kala aku tua nanti,ku harap kau mengerti dan sabar
Semisal ku pecahkan piring atau gelas karena penglihatanku yang tak lagi sempurna
Kuharap kau tak memarahiku,pun ketika pendengaranku makin buruk aku tak lagi dengan jelas mendengar perkataanmu tolong jangan juluki aku “TULI”tapi ulangi perkataanmu atau tulis di atas kertas
Maafkan aku nak,aku semakin tua ketika lututku melemah ku harap kau sabar menolongku berdiri seperti aku menolongmu saat kau kecil belajar berjalan
Bersabarlah denganku ketika aku mengulang perkataanku seperti kaset rusak dengarkanlah aku jangan memperolokku atau bosan mendengarkanku,ingatkah ketika kau kecil menginginkan balon kau mengulang perkataanmu hingga kau dapatkan apa yang kau inginkan
Maafkan bauku,bauku yang kini seperti orang “TUA” janganlah kau jijik ingatkah kau ketika kecil aku harus mengejarmu hanya untuk memaksamu mandi
Nak..kuharap kau bersabar menghadapiku dengan semua kerewelanku karena itu perjalanan menjadi “TUA”
Kau akan paham ketika masa tuapun tiba,jika kau punya waktu luang kuharap kita dapat berbincang walau hanya beberapa saat aku sendirian tampa teman berbagi rasa aku tau kau sibuk dengan pekerjaanmu dan duniamu,bahkan ketika kau muak dengan cerita usangku tolong luangkan waktumu untukkuingatkah ketika kau kecil? Aku dengarkan celotehmu tentang duniamu
Nak..ketika tiba waktunya aku sakit terkulai tak berdaya,semoga ALLAH berkahi engkau dengan kesabaran mengurusi aku jelang masa terakhirku hidup di dunia ini
Ya..aku tak akan lama lagi di kehidupan ini
Nak..ketika akhirnya kematian tiba menjemputku kuharap kau genggam tanganku dan ALLAH berikan kekuatan bagimu menghadapi kematianku”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H