan minoritas.
4.Posisi dan peran sosial ekonomi umumnya didominasi oleh mayoritas.

Seseorang menyusun sesuatu melalui proses klasifikasi berdasarkan teori kognitif yang menjelaskan bagaimana individu berpikir tentang apa yang berprasangka dan bagaimana individu memproses informasi dan memahami dunia, berusaha mengembangkan kesan yang telah dibuat. Dalam fenomena pandemi COVID-19 saat ini, klasifikasi seringkali didasarkan pada petunjuk seperti yang terkait dengan pasien, penyintas, petugas kesehatan, dan virus lainnya.

Prasangka dan diskriminasi dapat berdampak negatif pada individu dan kelompok. Bahkan bisa membuat individu dan kelompok merasa diabaikan. Oleh karena itu, langkah-langkah harus diambil untuk memerangi stigma dan diskriminasi. Secara khusus, langkah-langkah berikut harus diambil selama pandemi covid-19 berikut :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun