Mohon tunggu...
Gadis Desa
Gadis Desa Mohon Tunggu... wiraswasta -

santai............

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Cinta Mama

29 Januari 2014   07:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:21 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kala aku tua nanti,ku harap kau mengerti dan sabar

Semisal ku pecahkan piring atau gelas karena penglihatanku yang tak lagi sempurna

Kuharap kau tak memarahiku,pun ketika pendengaranku makin buruk aku tak lagi dengan jelas mendengar perkataanmu tolong jangan juluki aku “TULI”tapi ulangi perkataanmu atau tulis di atas kertas

Maafkan aku nak,aku semakin tua ketika lututku melemah ku harap kau sabar menolongku berdiri seperti aku menolongmu saat kau kecil belajar berjalan

Bersabarlah denganku ketika aku mengulang perkataanku seperti kaset rusak dengarkanlah aku jangan memperolokku atau bosan mendengarkanku,ingatkah ketika kau kecil menginginkan balon kau mengulang perkataanmu hingga kau dapatkan apa yang kau inginkan

Maafkan bauku,bauku yang kini seperti orang “TUA” janganlah kau jijik ingatkah kau ketika kecil aku harus mengejarmu hanya untuk memaksamu mandi

Nak..kuharap kau bersabar menghadapiku dengan semua kerewelanku karena itu perjalanan menjadi “TUA”

Kau akan paham ketika masa tuapun tiba,jika kau punya waktu luang kuharap kita dapat berbincang walau hanya beberapa saat aku sendirian tampa teman berbagi rasa aku tau kau sibuk dengan pekerjaanmu dan duniamu,bahkan ketika kau muak dengan cerita usangku tolong luangkan waktumu untukkuingatkah ketika kau kecil? Aku dengarkan celotehmu tentang duniamu

Nak..ketika tiba waktunya aku sakit terkulai tak berdaya,semoga ALLAH berkahi engkau dengan kesabaran mengurusi aku jelang masa terakhirku hidup di dunia ini

Ya..aku tak akan lama lagi di kehidupan ini

Nak..ketika akhirnya kematian tiba menjemputku kuharap kau genggam tanganku dan ALLAH berikan kekuatan bagimu menghadapi kematianku”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun