Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indra. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran).
Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) suatu objek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat)[3]
Apakah filsafat itu sebagai ilmu pengetahuan dan bagaimana bentuk serta sifatnya bisa dipahami menurut penjelasan baterikut: kebenaran filsafat itu dapat diukur menurut kondisi yang pasti dimiliki oleh ilmu pengetahuan pada umumnya yang meliputi obyek (sasaran studi), system (cara-cara kerja sebagai penunjang jalannya metode) dan kebenaran ilmiah (obyektif dapat diukur baik secara rasioal maupun empiris (lihat suparlan suhartono, dasar-dasar filsafat cetakan iii ar-ruzmediagroup, jakarta, 2007 hal. 82)[4]
Ilmu dan Fisafat
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan ragu-ragu dan filsafat dimulai denga kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bgwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dengan kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang. Seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.
 Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri[5]
[1] Achmadi, asmoro. Filsafat umum. RajaGrafindo Persada: jakarta, 2005, hlm. 1
[2] Suhar. "Filsafat umum konsepsi, sejarah dan aliran", Gaung persada press: Jakarta, 2009, hlm. 9
[3] Achmadi, Asmoro. Filsafat umum. RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2005, hlm. 1
[4] Suhar. "Filsafat umum konsepsi, sejarah dan aliran". Gaung persada press: Jakarta, 2009, hlm. 9