Banjar sangat kental sekali dengan keislaman, bentuk penghormatan dengan seorang guru merupakan ciri khas orang banjar, yang mana sangat memuliakan seorang guru. Belajar dari kepemimpinan gubernur banjar, bapak sahbirin noor  yang menanamkan nilai keislaman pada gaya kepemimpinannya. Nilai kearifan masyarakat pesisir sungai membentuk mental dan karakater yang membuatnya meyakini bahwa dirinya adalah anak Sungai Martapura.
BudayaIndonesia, beragam pulau dan suku yang memiliki banyak perbedaan. Keberagaman itulah yang membuat suasana kepemimpinan tiap daerah mempunyai ciri khasnya masing-masing. Kali ini saya akan membahas gaya kepemimpinan banjaris dengan melihat kepemimpinan dari gubernur banjarmasin, yaitu bapak sahbirin noor yang selalu menerapkan 4 prinsip nilai budaya banjar yakni badingsanakan, berelaan, cangkal bagawi, dan gawi manutung.
Â
Gaya Kepemimpinan Islam Banjaris
Gaya kepemimpinan Islam di banjar sangat patut diterapkan di kehidupan sehari-hari karena mengandung nilai-nilai keislaman dan sifat memuliakan seorang guru/ulama. Masyarakat Banjar yang diketahui khalayak umum, sangat memuliakan seorang guru dengan mengambil contoh nyata pada acara haul guru sekumpul. Untuk menerapkan kepemimpinan islam di banjar menurut bapak gubernur banjarmasin, bapak sahbirin noor yakni ada 4 unsur yang harus diterapkan di kepemimpinan Islam.
Badingsanakan (Persaudaraan)
Badingsanakan (persaudaraan) merupakan istilah yang kerap kali masyarakat banjar sebut untuk mengartikan kekeluargaan dengan sesama yang menganggap semua orang bersaudara untuk menciptakan kebersamaan dan menghindari adanya konflik atau permusuhan. Oleh karena itu, istilah ini kental sekali dalam masyarakat banjar.
Berelaan (ikhlas dan pasrah)
Konsep berelaan ini merupakan refleksi keimanan seseorang dalam beribadah untuk mendapat keridhoaan Allah Swt. Dengan kata lain, konsep berelaan adalah nilai religius yang sangat erat dengan watak dan karakter masyarakat Banjar yang kental dengan nilai-nilai agama.
Cangkal Begawi (Pantang Menyerah)
Masyarakat banjar identik dengan sifat ini, yaitu sifat tak mudah menyerah dengan kegagalan dan memiliki prinsip bekerja dengan sungguh-sungguh yang mana jika sudah memulai harus menuntaskan sampai akhir.
Gawi Manuntung (ulet)
Nilai budaya ini mengandung prinsip bahwa sifat urang Banjar (orang Banjar) adalah pribadi yang ulet, tekun, tangguh, dan pekerja keras, dan mau berjuang dengan kesungguhan hati. Apapun usaha  dilakukan dengan giat.
Unsur-unsur yang sudah saya paparkan, merupakan ciri khas tersendiri dari masyarakat banjar dalam menjadi pemimpin. Contoh nyatanya, bisa kita lihat pendekatan komunikasi yang dilakukan Gubernur Kalsel Sahbirin Noor adalah menciptakan slogan "Bergerak" yang artinya Berjuang Gelorakan Rakyat. Melalui semboyan ini, Sahbirin Noor alias Paman Birin, ingin mengadopsi nilai budaya Banjar cangkal bagawi (rajin bekerja) untuk menangkal kemalasan yang menjadi wabah dunia modern yang lebih berorientasi hasil daripada nilai. Bagi Paman Birin, masyarakat Banjar harus dibangunkan dan dimotivasi untuk bekerja lebih keras mengejar ketertinggalan dengan dunia luar. Sahbirin Noor berkeyakinan bahwa masyarakat Banjar memiliki bekal nilai-nilai budaya dan tradisi yang cukup untuk hidup dan bersaing di segala zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H